My Menu

Feb 26, 2014

Story of Us [ When I was your man ]





Author: Julz
Main Cast: Yoo Youngjae (B.A.P) -  Park Minah (OC)
Support cast: Jung Daehyun (B.A.P)
Gendre: Romance – AU – Sad – (maybe) song fiction
Length: Ficlet
Rate : T / G
Disclameir : The story and plot it’s mine, out from my little brain.  Typo’s u’ll found’s NORMAL.
Quote from Bruno Mars song “When I was ur man”.
Poster FF: Fantaken by BAP BABBO edit by July (me)


Story of Us
[ When I was your man ]

Same bad but it feels just a little bit bigger now
Our song on the radio but it don’t sound the same

Itu bait terakhir dan lagi-lagi lagu ini berhasil memberi perih dihatiku dan membuat gelap hariku. Wajahmu yang selalu menahan senyum saat mendengar lagu ini adalah ekspresi kesukaanku, pipi dengan semburat merah yang  membuatmu jadi gadisku yang paling cantik, Park Minah. Bolehkah? masih bolehkah aku menyebutmu kekasihku saat kenyataannya kau tak lagi bersamaku, disampingku untuk selalu aku kecewakan.

Flashback ..
“It’s all about you .. it’s all about you baby .. I told you it’s all about you ..” petikan gitar mengiringi bait demi bait yang terlantun dari bibirku, menyanyikan sebuah lagu yang ringan namun manis. Pipi merona manis itu terlihat dari wajahmu yang menahan senyum, kau cantik. “Aku suka, aku suka lagunya. Aku suka” dan senyuman itu akhirnya terlihat jelas diwajah manisnya.
Flashback end ..

Lagu itu baru saja selesai diputar diradio, It’s all about you dari Mc Fly. Masih it’s all about you tapi kini dengan feeling yang berbeda, mungkin sedikit luka. Entahlah aku harus merasa seperti apa saat ini, saat kau pergi. Pergi? Yah itu aku, aku yang membuatmu pergi, itu salahku.
“Youngjae-aaa, kau sendiri? kemana Minah” lagi, perih itu makin bertambah bahkan hanya dengan mendengar namamu. “Dia. Tidak bersamaku” maksudku, Minah tidak bersamaku lagi. Dia bukan lagi kekasihku. Aku hanya bisa duduk dengan menyebar pandanganku entah kemana, tidak fokus meski beberapa temanku yang juga adalah temanmu sedang asik dengan pembicaraan mereka.

When our friends talk about you. All it does is just tear me down
Cause my heart breaks a little when I hear your name

-Story of Us-

Adakah umur membuatku tidak mengerti bagaimana itu cinta atau memang aku yang tidak tau harus bagaimana dengan cinta, denganmu yang menjadi cinta untukku. Aku tidak mengerti bagaimana memperlakukan cinta, memperlakukanmu untuk membahagiakanmu meski nyatanya kau yang memberiku bahagia.

Flashback
Minggu pagi, mataku masih sangat ingin terpejam karena aku baru beberapa jam tidur, sibuk dengan pekerjaan sampinganku. Kau datang. “Oppa bangun, aku sudah buat sarapan untukmu. Ayo bangun” aku menggeliat malas ditempat tidur, “Minah-yaa, aku baru saja tidur”. “Ne, tidurlah. Aku pulang, nanti makan sarapanmu” gerak tanganku menahan lajunya untuk bangkit dari tempat tidurku yang berantakan ini. Waktuku bersamanya tidak banyak. “Tunggu aku dimeja makan, aku cuci muka dulu” aku bisa lihat senyum diwajahnya, cantik.

Keluar dari kamar aku melihat Minah sibuk menata piring diatas meja, aku menghampirinya dan membuatnya berhenti menata meja dengan kecupan yang aku berikan dikeningnya. “Oppa lingkar matamu hitam” dari jarak dekat Minah menatap lingkar hitam dibawah mataku. “Itu karna aku kurang tidur Chagi” Minah mengangguk pasti, “Dan Oppa juga tidak banyak waktu untukku” meski aku tau itu dengan pasti tetapi untuk mendengarnya langsung dari Minah membuatku merasa bersalah.

