Author: Julz
Main
Cast: Yoo Youngjae (B.A.P)
- Park Minah (OC)
Support
cast: Jung Daehyun (B.A.P)
Gendre: Romance – AU – Sad – (maybe) song fiction
Length: Ficlet
Rate : T / G
Disclameir : The story and plot it’s mine, out
from my little brain. Typo’s u’ll found’s NORMAL.
Quote from Bruno Mars song “When I was ur man”.
Poster FF: Fantaken by BAP BABBO edit by July (me)
Quote from Bruno Mars song “When I was ur man”.
Poster FF: Fantaken by BAP BABBO edit by July (me)
Story of Us
[ When I
was your man ]
Same bad but it feels just a little
bit bigger now
Our song on the radio but it don’t
sound the same
Itu bait
terakhir dan lagi-lagi lagu ini berhasil memberi perih dihatiku dan membuat
gelap hariku. Wajahmu yang selalu menahan senyum saat mendengar lagu ini adalah
ekspresi kesukaanku, pipi dengan semburat merah yang membuatmu jadi gadisku yang paling cantik,
Park Minah. Bolehkah? masih bolehkah aku menyebutmu kekasihku saat kenyataannya
kau tak lagi bersamaku, disampingku untuk selalu aku kecewakan.
Flashback ..
“It’s all about you .. it’s all about you
baby .. I told you it’s all about you ..” petikan gitar mengiringi bait
demi bait yang terlantun dari bibirku, menyanyikan sebuah lagu yang ringan
namun manis. Pipi merona manis itu terlihat dari wajahmu yang menahan senyum,
kau cantik. “Aku suka, aku suka lagunya. Aku suka” dan senyuman itu akhirnya
terlihat jelas diwajah manisnya.
Flashback end ..
Lagu
itu baru saja selesai diputar diradio, It’s all about you dari Mc Fly. Masih it’s all about you tapi kini dengan
feeling yang berbeda, mungkin sedikit luka. Entahlah aku harus merasa seperti
apa saat ini, saat kau pergi. Pergi? Yah itu aku, aku yang membuatmu pergi, itu
salahku.
“Youngjae-aaa,
kau sendiri? kemana Minah” lagi, perih itu makin bertambah bahkan hanya dengan
mendengar namamu. “Dia. Tidak bersamaku” maksudku, Minah tidak bersamaku lagi.
Dia bukan lagi kekasihku. Aku hanya bisa duduk dengan menyebar pandanganku
entah kemana, tidak fokus meski beberapa temanku yang juga adalah temanmu
sedang asik dengan pembicaraan mereka.
When our friends talk about you.
All it does is just tear me down
Cause my heart breaks a little when I hear your name
-Story of
Us-
Adakah
umur membuatku tidak mengerti bagaimana itu cinta atau memang aku yang tidak
tau harus bagaimana dengan cinta, denganmu yang menjadi cinta untukku. Aku
tidak mengerti bagaimana memperlakukan cinta, memperlakukanmu untuk
membahagiakanmu meski nyatanya kau yang memberiku bahagia.
Flashback …
Minggu
pagi, mataku masih sangat ingin terpejam karena aku baru beberapa jam tidur,
sibuk dengan pekerjaan sampinganku. Kau datang. “Oppa bangun, aku sudah buat
sarapan untukmu. Ayo bangun” aku menggeliat malas ditempat tidur, “Minah-yaa,
aku baru saja tidur”. “Ne, tidurlah. Aku pulang, nanti makan sarapanmu” gerak tanganku
menahan lajunya untuk bangkit dari tempat tidurku yang berantakan ini. Waktuku
bersamanya tidak banyak. “Tunggu aku dimeja makan, aku cuci muka dulu” aku bisa
lihat senyum diwajahnya, cantik.
Keluar
dari kamar aku melihat Minah sibuk menata piring diatas meja, aku
menghampirinya dan membuatnya berhenti menata meja dengan kecupan yang aku
berikan dikeningnya. “Oppa lingkar matamu hitam” dari jarak dekat Minah menatap
lingkar hitam dibawah mataku. “Itu karna aku kurang tidur Chagi” Minah
mengangguk pasti, “Dan Oppa juga tidak banyak waktu untukku” meski aku tau itu
dengan pasti tetapi untuk mendengarnya langsung dari Minah membuatku merasa
bersalah.
