Author : RJulynda / July
Main
Cast : Bang Yongguk – Kim
Himchan (B.A.P) BANGHIM
Support
cast : Jung Daehyun – Yoo Youngjae
(B.A.P) DAEJAE
Gendre : AU – Romance – Yaoi (Boy x Boy)
Length : Oneshot (7k+ words)
Rate : T / G
Disclameir : This story and plot it’s mine but not with all the cast.
All typo you will found is NORMAL.
Sumary : Saat sebuah kata menjadi suatu hal yang
membuatmu ragu, saat sebuah kata menjadi penghalang bagi kebahagianmu, saat sebuah
kata merubah
Yongguk POV
Hanya
bisa meringkuk diatas tempat tidur king
size-ku sambil sesekali kedua tanganku memegangi kepala yang rasanya ingin
pecah. Terima kasih untuk minuman alkohol yang aku tenggak sangat banyak
semalam di club. Rasanya nyeri. Oh, bukan ini bukan nyeri, kepalaku serasa
ditusuk-tusuk saat ini. Bahkan saat ini pakaian lengkap masih bertengger ditubuhku,
sepulangnya semalam dari club aku langsung memejamkan mata, bahkan aku tidak
tau bagaimana aku bisa sampai rumah. Sekali lagi seorang Bang Yongguk
kehilangan kontrol akan dirinya sendiri dan lagi, ini menyangkut dengan orang
itu.
Gerak
tubuhku sangat terbatas dengan tenaga yang aku miliki sekarang ini, bahkan untuk
sekedar mengambil minum yang berada dimeja kecil disamping tempat tidur saja
menjadi hal yang paling mustahil saat ini untuk aku lakukan karena rasa sakit
yang menghantam kepalaku, Shit!.
Pusing
berlebihan ini masih membuatku tidak bisa bergerak dan seperti menyerah dengan
rasa sakitnya aku hanya pasrah, tak lagi mencoba untuk meraih gelas berisi air
minum itu untuk membasahi tenggorokanku yang sangat kering ini, terdiam dan
berfikir. Yah, berfikir dengan kepala yang akan meledak. Dia tidak akan kembali
padakukan? Tidak akan pernah dengan apa yang telah aku ucapkan padanya, dia
tidak akan mau menemuiku apalagi untuk kembali padaku, itu tidak mungkinkan?.
Aku
berbalik, memunggungi jendela untuk menghindari sinar matahari yang semakin terik
menelusup masuk kedalam kamar. Aku meraih ponselku yang ada disaku celana
kerjaku, menggerakkan jariku untuk menelpon sesorang yang ada di dial speed nomor satu namun sebelum
benar tersambung aku melempar ponselku. “ Tidak boleh Bang Yongguk “ ucapku tanpa
suara.
Cairan
bening itu menguar begitu saja dari sudut mataku. Sial, aku merindukannya dan
menginginkannya. Aroma tubuhnya masih disini bersamaku, masih ada didalam kamar
ini, bahkan gitar kesayangannya masih bisa aku lihat berdiri tegak disudut kamar
ini.
Setelah
hampir setengah hari aku hanya bisa berbaring diatas tempat tidurku, kini rasa
berat yang menghantam kepalaku sudah lebih bisa aku kendalikan, bahkan kini aku
sudah selesai mandi meski rasa pusing yang keterlaluan itu masih menerpa
kepalaku. Aku berjalan menuju dapur untuk medapatkan sesuatu bagi tenggorokkan
juga perutku dan dia disana, bergerak lincah seperti biasa didapur membuatkan
makanan untukku. “Pergi kau“ ucapku saat membasahi tenggorokanku dengan air
minum yang baru saja aku dapat dari dalam kulkas.
Sudah
tiga kali aku menyuruhnya untuk pergi namun dia seperti tidak mendengar ucapan
yang sudah cukup kasar aku lontarkan padanya hingga aku akhirnya menghentikan
kesibukannya didapur. Mematikan kompor yang masih menyala dan menariknya menuju
pintu, ketika tangan kiriku sudah membukakan pintu, tangannya dengan lembut
melingkar dileherku, memelukku posesif. “Kau boleh membuangku kalau memang kau
tidak membutuhkanku lagi dan aku akan melupakan semua ucapanmu jika sekarang
kau membalas pelukanku Bbang“ deru nafasnya jelas tarasa diperpotongan leherku
dan kecupan singkat itu dilayangkan pada leherku.
Flashback
…
“Sudah
cukup, cukup dengan semua kegilaan ini. Ini semua tidak benar!“ aku membuka
dasi dengan kasar dan melayangkan tinju kecil kearah meja makan yang ada
didepanku saat ini. “Tidak normal, itu yang akan kau katakan, iya kan Bbang“
aku berbalik dan sudah mendapati wajah cantik ini dihadapanku. “Ne, ini semua
tidak normal Kim Himchan!!. Kau dan aku, ini semua kesalahan dan seharusnya kita
tidak melakukannya. Aku ingin kembali normal dan mencintai yeoja dan bukannya
namja sepertimu, jadi pergilah menjauh dariku, biarkan aku hidup NORMAL kembali!!“.
Flashback
end …
Tubuhnya
bergetar menahan tangis juga isakkan yang sangat jelas aku rasakan ditubuhku,
pelukannya semakin erat. Hampir satu bulan setelah ucapanku padanya untuk
membiarkan aku hidup normal namun bukannya mejalani hidup yang normal tanpanya,
aku malah merasa seperti orang yang tidak mengenal bagaimana hidupku, sebulan
ini aku berantakan. “Bbang …“ panggilan lirihnya membuat hati ini terasa sangat
perih, seperti anak hilang yang manangis memanggil ibunya. Kedua tanganku
membalas pelukkan posesifnya. Aku kalah.