Too young, too dumb, to realize
That I should’ve bought you flowers
And held your hands
Should’ve gave you all my hours
When I had the change

Aku sibuk dengan ipadku saat bersamaan dengan Minah yang sibuk mencuci piring kotor. “Oppa, apa tidak ada hadiah untukku?” ucapannya berhasil menyita perhatianku. “Hadiah, kau kan tidak ulang tahun” aku dengar dengusan halus yang dibuatnya. “Ini valentine Oppa, tidakkah Oppa ingin memberikanku sesuatu, seperti bunga misalnya” dia melihat kearahku yang tetap diam dengan kembali sibuk pada ipad. 

Ipadku berpindah tangan, Minah mengambilnya paksa dariku. “Kau..” aku mendengus pelan, “Bunga, aku akan belikan untukmu nanti. Kembalikan, aku harus mengecek email Chagi” Minah memberikan kembali ipadku. Aku menarik tangannya dan membuatnya duduk dipangkuanku, mengecek email dengan dia yang berada dipelukkanku.
Flashback end ….

Melihat senyum dan tawanya kini membuatku menyadari sesuatu, aku tidak pernah melihat tawa dan senyum itu diwajahnya karenaku. Dari tempatku berdiri aku hanya bisa menikmati senyum dan tawa renyah dari gadis manisku, aku tidak ingin mengusik atau mengurangi rasa bahagia yang mungkin tidak pernah aku berikan padanya, biarkan dia bahagia dengan dunianya tanpaku.

“Youngjae-aaa, kenapa hanya diam saja. Itu Minah” aku hanya tersenyum singkat pada Daehyun, menyambar tasku dan pergi, “Kita sudah berakhir”. Pertanyaan dari Daehyun tidak aku sambut sama sekali, dia terus saja mengoceh dengan langkah beriringan disampingku. “Youngjae aku tau kau mencintainya” lagi, aku tersenyum namun kali ini memberikan senyuman terima kasihku pada Daehyun. “Gomawo Jung Daehyun” dan langkahku meninggalkannya memasukki kelas.

-Story of Us-

Hari ini tak ada kegiatan. Kuliahku libur bertepatan dengan libur kerja sampinganku, jadi hari ini aku akan menghabiskan waktu dirumah, yah dirumah seperti biasanya. Hampir jam 10 dan aku masih malas untuk bergerak dari tempat tidur, saat memiliki waktu luang aku hanya akan menggunakannya seperti ini, bermalas-malasan dirumah.

Flashback..
Hampir siang dan aku masih bergeliat malas diatas tempat tidur, dering ponselku sedikit membuatku bergerak untuk mengambilnya yang tergeletak dimeja dekat tempat tidurku. “Yobeso, eumm baru saja. Wae? Kau pergilah sendiri, aku lelah dan ingin tidur saja hari ini”. Kembali memejamkan mata setelah kesekian kali menolak ajakan Minah untuk pergi, aku lelah dan aku butuh tidur.
Flashback end..

My pride, my ego, my needs and my selfish ways
Caused’s good strong woman like you walk out my life

Jam 12 siang saat aku sibuk mencari sesuatu untuk aku makan sebagai sarapan dan juga makan siangku. Dari dapur dengan susu kotak digenggamanku aku memandangi apartement kecilku ini, sepi dan membosankan. Duduk malas didepan tv yang entah sedang menayangkan apa, aku juga tidak perduli, sangat membosankan.

Flashback ..
Minah hanya duduk diam dan tak bergemin dari sampai tadi, walau sesekali aku meliriknya yang hanya diam namun aku tak berkata apapun. “Oppa, aku lelah” ucapnya, aku masih tak begitu menghiraukannya dan masih sibuk dengan beberapa lembar kertas, “Istirahatlah, baiknya kau” aku terhenti saat melihat dari sudut mataku Minah menyeka air matanya. “Selamanya aku tidak akan bisa masuk keduniamu, aku sudah mencoba hingga rasanya lelah tapi masih saja tidak bisa” Minah tersenyum dengan buliran air mata dipipinya dan aku hanya bisa menatapnya tanpa bisa berkata apa-apa, merasa terpukul karena baru kali ini aku melihatnya menangis dihadapanku.

