My Menu

Apr 12, 2012

Move On

Author : Rahma Julynda



Move On , mungkin kata yang sangat mudah untuk diucapkan, kata yang mudah untuk kita temukan dijutaan kosa kata yang ada tapi yakinlah penerapan kata-kata ini sangat sulit. Aku mencobanya, berusaha dengan semampuku menerapkan kata ini dalam hidupku, move on dari masa lalu yang membuatku tertatih letih untuk beranjak dan pergi darinya.


Kadang aku berfikir memang ini yang harus aku lakukan, move on. Menjalani hidupku dengan tak lagi berjalan dengan bayangan yang hanya akan membuatku terhenti, harapan kosong yang akan membuatku mati, namun kemudian saat dimana waktu rindu itu datang aku tak sanggup lagi. Aku tak sanggup lagi untuk berfikir menggunakan kata ini, aku hanya bisa menjerit dalam tangisku, tenggelam dalam kesakitan hatiku karenanya.


Bukan seseorang yang punya sesuatu yang special tapi dia adalah orang yang sangat berarti untukku, pria yang membuatku merasakan segala macam perasaan yang ada didunia ini. Dia membuatku menyicipi kesemua varian rasa hati didunia. Aku mencintainya dengan sadar, memahami perasaan yang tumbuh untuknya dihatiku, aku menyadari semua itu. Mungkin aku tidak seperti kebanyakan orang lainnya yang merasakan cinta yang tiba-tiba muncul pada lawan jenis, aku menyadarinya dengan jalan pertumbuhan cintanya dihatiku.


Aku hanya melihatnya, memperhatikannya dari kejauhan jarak pandangku. Menikmati pemandangan wajahnya dari kejauhan. Mataku dengan lincah mengikuti geraknya sampai akhirnya menghilang dari jangkauanku. Berkomunikasi dengannya adalah hal yang paling aku tunggu dan menyenangkan untukku, bisa membuatnya sedikit memandang dan memperhatikanku membuatku merasa berarti.


Ini  bukan yang pertama bagiku, pertama memiliki rasa sayang pada seorang pria, bukan yang pertama namun merasakan rasa sayang padanya seperti ini adalah yang pertama bagiku, dia menempati ruang penting dihatiku dan menguasainya. Aku menyadarinya, cintanya menguasai hatiku kini dan aku tidak mampu menahan lajunya yang sangat cepat menguasai hatiku.


Aku mencintainya dengan sadar, membuatku memperhatikannya dengan baik karena sepertinya aku sudah terhipnotis olehnya sebab aku hanya ingin melihatnya. Perhatianku yang selalu tertuju padanya membuatku memahami dan mengetahui kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukannya, dia suka berolahraga. Saat dia bermain bola dilapangan sekolah dan disaat itulah aku bisa dengan sangat leluasa memperhatikannya, melihatnya dengan ekspresi bahagia bermain bola dan aku suka melihatnya disaat seperti ini.



Aku pernah merasakan sakitnya, sakitnya harus melihat dirinya bersama dengan orang lain. Bukan salahnya sehingga aku melihatnya dengan wanita lain, itu karena dia tidak tau hatiku, tidak tau bagaimana aku sudah dengan sangat mencintainya, sudah sangat ingin memilikinya dan dengan bebas menyayanginya. Aku menangis sedih dan merasakan amarah dihatiku, semuanya terajadi bersamaan padaku.


Move On, yaa aku mencoba berdiri dan melangkah menyusuri kembali hidupku yang masih asik berjalan walaupun aku sempat terhenti, namun aku kembali dan melewatinya. Aku masih dengan sangat sadar mencintainya, mencintai pria yang sudah mengambil seluruh ketertarikkanku dan perhatianku. Aku memutuskan untuk hanya menikmati cintaku padanya yang tak sanggup untuk aku hapus begitu saja dari hatiku dengan harapan semuanya bisa kembali kosong, hatiku tak dihuninya lagi.


Aku sering melakukannya, menaruh tanganku didagu untuk menyanggahnya dan dengan tatapan yang aku sendiri tidak tau apa artinya kearah dirinya yang sibuk dengan permainannya dilapangan, sekilas senyum tersungging dibibirku sebelum akhirnya mataku berkaca-kaca dengan penjelasan yang otakku sampaikan bahwa dia bukan milikku.


Setelah 2 tahun semua rasa sayang yang aku punya untuknya hanya aku simpan sendiri akhirnya apa yang aku inginkan terjadi, aku memilikinya. Senyum tak pernah lepas dari wajahku, menghiasi disetiap hariku bersamanya. Bukan hanya kebahagiaan yang aku dan dirinya miliki, pertengkaran yang kadang menguras air mataku pun mengisi perjalananku bersamanya.