Manarik
dagunya untuk mengangkat wajahnya melihat kearahku, aku menyentuh matanya yang
sembab sehabis menangis itu. Setelah membalas pelukannya tadi akhirnya namja
cantik yang sudah menjungkir balikkan hidupku ini menangis sepuasnya,
mengutarakan isi hatinya padaku. Matanya terpejam saat jari-jari panjangku
menyentuhnya dan kemudian membelai pipi putih yang biasa aku hinggapi kecupan kini
terlihat tirus, dia pasti jarang makan selama aku tidak bersamanya. Bibirnya
yang menjadi tempat favorite bibirku untuk singgah memanggilku untuk sekedar
mengecupnya pelan dan kemudian tangan bebasku yang tidak memeluknya membelai
lembut surai coklatnya.
“Bbang,
berhenti minum. Kau tau seberapa bencinya aku dengan pemabuk“ ucap Himchan
mengatakan titahnya, mengingatkan aku akan hal yang sangat dibencinya itu
sambil bermain dengan kerah longgar dari baju yang sedang aku kenakan, aku
hanya membalasnya dengan gumaman pelan. Aku tau dia tidak akan puas hanya mendapatkan
gumaman sebagai jawaban, kini namja cantik ini duduk dipangkuanku, memandangku
dengan raut wajah menuntutnya seperti biasa namun terlihat seperti kucing yang
sangat lucu buatku. Aku tetap menyandarkan kepalaku pada sofa meski ditatap
intens oleh mata marbel coklat kesukaanku itu. “Bbang…“, “Itu semua karenamu,
karenamu aku mabuk Hime dan berhenti melihatku seperti itu atau aku akan membuatmu
tidak lagi bisa menahanku“ tuturku santai dan aku rasa Himchan tau maksud
ucapanku padanya barusan, dia bangkit. “Mengambil obat untuk kepalamu itu
supaya tidak mesum“ ucapnya saat aku menatapnya yang bangkit dari pangkuanku,
“Ini semua salahmu Hime, salahmu“, “Arra, ini memang salahku dan aku akan
bertanggung jawab untuk itu“ Himchan mengecup dahiku sebelum akhirnya mengambil
obat yang dia maksud untuk meredakan sakit kepalaku.
-What’s Normal when I
can’t be with you-
Author POV
“Ne,
arra“
Pria
tampan yang sedang asik menikmati sepotong cheesecake itu tersenyum saat
mendengar percakapan sepihak yang sedang dilakukan sahabatnya, Bang Yongguk. “Otte?,
kalian sudah baikkan?“ tanya pria tampan itu masih dengan senyum, tepatnya
senyuman mengejek. “Daehyunaa…“ tidak melanjutkan ucapannya Yongguk malah
menghela nafas berat, “Sudahlah Hyung, kalau bersamanya kau bahagia itu sudah
cukup, jangan pikirkan yang lainnya“. Ya, Daehyun memang benar, dia bahagia
dengan adanya seorang Kim Himchan didalam hidupnya, membuatnya bersemangat
menajalani hidup monotonnya. “Tapi ini tidak normal Jung Daehyun“.
Yongguk
membuang pandangannya keluar jendela café yang sedang dia kunjunginya bersama
Daehyun. Pria berkulit tan dengan wajah tampannya itu meletakkan perlahan sendok
kecil yang dia gunakan untuk memakan cheesecake kesukaannya itu, menatap
prihatin pada sahabat yang sudah dianggapnya sebagai seorang kakak untuknya. “Kau
sudah menjalani sebulan hidup tanpanya, apa kau merasa normal? Bagian mana dari
sebulan itu yang normal Hyung? Apa kau bisa membuka hatimu untuk yeoja atau
mungkin namja lain?“ Daehyun tak melanjutkan ucapnnya saat Yongguk memberikan
tatapan membunuhnya. “Maaf Hyung, tapi Himchan hyung yang bisa membuatmu
bangkit dan hubungan yang kau anggap tidak normal itu, diluar sana sudah banyak
yang menjalaninya“.
Kemeja
dengan lengan panjang itu sudah tergulung setengah hingga kesiku dan satu
kancing atas kemeja pun sudah terbuka, jangan lupa surai coklat yang sudah tak
lagi tertata dengan rapih karena sudah beberapa kali diacak kasar oleh tangan
sang empunya. Kim Himchan meletakkan smartphonenya setelah selesai memberi
kabar pada namjachingunya, Bang Yongguk kalau dia tidak bisa menemuinya juga
Daehyun karena pekerjaannya belum selesai.
“Awas
kau Moon Jongup!“ gumam kesal Himchan pada sahabatnya yang hari ini terpaksa
mengalihkan pekerjaannya yang belum selesai pada Himchan karena Jongup harus
menyelesaikan dua pekerjaan sekaligus, oleh karena itu Jongup meminta Himchan
untuk menyelesaikan satu dari pekerjaannya itu. “Mianhae Hyung, aku akan
meminta maaf pada Yongguk hyung karena sudah meminjammu hari ini“ senyum Jongup
merasa bersalah pada Himchan. Berbeda dengan Yongguk, Himchan tidak merasa
hubungannya dengan Yongguk itu salah namun dia juga tidak membenarkan adanya
hubungan sesama jenis, bagi Himchan hubungan dengan sesama pria seperti dia dan
Yongguk jalani adalah yang pertama baginya. Himchan sejak awal adalah pria
normal yang menyukai yeoja, bahkan sedari SMA dan kuliah Himchan berpacaran
dengan yeoja namun entah mengapa perasaan terlarang itu muncul saat dia bertemu
dengan seorang Bang Yongguk.