“Aku tidak memaksakan Oppa untuk mau ikut masuk keduniaku walau kadang aku memang menginginkannya, membawamu keduniaku tapi itu bukan masalah bagiku,  yang membuatku lelah karna aku tidak bisa memasuki duniamu, duniamu yang tenang itu” aku mencoba menelaah ucapan Minah. “Minah, aku hanya. Kadang aku hanya ingin sendirian, aku tau waktuku tidak banyak bersamamu, tapi bukan berarti ada hal lain” Minah tersenyum, senyuman manis namun aku benci melihatmu dengan senyuman disaat yang bersamaan dengan air mata. “Lakukan Oppa, aku tidak akan meminta waktumu lagi. Yang terpenting buatku, aku sudah pernah mencoba karenanya sekarang aku lelah dan ingin berhenti saja” kepalaku terasa sangat penuh dan berat, membuat rasa sakit muncul begitu saja tepat berakhirnya Minah mengatakan keputusannya itu. Masih dengan wajah yang sama Minah menatapku, “Gomawo untuk mau berbagi waktu Oppa denganku” dan setelahnya Minah beranjak dari sofa kecil yang kami duduki bersama di apartementku.
Flashback end..

Now I never, never get to clean up the mess I made, oohh ..
And it haunts me every time I close my eyes

Aku menegakkan kembali kepalaku yang baru saja terkulai lemah pada sandaran sofa yang kududuki, sofa yang menjadi saksi momen menyakitkan itu, saat Minah memilih berjalan keluar dari hidupku, bahkan aku berlum mengatakan permohonan maafku padanya. Bunyi nyaring belku membuatku tersadar sepenuhnya dari moment itu, berjalan menghampiri pintu. “Sedang apa kau?”, “Tidak ada” sautku pada Daehyun yang baru saja melangkahkan kakinya masuk sambil merentangkan tanganku menandakan bahwa memang aku tidak melakukan apa-apa. “Bagaimana kau bisa mencari pengganti Minah kalau hanya mengurung diri” aku menghempaskan bantal yang tepat berada disampingku kearah Daehyun untuk menanggapi ucapannya itu namun dia hanya tertawa menyebalkan. Ini bahkan baru satu minggu aku dan Minah putus.

“Kau ada kegiatan akhir minggu ini?” tanpa menjawab dan hanya melihat Daehyun dengan tatapan bertanya. “Aku ingin mengajakmu kesuatu tempat” dan aku hanya mengangguk pelan, tidak tertarik sebenarnya. Daehyun bangkit lalu kemudian berjalan menuju kulkas didapur, “Ya, tidak ada makanankah?”, “Aku sudah duga kau kesini karena lapar Jung Daehyun” ucapku dengan diakhiri dengusan, lagi-lagi makhluk satu ini kelaparan.

-Story of Us-

Although it hurts
I’ll be the first to say that I was wrong
Oh, I know I’m probably much too late
To try and apologize for my mistake

Tanganku menghampiri segelas kopi yang baru saja sampai dimeja, menegguknya pelan. Selelah itukah kau sampai senyum itu jarang sekali ada saat kau bersamaku? Lagi, hanya memandangi senyum yang terukir diwajahmu dari sudutku, tak ingin mengurangi kadar dari senyuman itu walau rasanya sangat menyakitkan bahwa saat bersama aku tidak pernah membuatnya, membuat senyuman manis itu diwajahku karenaku.