Too young, too dumb, to realize
That I should’ve bought you flowers
And held your hands
Should’ve gave you all my hours
When I had the change
Aku
sibuk dengan ipadku saat bersamaan dengan Minah yang sibuk mencuci piring
kotor. “Oppa, apa tidak ada hadiah untukku?” ucapannya berhasil menyita
perhatianku. “Hadiah, kau kan tidak ulang tahun” aku dengar dengusan halus yang
dibuatnya. “Ini valentine Oppa, tidakkah Oppa ingin memberikanku sesuatu,
seperti bunga misalnya” dia melihat kearahku yang tetap diam dengan kembali
sibuk pada ipad.
Ipadku
berpindah tangan, Minah mengambilnya paksa dariku. “Kau..” aku mendengus pelan,
“Bunga, aku akan belikan untukmu nanti. Kembalikan, aku harus mengecek email
Chagi” Minah memberikan kembali ipadku. Aku menarik tangannya dan membuatnya
duduk dipangkuanku, mengecek email dengan dia yang berada dipelukkanku.
Flashback end ….
Melihat
senyum dan tawanya kini membuatku menyadari sesuatu, aku tidak pernah melihat
tawa dan senyum itu diwajahnya karenaku. Dari tempatku berdiri aku hanya bisa
menikmati senyum dan tawa renyah dari gadis manisku, aku tidak ingin mengusik
atau mengurangi rasa bahagia yang mungkin tidak pernah aku berikan padanya,
biarkan dia bahagia dengan dunianya tanpaku.
“Youngjae-aaa,
kenapa hanya diam saja. Itu Minah” aku hanya tersenyum singkat pada Daehyun,
menyambar tasku dan pergi, “Kita sudah berakhir”. Pertanyaan dari Daehyun tidak
aku sambut sama sekali, dia terus saja mengoceh dengan langkah beriringan
disampingku. “Youngjae aku tau kau mencintainya” lagi, aku tersenyum namun kali
ini memberikan senyuman terima kasihku pada Daehyun. “Gomawo Jung Daehyun” dan
langkahku meninggalkannya memasukki kelas.
-Story of Us-
Hari
ini tak ada kegiatan. Kuliahku libur bertepatan dengan libur kerja sampinganku,
jadi hari ini aku akan menghabiskan waktu dirumah, yah dirumah seperti
biasanya. Hampir jam 10 dan aku masih malas untuk bergerak dari tempat tidur,
saat memiliki waktu luang aku hanya akan menggunakannya seperti ini,
bermalas-malasan dirumah.
Flashback..
Hampir
siang dan aku masih bergeliat malas diatas tempat tidur, dering ponselku
sedikit membuatku bergerak untuk mengambilnya yang tergeletak dimeja dekat
tempat tidurku. “Yobeso, eumm baru saja. Wae? Kau pergilah sendiri, aku lelah dan ingin
tidur saja hari ini”. Kembali memejamkan mata setelah kesekian kali
menolak ajakan Minah untuk pergi, aku lelah dan aku butuh tidur.
Flashback end..
My pride, my ego, my needs and my
selfish ways
Caused’s good strong woman like you
walk out my life
Jam
12 siang saat aku sibuk mencari sesuatu untuk aku makan sebagai sarapan dan
juga makan siangku. Dari dapur dengan susu kotak digenggamanku aku memandangi
apartement kecilku ini, sepi dan membosankan. Duduk malas didepan tv yang entah
sedang menayangkan apa, aku juga tidak perduli, sangat membosankan.
Flashback ..
Minah
hanya duduk diam dan tak bergemin dari sampai tadi, walau sesekali aku
meliriknya yang hanya diam namun aku tak berkata apapun. “Oppa, aku lelah”
ucapnya, aku masih tak begitu menghiraukannya dan masih sibuk dengan beberapa
lembar kertas, “Istirahatlah, baiknya kau” aku terhenti saat melihat dari sudut
mataku Minah menyeka air matanya. “Selamanya aku tidak akan bisa masuk
keduniamu, aku sudah mencoba hingga rasanya lelah tapi masih saja tidak bisa”
Minah tersenyum dengan buliran air mata dipipinya dan aku hanya bisa menatapnya
tanpa bisa berkata apa-apa, merasa terpukul karena baru kali ini aku melihatnya
menangis dihadapanku.