Himchan
yang melihat Jongup mengintip kearahnya dengan senyuman hanya bisa mencibir
malas namja sipit dengan bentuk badan yang sangat membuatnya iri, bagaimana
tidak Jongup memiliki abs yang sangat sempurna dibalik kemeja yang selalu
dikenakannya setiap hari, namun bagi Himchan abs Yongguklah yang paling indah
terlebih bentuk pinggang Yongguk yang selalu membuat Yongguk terlihat sangat sexy
dimatanya, “Aaah andwae…“ Himchan menggelengkan kepalanya, mencoba mengusir
bayangan Yongguk yang shirtless dihadapannya, “Berhenti berfikiran kotor Kim
Himchan“.
Himchan POV
Dasar
Moon Jongup karena kebodohannya aku jadi harus membantu menyelesaikan
pekerjaannya. “Hyung sudah pulang?“, “Daehyuniee, kau disini? “ aku menghampiri
Daehyun yang sedang mengambil minum didapur untuk mendapati satu gelas juga
untuk diriku. “Aku bosan dirumah dan karena tau Hyung akan pulang telat jadi
aku temani Yongguk hyung saja disini“. Selesai minum sambil ditemani Daehyun,
aku menghampiri pria tampan yang sedang
duduk didepan tv yang menyala. Yongguk dan Daehyun ternyata sedang menonton
film yang memang selalu tersedia dirumah karena aku dan Yongguk sama-sama suka
menonton film meski lebih banyak akulah yang akan menontonnya sendiri karena
kondisi Yongguk akan sama seperti saat ini, dia tertidur.
Aku
hanya membelai lembut surai hitamnya dan memutuskan untuk terlebih dulu
membersihkan diriku, “Aku mandi dulu“ ucapku yang hanya diangguki oleh Daehyun
yang kembali duduk untuk melanjutkan acara menontonnya. Setelah 20 menit aku
kembali keruang tamu sudah dengan pakaian tidur, duduk disamping Yongguk yang
masih terlelap. “Daehyuniee, kau sudah makan?“ bukannya menjawab Daehyun malah
terkekeh, “Langsung saja Hyung“ aku hanya mendengus menanggapi, aku paham
maksudnya. “Arra, Jung Daehyun. Apa Yongguk sudah makan?“ lagi pria tampan
menyebalkan ini menjawabku dengan kekehannya, “Yes, your hubby already eat Mrs.
Bang“ lantas saja aku melemparkan bantal sofa kearah pria menyebalkan itu dan
sepertinya mengganggu tidur seseorang disampingku. “Oh, kau sudah pulang“ mata
itu mengerejap sambil menyamankan posisinya di sofa.
Yongguk
berjalan menuju dapur sedangkan aku masih menonton film bersama Daehyun diruang
tamu, setelah selesai dari dapur Yongguk langsung masuk kedalam kamar dan
sampai 10 menit dia tidak lagi keluar, aku rasa dia sudah tidur. “Daehyuniee,
bagaimana kabar Youngjae?“ kini aku yang terkekeh padanya saat melihat perubahan
warna pada wajahnya, “Hyung“ ucapnya pelan, “Arraseo“ senyumku. Setelah film
selesai Daehyun pamit pulang dan aku langsung berjalan memasukki kamar,
mendapati tubuh kekar itu dengan mata terpejam. Baru aku menyamankan posisiku
dikasur, tangan hangat itu merengkuh tubuhku untuk masuk kedalam pelukaanya, “Yang
lembur itu aku, tapi kenapa kau yang kelelahan“ ucapku dengan mendongakkan
sedikit kepalaku untuk dapat melihat wajah tampan yang damai saat memejamkan
matanya ini, mengcup lembut bibir tebalnya.
-What’s Normal when I
can’t be with you-
Hujan
turun saat aku mengintip dari balik jendela yang ada didalam kamar, terbangun
ditengah malam karena mimpi buruk dan saat terbangun Yongguk tidak ada
disampingku, dia pasti sedang bekutat distudio kecil yang ada dirumah. Aku
mengetuk pintu studionya. Yongguk, dia tidak suka siapapun masuk sembarangan
kedalam teritorialnya. Aku menyeret kursi beroda untuk duduk disamping kirinya,
“Tidurlah, ini sudah tengah malam“ ucapnya tanpa melihat kearahku, baginya saat
berada disini hanya peralatan studionya-lah yang menarik. Aku hanya diam, tidak
menghiraukan ucapannya yang meyuruhku kembali tidur.
Yongguk POV
Lihat,
akhirnya dia malah tertidur disini padahal aku sudah menyuruhnya untuk kembali
tidur dikamar. Aku mematikan komputer yang aku gunakan sebelum akhirnya
menjitak kepala putri tidur ini hingga suara ringisan pelan terdengar dari
bibir merahnya itu. “Tidur dikamar sana“ aku lihat wajah kesalnya sebelum
keluar studio dan aku hanya tersenyum melihatnya.
Oh,
rupanya ada yang sedang marah, Himchan mengambil posisi tidur yang
memunggungiku. Aku merebahkan tubuhku ditempat tidur, lelah setelah seharian
bekerja dan juga harus menyelesaikan hobby-ku menulis lagu. Aku mengangkat
sedikit tubuhku untuk melihat wajah namja cantik yang sudah memejamkan mata disebelahku,
hanya untuk mengecup dahinya sebelum tidur namun tangannya menarik bajuku,
membuatku berhenti tepat diatasnya. “Wae?“ Himchan masih tetap menutup matanya
dengan tangan yang masih menarik bajuku, membuatku harus memandangi wajah putih
mulus tanpa celah miliknya dan pada akhirnya aku menyerah untuk mendaratkan
ciuman dibibir merahnya, melumatnya pelan saat aku rasa dia sudah mulai
membalas ciumanku dan menjadikan tanganku untuk menjadi tumpuan agar tidak
menindihnya.