Saat itu kau pergi tanpa bisa aku mengucapkan maaf dan memang aku tidak pernah mencoba melakukannya, terlalu pengecut dan juga tidak percaya dengan kenyataan bahwa sikapku menyakiti dan mengecewakanmu. “Bicaralah padanya, aku yakin dia akan mengerti dirimu yang kolot itu” ucap Daehyun yang menangkapku sedang menatap tidak berkedip Minah, “Dan membuatnya lelah denganku lagi? Aku tidak akan melakukannya Jung Daehyun. Aku akan biarkan dia bahagia” sautku namun kemudian ucapan Daehyun seperti tamparan keras bagi hidupku. “Dan kau akan terus memandanginya dari jauh seperti ini tanpa memberikan pembelaan atau penjelasan padanya? Setidaknya kau bicara padanya, minta maaf dan selebihnya biarkan apa pun yang terjadi nanti” 

-Story of Us-

Kalau bukan ulah Jung Daehyun aku tidak akan ada disini saat ini, anak itu membohongiku. Dia bilang akan mengajakku kesuatu tempat dan ternyata dia membawaku ke pesta yang dibuat salah satu teman kuliahku. Aku hanya berdiri disudut dengan segelas minuman yang tadi aku ambil dari meja panjang berisi banyak makanan disana, tidak bisa kemana-mana karena aku kesini menumpang dengan Daehyun dan untuk pulang sendiri sangat jauh. 

Beberapa pasangan sedang asik berdansa dengan iringan romantis dari sebuah piano yang sedang dimainkan seorang pria yang nampak sangat lihai memainkan jarinya di tuts piano itu. Bosan memandangi para pasangan itu berdansa aku mengalihkan pandanganku ke pintu masuk, melihat orang-orang yang baru saja berdatangan. Gaun manis berwarna gading dengan bando berwarna senada terbuat dari kain dikepala membuat Minah sangat cantik, dia baru saja datang. Pandanganku tidak bisa teralihkan darinya, dia sedang memandangi keramaian pesta sampai akhirnya seseorang memintanya untuk berdansa bersama, membuatku panas.

Dari sudutku aku memperhatikan tiap gerakannya, menyayangkan pria yang ada dihadapannya bukan aku, bukan aku yang menggenggam lembut tangan gadis manisku itu tetapi akulah yang membuatnya lelah dan pergi jadi tidak sepantasnya aku menyesal. Aku kembali memandangi piano itu dan terbersit melakukan sesuatu dengan caraku, usahaku untuk meminta maaf walau nyatanya sudah sangat terlambat.

Aku menghampiri piano itu dan memberi isyarat pada pria paruh baya ini untuk meminta ijin menggunakan piano dan menggantikan posisinya yang disambut dengan senyuman olehnya. Duduk tepat dihadapan piano, agak ragu untuk meneruskan niatku tadi namun akhirnya aku memutuskan untuk tetap melanjutkannya. Aku memainkan jari-jariku diatas tuts piano dan mencoba menyampaikan segala perasaanku melalui lagu yang aku nyanyikan saat ini yang juga menjadi pengiring bagi mereka yang masih ada dilantai dansa.

….” Take you to every party cause all you wanted to do was dance. Look my baby’s dancing, but she’s dancing with another man. I hope he buys you flowers. I hope he holds your hand, give you all his hours, when he has the change. Take you to every party, cause I remember how much you loved to dance. Do all the things I should’ve done, when I was your man…. Do all the things I should’ve done, when I was your man …”

Pada bait-bait terakhir itu aku baru mamalingkan pandanganku dari tuts piano untuk melihat Minah yang kini sudah terhenti dari kegiatan dansanya, melihat kearahku. Hitungan detik pandangan kami bertemu dan sebisa mungkin melalui pandanganku aku menyampaikan permintaan maafku selama ini hingga membuatnya lelah. Aku beranjak dari piano, aku hanya ingin menghilang dari tempat ini secepatnya. Aku berjalan pelan, terasa sedikit lega memang karena setidaknya aku sudah bisa menyampaikan permintaan maafku padanya walau tidak secara langsung, meski perih itu masih sangat terasa. 

Baru beberapa langkah keluar dari gedung tempat pesta diselenggarakan  seseorang membuatku menghentikan langkah dan berbalik kearahnya. Air mata membasahi wajah manis gadisku.
“Tidakkah Oppa ingin memintaku kembali?”
“Bolehkah?”


-The END-
**Please don't copy paste and Re-Upload this story**

 

No comments:

Post a Comment