Tidak sekali dia marah padaku, mungkin sebenarnya hanya hal yang kecil yang membuatnya marah namun aku dengan susah payah baru bisa membuatnya kembali tersenyum padaku. Pelukkan hangatnya yang mampu menenangkan kesedihan dan menjadi tempatku melepas lelah. Dia tak jarang pula bermanja padaku dan itu membuatku merasa berarti.


Semua perasaan yang dia berikan untuk aku rasakan saat bersama, aku anggap sebagai mumbu yang akan membuat kisah kami akan terasa manis, sampai akhirnya semua itu hanya tersisa rasa sakit dan kekecewaan akibat pengkhianatannya padaku. Hanya bisa menangis dan menangis sambil mengulang semua yang pernah ada diantara aku dan dirinya, manis tak lagi tersisa dan hanya ada pedih.


Ekspresi wajahku tak bisa diubah, hanya bisa menunjukkan wajah lesu. Kekuatan untukku tertawa bahkan tersenyum tak lagi ada, hanya bisa menangis tersedu sendiri. Disaat seperti ini kata itu tak bisa aku pikirkan, tak bisa aku menemukannya dikepalaku yang sudah terasa kosong. Move On.


Tak jarang aku mengumpat kebodahan yang ada pada diriku, yang tidak menyadari sebuah pengkhianatannya itu, namun itu tidak ada gunanya, aku sadar itu. Aku berhenti, berhenti menyalahkan diriku atas kehilangan dirinya karena yang aku lakukan selama bersamanya hanyalah mencintainya dengan caraku dan dia terima itu.


Aku membencinya, membencinya dengan sangat. Membencinya sampai tak lagi ingin melihatnya didepanku, namun benarkah ini mauku, benarkah ini yang aku harapakan?. Aku berusaha melupakannya, melupakan cintanya namun ternyata hanya membuatku semakin lelah dan tersiksa, aku tidak bisa melakukannya.


Aku mencintainya dengan sadar, mencintainya dengan sepenuh hatiku dan hanya ada dirinya meski aku tau kenyataan sudah seharusnya merubah hatiku dan segala rasa untukknya, tapi nyatanya tidak. Kerinduan datang dan akan selalu terasa menyakitkan untukku, menyesakkan nafasku  dan kembali membuat air mata menetes.


Disaat tegarku dengan pemikiran yang ingin tetap melangkah dan menjalani hidupku dengan bahagia, aku menemukannya. Menemukan kata-kata “ Move On “ berusaha merealisasikannya kedalam hidupku yang mati karenanya yang pergi dengan pengkhianatan yang dilakukannya, mencoba merubah warna kelam hariku dengan arti kata-kata itu.


Aku tidak menyesal mencintainya yang nyatanya hanya membuat luka pedih didalam hidupku, bagiku waktu untuk menyesalinya hanya akan membuang waktuku semakin banyak untuk terpuruk, lagi pula mencintainya adalah pilihanku sendiri dan karena itu aku tak perlu menyesali perasaanku.


Mungkin saja cintaku hanya datang keorang yang salah atau datangnya diwaktu yang salah, aku tidak menyesalinya sama sekali. Dengannya mungkin tidak ada masa depan untukku, dengannya mungkin hanya sampai disini namun hidupku tidak harus terhentikan?.


Move On, hal yang sulit namun aku akan selalu mencobanya untuk meraih kembali hidup dan berbahagia. Aku tau, aku masih akan merindukannya dan akan masih meneteskan air mata saat mengenangnya dan saat keinginan memilikinya kembali datang, namun aku akan menyadarkannya dengan kata-kata yang aku yakin adalah kata yang tepat untukku bisa melanjutkan semua kehidupanku tanpanya.


Aku akan tetap mencintainya dan membiarkan rasa sayang ini tetap pada tempatnya yang masih bernamakan dirinya, aku tidak ingin membuat jalanku semakin lelah dengan mencoba melupakan dan mencoba berhenti mencintainya. Aku akan membiarkannya tetap disana, tetap dihatiku sampai nanti dengan sendirinya semua perasaanku akan kembali jadi milikku. Sekarang aku akan Move On, move on dengan caraku sendiri untuk mendapatkan kembali yang harusnya milikku saat sebelumnya rasa sakit menguasai hidupku dan membuatku terhenti, namun sekarang ini waktunya buatku untuk MOVE ON.


-The END- 
*Please don't copy paste and Re-Upload*

No comments:

Post a Comment