“Kau
jahat Bang Yongguk“ ucapnya setelah akhirnya tidur dalam pelukkannku, membuat tawa
kecil lolos dari bibirku. “Tapi kau tidak pernah pergi dariku“ tuturku dengan
belaian lembut disurai coklatnya, Himchan menggeleng perlahan, “Tidak akan“ dan
berhasil membuat senyum diwajah kaku milikku.
-What’s Normal when I
can’t be with you-
Author POV
Namja
berkulit tan itu hanya menyentuh dua benda sedari lima belas menit yang lalu,
ponsel dan stir mobilnya. Jam 11 siang, ini bahkan belum waktunya makan siang
tetapi namja tampan ini tidak berada dikantornya melainkan berada pada parkiran
sebuah universitas, menunggu seseorang. Saat seseorang berlalu dihadapannya
membuat Daehyun, namja berkulit tan itu memutuskan membuka pintu mobilnya untuk
keluar dan menghampiri orang tersebut.
“
Youngjaeaa .. “
Daehyun
menghentikan langkah seseorang yang terlihat lumayan terburu-buru dengan
langkahnya yang cepat itu, menggenggam tangan orang tersebut. “Lepaskan, aku
tidak ada waktu untukmu. Aku ada kelas“ Daehyun sedikit kecewa karena rentetan
kata yang diucapkan pria manis dihadapannya terucap tanpa melihatnya sama
sekali. “Yoo Youngjae, mianhae“.
“Aku
akan menunggumu dirumah“
Youngjae,
namja manis dengan pipi sedikit chubby itu hanya membaca pesan yang Daehyun
kirim padanya tanpa berniat untuk membalasnya, memasukkan kembali ponsel
kedalam sakunya dan mulai menjelaskan mata kuliah pada mahasiswanya didalam
kelas.
Hampir
malam saat Youngjae kembali kerumah dan mendapati Daehyun, pria yang tadi siang
menghambat lajunya menuju kelas sedang duduk disofa yang berada diruang tamu
dengan tangan yang berada diatas kedua pahanya untuk menahan kepalanya.
Youngjae hampir sampai dikamarnya saat suara Daehyun menghentikan langkahnya. “Dia
bukan siapa-siapa, kau salah paham padaku“ uluran tangan yang hampir mencapai
knop pintu itu Youngjae lanjutkan hingga pintu kamar yang sudah berada
dihadapannya terbuka, tidak menghiraukan ucapan Daehyun.
Daehyun,
dia sangat menyesal menuruti permintaan salah satu rekan kerjanya untuk
menemaninya membeli kado ulang tahun untuk kekasihnya kemarin sore disebuah
department store. Saat dia dan teman yeojanya itu memasuki sebuah toko baju
pria dan yeoja itu memilih sebuah baju untuk dicocokkan padanya, saat itulah
Youngjae melihat mereka berdua dan pergi dengan tatapan sendunya.
Hampir
satu jam dan Youngjae tidak lagi keluar dari dalam kamarnya, membuat Daehyun
memberanikan diri untuk masuk kedalam kamar melihat keadaanya dan Daehyun
mendapati Youngjae yang sudah tertidur didalam selimut tebal yang menyelimuti
sebagian tubuhnya. Daehyun menghampiri Youngjae, duduk dipinggiran tempat
tidur, membelai surai hitam Youngjae dan memberikan kecupan singkat dikening
Youngjae. “Aku. Hanya mencintaimu Yoo Youngjae“ pelan Deahyun berucap, tidak
ingin mengganggu tidur lelap dari namja yang dicintainya. Ya, Daehyun pun
menjalaninya. Menjalani percintaan yang selama ini dianggap tidak normal oleh
Yongguk, maka itu dia berani berkata bahwa ‘Diluar
sana sudah banyak yang menjalani hubungan yang kau sebut tidak normal itu’
pada Yongguk karena salah satunya adalah dia.
Pertemuannya
dengan namja manis ini yang hampir tiga tahun lalu dikala hujan, membuatnya
tidak bisa untuk memalingkan arah pandangan matanya dari seorang Yoo Youngjae,
namja tampan dengan otaknya yang cerdas sedang dalam keadaan menggigil disebuah
halte didaerah Itaewon, saat itu Daehyun sedang menunggu makanan cepat saji
yang dipesannya didepan restoran. Youngjae dengan bibir pucat dan gigi beradu
akibat dingin yang menerpanya membuat Daehyun menghampirinya, menawarkan jaket
yang digunakannya namun saat dirinya semakin mendekat pada Youngjae dan melihat
dengan jelas bagaimana wajah Youngjae yang mulai pucat pasi akhirnya memutuskan
untuk menawarkan diri mengantar Youngjae kerumahnya. Hingga selanjutnya tanpa
Daehyun sadari dia terjerumus dalam pada kebaikan dan ketulusan Youngjae.
Youngjae
pastinya belum tertidur dan dapat dengan
jelas mendengar ucapan Daehyun yang baru saja menutup pintu kamarnya. Dia
sepenuhnya masih terjaga, sedikit kasihan karena harus memperlakukan Daehyun
seperti itu, dia tahu Daehyun sudah menunggunya seharian dan berakhir dengan
dia yang tidak memberikan kesempatan Daehyun untuk menjelaskan padanya,
menjelaskan hal yang membuatnya menangis untuk melihat Daehyun bersama dengan
wanita. “Mian“ ucap Youngjae lirih.
-What’s Normal when I
can’t be with you-
“Daehyunaaa,
gomawo. Namja chinguku suka sekali dengan baju yang aku berikan padanya, ini
semua berkat kau“ ucap gadis cantik sambil menaruh sebuah cup kopi dimeja
Daehyun yang disambut dengan senyuman dari sang pemilik meja, “Gomawo untuk
kopinya“ saut Daehyun. Daehyun melihat ponselnya berharap ada pesan atau
panggilan dari seorang yang ditunggunya, namun nihil.