“Aku
tidak memaksakan Oppa untuk mau ikut masuk keduniaku walau kadang aku memang
menginginkannya, membawamu keduniaku tapi itu bukan masalah bagiku, yang membuatku lelah karna aku tidak bisa memasuki
duniamu, duniamu yang tenang itu” aku mencoba menelaah ucapan Minah. “Minah,
aku hanya. Kadang aku hanya ingin sendirian, aku tau waktuku tidak banyak
bersamamu, tapi bukan berarti ada hal lain” Minah tersenyum, senyuman manis
namun aku benci melihatmu dengan senyuman disaat yang bersamaan dengan air mata.
“Lakukan Oppa, aku tidak akan meminta waktumu lagi. Yang terpenting buatku, aku
sudah pernah mencoba karenanya sekarang aku lelah dan ingin berhenti saja”
kepalaku terasa sangat penuh dan berat, membuat rasa sakit muncul begitu saja
tepat berakhirnya Minah mengatakan keputusannya itu. Masih dengan wajah yang
sama Minah menatapku, “Gomawo untuk mau berbagi waktu Oppa denganku” dan
setelahnya Minah beranjak dari sofa kecil yang kami duduki bersama di apartementku.
Flashback end..
Now I never, never get to clean up
the mess I made, oohh ..
And it haunts me every time I close
my eyes
Aku
menegakkan kembali kepalaku yang baru saja terkulai lemah pada sandaran sofa
yang kududuki, sofa yang menjadi saksi momen menyakitkan itu, saat Minah
memilih berjalan keluar dari hidupku, bahkan aku berlum mengatakan permohonan
maafku padanya. Bunyi nyaring belku membuatku tersadar sepenuhnya dari moment
itu, berjalan menghampiri pintu. “Sedang apa kau?”, “Tidak ada” sautku pada
Daehyun yang baru saja melangkahkan kakinya masuk sambil merentangkan tanganku
menandakan bahwa memang aku tidak melakukan apa-apa. “Bagaimana kau bisa
mencari pengganti Minah kalau hanya mengurung diri” aku menghempaskan bantal
yang tepat berada disampingku kearah Daehyun untuk menanggapi ucapannya itu
namun dia hanya tertawa menyebalkan. Ini bahkan baru satu minggu aku dan Minah
putus.
“Kau
ada kegiatan akhir minggu ini?” tanpa menjawab dan hanya melihat Daehyun dengan
tatapan bertanya. “Aku ingin mengajakmu kesuatu tempat” dan aku hanya
mengangguk pelan, tidak tertarik sebenarnya. Daehyun bangkit lalu kemudian berjalan
menuju kulkas didapur, “Ya, tidak ada makanankah?”, “Aku sudah duga kau kesini
karena lapar Jung Daehyun” ucapku dengan diakhiri dengusan, lagi-lagi makhluk
satu ini kelaparan.
-Story of Us-
Although it hurts
I’ll be the first to say that I was
wrong
Oh, I know I’m probably much too
late
To try and apologize for my mistake
Tanganku
menghampiri segelas kopi yang baru saja sampai dimeja, menegguknya pelan.
Selelah itukah kau sampai senyum itu jarang sekali ada saat kau bersamaku?
Lagi, hanya memandangi senyum yang terukir diwajahmu dari sudutku, tak ingin
mengurangi kadar dari senyuman itu walau rasanya sangat menyakitkan bahwa saat
bersama aku tidak pernah membuatnya, membuat senyuman manis itu diwajahku
karenaku.