“Ya,
kemana kau kemarin? Kenapa tidak ada dikantor?“ Daehyun meletakkan perlahan
ponselnya dimeja saat suara berat itu memasukki ruangannya dan menyeret kursi
yang berhadapan dengannya, “Aku ambil cuti sehari untuk tidur“ ucap Daehyun
berkilah akan absennya dia dikantor kemarin pada Yongguk. Yongguk hanya
mengangguk paham mendengar alasan Daehyun absen.
Yongguk
dan Daehyun memilih untuk menghabiskan makan siangnya di restoran Italy yang
tidak jauh dari kantor mereka. Sesekali Daehyun melihat ponselnya masih dengan
harapan yang sama, Youngjae akan menghubunginya saat mereka berdua sedang
menunggu pesanan mereka tersaji diatas meja. “Aku tidak habis pikir dengan
mereka. Apa dunia ini sudah kehabisan wanita sampai-sampai kini banyak sekali
pria gay dan sangat disayangkan lagi karena kebanyakan dari mereka adalah namja
dengan wajah tampan tapi sayangnya mereka sakit“.
Kedua
pria itu hanya bisa diam terpaku mendengar celotehan beberapa yeoja yang duduk
tidak jauh dari tempat mereka, terlebih Yongguk. Air mukanya sudah benar-benar
berubah saat ini.”Jangan dengarkan mereka Hyung“ ucap Daehyun dengan nada
tenang dan Yongguk berusaha memberikan senyumnya untuk menanggapi Daehyun,
setelahnya mereka berdua hanya terdiam hingga makanan yang mereka pesan tertelan
habis kedalam perut mereka.
Himchan POV
“Apa
ada yang aneh?“ tanyaku pada Yongguk yang beberapa kali aku lihat hanya
mengaduk makanan yang ada didalam piringnya tanpa memakannya. “Bbang.. ada apa?”
ucapku lagi dengan menyentuh lengan kekarnya hingga membuatnya tersadar, dia
sepertinya melamun. “Aah, tidak ada“ sautnya yang akhirnya memakan makanannya,
membuatku melihatnya aneh karena sedari tadi pulang kantor Yongguk bahkan tidak
berbicara padaku.
“Himchan
hyung apa kau dirumah? Oh, ya Yongguk hyung mungkin akan sedikit berbeda hari
ini karena tadi kami mendengar percakapan orang soal namja gay, kau
mengertikan?“
Author POV
Akan
sms yang Daehyun kirimkan padanya membuat Himchan mengerti kenapa Yongguk tidak
berbicara dengannya. “Tidak normal, itu pasti yang dia pikirkan saat ini“
Himchan mendengus pelan sebelum akhirnya mengirim pesan berisi terima kasih
pada Daehyun karena sudah memberitahunya hingga dia tahu harus berbuat apa pada
kekasihnya.
Seperti
biasanya Himchan selalu mengetuk pintu ruangan kecil yang berisi peralatan
untuk rekaman dan yang lainnya untuk membuat sebuah lagu yang ada dirumah,
dengan sepiring apel yang siap makan karena Himchan sudah membuang kulitnya
terlebih dahulu ditangannya dia memasuki studio Yongguk. “Bbang, aku bawakan
apel. Tadi kau tidak menghabiskan makananmu, jadi ini gantinya supaya perutmu
kenyang“ tak ada ucapan untuk membalas perkataan Himchan, hanya anggukan sebagai
balasannya.
Hampir
sepuluh menit Himchan lalui distudio bersama Yongguk tanpa ada percakapan
diantara mereka berdua, sedikit membuat Himchan jengah namun sepertinya tidak
dengan Yongguk. Yongguk, dia bahkan bisa melalui hari tanpa berbicara sepatah
katapun dan hanya akan mengisinya dengan keheningan, berbeda dengan Himchan. “Saat
menjadi normal itu berarti tanpamu, aku akan memilih tidak normal agar bisa
bersamamu“ ucap Himchan akhirnya dengan menatap paras namja yang sudah
membuatnya terikat.
Yongguk POV
“Saat
menjadi normal itu berarti tanpamu, aku akan memilih tidak normal agar bisa
bersamamu“. Rentetan kata itu bagai jatuhnya bom yang membuat jatungku meledak
karena setelahnya berdetak dengan sangat cepat, pengakuan yang menurutku sangat
mudah dilakukan seorang Kim Himchan padaku, membuatku berfikir bahwa selama ini
bukan hanya aku yang berpendapat bahwa hubungan kami ini tidaklah normal, namun
dia memilih untuk tidak menjadi normal asal bisa bersamaku, tidakkah aku
harusnya berfikiran yang sama karena hubungan ini ada atas kasih sayang yang kami
miliki untuk satu sama lain.
“Jangan
tidur terlalu malam“ ucapnya mengingatkan sebelum menutup pintu studio dan
meninggalkanku sendiri yang masih memikirkan ucapanya, dia yang memilih untuk
tidak menjadi normal untukku. Meremas rambutku, pengakuannya barusan cukup
memberikan tamparan keras padaku. Himchan, dia juga tau ini salah, hubungan
kami salah tapi dia menerima itu dan tidak memikirkan kata normal itu asal bisa
bersamaku. Aku nyaman bersamanya, sejujurnya hilangnya dia dari jarak pandangku
hanya akan menimbulkan keresahan pada diriku dan yang paling parah adalah
emosiku meninggi saat dia berdekatan dengan namja atau yeoja lain, sungguh
menyiksaku dan sangat jujur aku tau perasaanku untuknya. Aku mencintainya,
mencintai Kim Himchan. Mencintai Himeku.
Menutup
pintu studio dan saat berbalik aku dapat melihat silulet Himchan yang sedang
sibuk menuangkan sesuatu pada gelas didapur, aku menghampirinya. Bersandar pada
meja makan, mengambil gelas yang baru saja diisinya dengan jus jeruk dan
meminumnya. Dari sudut mataku saat meminum habis jusnya, Himchan hanya
memandangku dengan tatapan santainya. Himchan mengarahkan ibu jarinya untuk
mengusap sudut bibirku, “Kau jorok Bbang“. Himchan berbalik dan saat itu aku
melingkarkan kedua tanganku dipinggangnya dan membuatnya sedikit tersentak
akibat pelukanku yang tiba-tiba.
Himchan
kembali berbalik dan kini kepalaku tepat berada diperutnya karena posisiku yang
duduk bersandar pada meja sedangkan dia berdiri. Himchan dengan lembut mengelus
surai hitamku hingga keleher dan itu terus dilakukannya berulang, memberikanku
rasa nyaman yang sangat menyenangkan. Aku rasa Himchan sudah tau ini caraku
menyampaikan rasaku padanya, caraku yang tak bisa dengan gamblang mengungkapkan
rasaku tidak seperti dirinya. Himchan mengecup pucuk kepalaku pelan, membuatku
semakin mengeratkan pelukanku pada pinggangnya, sangat nyaman.
“Bagaimana
harimu, melelahkan?“ masih dengan posisi yang sama, Himchan memecahkan
keheningan kami dengan pertanyaan ringannya, “Lumayan“ sautku seadanya dengan
suara beratku. “Aku juga, gara-gara Moon Jongup pekerjaanku malah terbengkalai
karena harus membantunya, huuuft“ aku sangat yakin kalau saat ini bibirnya
tengah mengerucut dengan sangat lucunya, “Jangan terlalu dekat dengannya“
kekehan kecil Himchan terdengar olehku, “Ne, arra“. Aku mempererat pelukkanku
dan dengan nakal memasukkan tanganku kedalam bajunya, memeluk langsung
pinggangnya. “Bbang ..“ ucapnya lirih sambil menyentuh tanganku yang
memeluknya, “Arra, mian“.
Aku
melepaskan pelukan nyaman yang tadi aku dapatkan darinya, mengecup kilat bibir
pink miliknya. Syukurlah aku masih bisa menahannya, menahan untuk tidak
menyentuhnya lebih dari ini. Yah, aku yang memintanya. Oh bukan, lebih tepatnya
aku yang berjanji padanya untuk tidak akan menyentuhnya lebih jauh sebelum
semuanya jelas, maksudku sebelum aku yakin akan semuanya dan tak lagi ragu
dengan hubungan ini, karenanya aku meminta Himchan untuk menahan segala
percobaanku untuk lebih jauh menyentuhnya sampai saat itu datang, saat aku tak
lagi membuat Himchan ragu padaku, ragu bahwa aku tidak akan lagi pergi darinya
atau memintanya yang pergi dariku.
-What’s Normal when I
can’t be with you-
“Bbang..
bangun .. sudah hampir siang“ aku tau, sangat tau jika saat ini matahari sudah
mulai bergerak menapaki tahtanya tapi aku masih ingin memejamkan mata, aku menurunkan
sedikit tubuhku hingga tertutup oleh tubuh Himchan untuk menghalangi sinar
matahari. “Bbang ..“ aku berbalik memunggungi Himchan saat sekali lagi dia
mencoba membangunkanku, “Jangan ganggu tidurku Hime, ini hari minggu“.
Author POV
Himchan
tak lagi mengusik tidur nyenyak Yongguk, dia malah memilih untuk kembali
berbaring disamping namja tampan dengan mata yang terpejam itu, menyusuri wajah
tegas sang namja dengan jari telunjuknya yang kemudian ditangkap oleh Yongguk
untuk digenggamnya, membuat seulas senyuman manis lolos dari Himchan. “Jangan
ganggu aku Hime“ ucap Yongguk lagi yang kini malah menarik Himchan untuk berada
dalam pelukannya, “Arra, tidurlah. Aku tidak akan mengganggu“ saut Himchan yang
malah menelusupkan kepalanya nyaman didada bidang Yongguk.
Ditempat
lain seorang pria berkulit tan dengan raut wajah ragu didepan sebuah pintu
apartemen masih tidak bergerak barang satu senti, dia masih berperang sengit
dengan pikirannya sendiri hingga akhirnya pintu yang sedari tadi dipandanginya
terbuka, menampakkan wajah imut nan manis dari sang pemilik rumah, Yoo
Youngjae.
“Jae-aah..“
wajah pria yang tampan jika dia dalam keadaan normal dan tidak layu seperti saat
ini hanya bisa berbicara lirih saat seseorang yang tidak bisa dihubunginya
beberapa hari ini muncul dihadapannya. Youngjae yang mendengar suara Daehyun
yang lirih hanya bisa menghela nafas pelan, dia sungguh tidak tahan harus
menghindar dari namja yang sudah dua tahun ini mengisi hari dan hatinya.
“Jae-aah
dia,,,“
“Berapa
hari kau tidak makan Jung Daehyun?“
Youngjae
menyela ucapan Daehyun dengan langkahnya meninggalkan Daehyun didepan pintu
yang terbuka, secara tidak langsung membiarkan Daehyun masuk. Daehyun melangkah
masuk, membuntuti gerak Youngjae menuju dapur. “Aku tanya, berapa hari kau
tidak makan?“ Youngjae mengulangi pertanyaanya karena Daehyun belum juga
menjawabnya, Daehyun menghampiri Youngjae dan memeluk dari belakang perut
Youngjae.