Saat
itu kau pergi tanpa bisa aku mengucapkan maaf dan memang aku tidak pernah
mencoba melakukannya, terlalu pengecut dan juga tidak percaya dengan kenyataan
bahwa sikapku menyakiti dan mengecewakanmu. “Bicaralah padanya, aku yakin dia
akan mengerti dirimu yang kolot itu” ucap Daehyun yang menangkapku sedang
menatap tidak berkedip Minah, “Dan membuatnya lelah denganku lagi? Aku tidak
akan melakukannya Jung Daehyun. Aku akan biarkan dia bahagia” sautku namun
kemudian ucapan Daehyun seperti tamparan keras bagi hidupku. “Dan kau akan
terus memandanginya dari jauh seperti ini tanpa memberikan pembelaan atau
penjelasan padanya? Setidaknya kau bicara padanya, minta maaf dan selebihnya
biarkan apa pun yang terjadi nanti”
-Story of Us-
Kalau
bukan ulah Jung Daehyun aku tidak akan ada disini saat ini, anak itu
membohongiku. Dia bilang akan mengajakku kesuatu tempat dan ternyata dia
membawaku ke pesta yang dibuat salah satu teman kuliahku. Aku hanya berdiri
disudut dengan segelas minuman yang tadi aku ambil dari meja panjang berisi
banyak makanan disana, tidak bisa kemana-mana karena aku kesini menumpang
dengan Daehyun dan untuk pulang sendiri sangat jauh.
Beberapa
pasangan sedang asik berdansa dengan iringan romantis dari sebuah piano yang
sedang dimainkan seorang pria yang nampak sangat lihai memainkan jarinya di
tuts piano itu. Bosan memandangi para pasangan itu berdansa aku mengalihkan
pandanganku ke pintu masuk, melihat orang-orang yang baru saja berdatangan.
Gaun manis berwarna gading dengan bando berwarna senada terbuat dari kain
dikepala membuat Minah sangat cantik, dia baru saja datang. Pandanganku tidak
bisa teralihkan darinya, dia sedang memandangi keramaian pesta sampai akhirnya
seseorang memintanya untuk berdansa bersama, membuatku panas.
Dari
sudutku aku memperhatikan tiap gerakannya, menyayangkan pria yang ada
dihadapannya bukan aku, bukan aku yang menggenggam lembut tangan gadis manisku
itu tetapi akulah yang membuatnya lelah dan pergi jadi tidak sepantasnya aku
menyesal. Aku kembali memandangi piano itu dan terbersit melakukan sesuatu
dengan caraku, usahaku untuk meminta maaf walau nyatanya sudah sangat
terlambat.
Aku
menghampiri piano itu dan memberi isyarat pada pria paruh baya ini untuk
meminta ijin menggunakan piano dan menggantikan posisinya yang disambut dengan
senyuman olehnya. Duduk tepat dihadapan piano, agak ragu untuk meneruskan
niatku tadi namun akhirnya aku memutuskan untuk tetap melanjutkannya. Aku
memainkan jari-jariku diatas tuts piano dan mencoba menyampaikan segala
perasaanku melalui lagu yang aku nyanyikan saat ini yang juga menjadi pengiring
bagi mereka yang masih ada dilantai dansa.
….” Take
you to every party cause all you wanted to do was dance. Look my baby’s
dancing, but she’s dancing with another man. I hope he buys you flowers. I hope
he holds your hand, give you all his hours, when he has the change. Take you to
every party, cause I remember how much you loved to dance. Do all the things I
should’ve done, when I was your man…. Do all the things I should’ve done, when
I was your man …”
Pada
bait-bait terakhir itu aku baru mamalingkan pandanganku dari tuts piano untuk
melihat Minah yang kini sudah terhenti dari kegiatan dansanya, melihat
kearahku. Hitungan detik pandangan kami bertemu dan sebisa mungkin melalui
pandanganku aku menyampaikan permintaan maafku selama ini hingga membuatnya
lelah. Aku beranjak dari piano, aku hanya ingin menghilang dari tempat ini
secepatnya. Aku berjalan pelan, terasa sedikit lega memang karena setidaknya
aku sudah bisa menyampaikan permintaan maafku padanya walau tidak secara
langsung, meski perih itu masih sangat terasa.
Baru
beberapa langkah keluar dari gedung tempat pesta diselenggarakan seseorang membuatku menghentikan langkah dan
berbalik kearahnya. Air mata membasahi wajah manis gadisku.
“Tidakkah
Oppa ingin memintaku kembali?”
“Bolehkah?”
-The END-
**Please don't copy paste and Re-Upload this story**
No comments:
Post a Comment