“Youngjae,
aku,,, “
“Nanti
saja kalau kau mau mejelaskannya padaku, sekarang makan dulu“
Youngjae
melepaskan pelukan Daehyun diperutnya dan beralih untuk menyiapkan makanan
untuk Daehyun, dia sangat yakin bahwa Daehyun pasti sudah beberapa hari belum
makan dengan wajah lusuh dan layunya itu, dua tahun dan Youngjae sudah dengan
jelas tahu bagaimana kelakuan sang kekasih, sudah terlalu mengerti hingga
sebenarnya tanpa perlu Daehyun jelaskan Youngjae sudah tahu bahwa wanita itu
bukanlah siapa-siapa buat Daehyun meski tidak dipungkiri Youngjae selalu saja
merasa cemburu meski dia tahu dengan sangat jelas bahwa Daehyun hanya akan
mencintainya.
Daehyun
duduk dimeja makan, melihat punggung Youngjae yang sedang sibuk dengan buku
ditangannya diruang tamu, sedangkan dia harus makan sendirian dimeja makan
didapur. Selesai makan Daehyun melangkahkan kakinya menuju Youngjae, duduk
tepat disamping namja imut yang nampak serius membaca dengan kaca mata
betengger manis di hidung mancungnya. Duduk disamping Youngjae beberapa menit
dan ternyata Daehyun tidak mendapatkan perhatian Youngjae sama sekali, pada akhirnya
Daehyun menyandarkan dirinya disandaran sofa yang didudukinya, memejamkan
matanya perlahan. “Aku hanya membantunya memilihkan baju sebagai hadiah untuk
kekasihnya, hanya itu“ ucap Daehyun dengan mata terpejamnya, dia pasrah apakah
Youngjae mau mendengar dan menerima penjelasannya atau tidak, dalam pikirannya
ia hanya ingin Youngjae mengetahui kejadian sebenarnya.
Youngjae
menutup buku yang dibacanya dan melepaskan kaca mata, meletakkannya dimeja yang
tepat berada dihadapan mereka. “Arra, aku tahu itu karena Daehyun-ku hanya bisa
mencintaiku“ ucap Youngjae manis sambil mencubit gemas hidung Daehyun membuat
sang empunya membuka matanya yang ternyata sudah memerah dengan sedikit
genangan air mata disana. “Lalu kenapa kau tidak mau mengangkat telepon dan
membalas smsku?“, “Karena tetap saja aku kesal melihatnya“. Daehyun lantas
memeluk Youngjae dengan erat, dia sudah sangat merindukan namja manis dengan
pipi chubby-nya ini. “Jadi berapa hari kau tidak makan, euum?“ Youngjae bermain
dengan baju Daehyun, menarik-narik kecil baju Daehyun saat berada didalam
pelukan namja tampan dengan surai coklat pekatnya itu. “Dua hari. Kau jahat
Jae-aah“ Youngjae terkekeh pelan, dia tahu maksud Daehyun. Daehyun yang selalu
banyak bicara dan kadang semaunya ini akan sangat tersiksa jika Youngjae-nya
sudah mendiamkannya, terlebih harus berjauhan dengan Youngjae.
Youngjae
memulainya, dia mengecup bibir tebal Daehyun dengan sangat manis. Daehyun melingkarkan
tangannya dipinggang Youngjae, memeluknya posesif “Jangan coba untuk
menghentikanku“ ucap Daehyun diawal dan dengan sangat jelas Youngjae tau akan
berakhir dimana mereka dalam waktu sepuluh menit kedepan dan Youngjae juga
sangat yakin namja tampan ini akan membalasnya dengan membuatnya mendesah tiada
henti setelah ini, pembalasan dari seorang Jung Daehyun pada dirinya.
-What’s Normal when I
can’t be with you-
Tidak
ada yang salah dengan Himchan saat ini hingga mendapatkan perhatian karena
terlalu memukau, bahkan meski dirinya kini hanya memakai kemeja lengan panjang
yang digulung sedikit dibagian lengannya dan dipadukan dengan celana jeans
hitam sedikit belel, serta rambut coklat indahnya yang masih sedikit lembab
sehabis keramas membuat penampilan Himchan sungguh sangat menyegarkan mata-mata
orang yang sedang memandang kagum dan terpesona padanya.
Tidak
begitu besar namun tetap saja ini sebuah club, meski bukan semacam club yang
megah tetapi club ini cukup terlihat menyenangkan dengan wall painting menarik
disetiap bagian dinding yang ada. Himchan duduk disebuah meja yang tidak jauh
dari panggung kecil yang ada di club, tidak tertarik dengan apapun hingga ia
mendengar suara yang sangat familiar ditelinganya mulai menyapa. Dia, Bang
Yongguk sudah berdiri dipanggung memulai aksinya, menyalurkan hoby-nya dengan
menjadi musisi indie yang berdiri sendiri dengan karya yang dibuat oleh
tangannya sendiri dan disinilah Himchan berada untuk memberikan dukungan bagi
kekasihnya.
Himchan
menikmati tiap lantunan syair yang keluar dari bibir Yongguk, sepertinya
Himchan akan selalu terpesona akan kharisma dari seorang Bang Yongguk. Tidak
bisa dipungkiri Himchan mengagumi Yongguk dengan semua bakatnya dan dia sangat
yakin bahwa Yongguk sebenarnya bisa menjadi bintang besar namun idealismenya
mengenai music membuat batasan dan Himchan mengerti itu, karena bagi Yongguk
musik bukan sesuatu yang bisa dijadikan bisnis.
Selesai
dengan aksinya diatas panggung Yongguk melangkahkan kakinya untuk menghampiri namja
manis yang sedari tadi menebar senyum manis padanya, menghampiri Hime-nya.
Sudah tinggal beberapa langkah saat Yongguk melihat beberapa yeoja sudah berada
dimeja Himchan, samar-samar mendengar ucapan mereka yang sedang memperkenalkan
diri pada Himchan. Cukup sekali. Ya, hanya dalam satu kali lihat orang akan
bisa menilai ketampanan yang dimiliki Himchan dan itu dengan sangat mudah
membuat para yeoja juga mungkin namja jatuh hati padanya ditambah dengan sikap
manis yang dimiliki Kim Himchan membuatnya sangat mudah dicintai.
Tanpa
sadar Yongguk malah memundurkan langkahnya untuk menghampiri Himchan dan
kemudian bebalik arah, menghampiri mobilnya yang terparkir diluar. “Aku
tunggu dimobil“. Himchan membaca pesan yang baru saja masuk kedalam
ponselnya dan kemudian tersenyum ramah pada beberapa yeoja yang menghampiri
mejanya sebelum akhirnya pergi meninggalkan mereka. Saat sudah didalam mobil
Himchan sudah bisa tau ada yang aneh hanya dengan melihat raut wajah Yongguk
karenanya dia memilih untuk berdiam diri selama perjalan pulang kerumah.
Himchan POV
Sampai
dirumah Yongguk langsung masuk kedalam kamar, melempar pelan kunci mobil pada
nakas di samping tempat tidur lalu melepaskan bajunya, melemparnya asal menuju
rak baju kotor disudut kamar mandi dan setelahnya menutup pintu kamar mandi.
Ada yang tidak beres, itu yang aku rasakan saat menemuinya dimobil tadi tapi
aku tidak tau apa yang membuatnya seperti ini, moodnya tidak baik. Aku membuka
kemeja yang aku kenakan hingga menyisakan kaos hitam polos dan mengganti
celanaku dengan celana bahan pendek agar lebih nyaman kemudian keluar kamar
menuju dapur untuk mengambil beberapa makanan ringan, membawanya keruang tamu.
Yongguk
duduk bersebrangan denganku, dia sudah mulai memakanan-makanan ringan yang tadi
aku ambil dari dapur. Benarkan ada yang tidak beres, buktinya dia tidak duduk
disebelahku dan malah membuat jarak. “Lain kali kau tidak perlu datang“ aku
mengereyit, mengerutkan dahiku mendengar ucapannya. Aku tidak boleh datang
melihatnya, kenapa?. “Wae, apa aku membuat masalah untukmu Bbang?“ tanyaku. “Kau
membuatku tidak bisa berkonsentrasi dan itu mengganggu“ itu sangat flat,
Yongguk mengucapkannya tanpa ekspresi yang berarti, sangat datar namun berhasil
membuatku meringis sakit akibat luka tak kasat mata dari ucapannya. Aku, mengganggu.
“Mian.
Ne, lain kali aku tidak akan datang“
Yongguk POV
Rasanya
aku ingin membuat diriku sendiri babak belur dengan ucapan yang baru saja aku
lontarkan pada namja cantik ini, mengganggu?. Oh, ayolah Bang Yongguk akui saja
bahwa melihat Himchan disana saat kau dipanggung membuat semangatmu overload, melihat senyuman manisnya saat
melantunkan segala syair itu membuat hatimu menghangat dan hanya karena
melihatnya dikelilingi yeoja membuatmu mengatakan hal kejam padanya. Himchan,
dia tidak pernah mengganggu.
Apa
yang sudah aku lakukan pada namja ini, hingga kini dia hanya menundukkan
kepalanya dan terdiam. Aku tau ini bukan dia yang biasanya. Himchan, dia tidak
akan senang dengan keheningan diatara kami, meski aku tidak akan banyak
merespon ucapannya dia akan tetap berbicara panjang lebar namun tidak dengan
saat ini, dia hanya diam.
-What’s Normal when I
can’t be with you-
“Aku
akan pulang kerumahku hari ini“
Oh, good Bang Yongguk, well done. Himchan, aku tidak akan menemuinya dirumah saat aku
pulang nanti karena sms-nya barusan memberitahu bahwa dia akan pulang
kerumahnya sendiri, bukan rumahku. Melempar malas ponselku diatas meja kerja,
memutar kursiku. Satu lagi hal yang membuat hariku buruk setelah tadi direktur
membuatku harus mengulang semua rancangan dari proyek yang akan diajukan pada
perusahan pengembang minggu depan dan sekarang, Himchan.
“Hanya
ada dua hal yang bisa memunculkan wajah itu, Himchan hyung dan pekerjaanmu. Jadi
kali ini yang mana Hyung?“ ucap Daehyun. Ya, aku sangat tau ini adalah suaranya,
aku memutar kembali kursiku untuk melihatnya, “Keduanya“. Daehyun mendegus
pelan, meletakkan satu cup kopi diatas mejaku lalu beralih duduk dikursi tepat
dihadapanku. Aku meraih kopi yang diberikannya, menyesapnya perlahan,
“Americano“ dengusku, namja ini sepertinya ingin meledekku saat ini dengan
memberikanku kopi kesukaan Himchan.
Daehyun
mengangguk pelan, “Kalau soal pekerjaan aku yakin Hyung akan dengan mudah
menyelesaikannya namun untuk Himchan hyung ,,,“ Daehyun menggantungkan
ucapannya dan aku balas dengan tatapan malasku, entahlah di depan namja yang
nyatanya sahabatku ini, aku seperti air yang sangat bening hingga dengan mudah
dia bisa melihatku, transparan. “Kau tau proyek yang di Myeongdong itu?
Direktur memintaku mengubah rancanganya, gila ini hanya 5 hari sebelum rapat
bersama perusahaan pengembang itu“ tuturku membagi sedikit stress-ku padanya.
Daehyun
yang memang wajah dari perusahaan, orang yang akan selalu menemui berbagai
pihak yang bekerja sama dengan perusahaan tempat kami bekerja. Public
releation, yah seperti itu tugasnya. Saat aku selesai dengan presentasi atas
design yang aku buat, selanjutnya adalah tugas Daehyun untuk meyakinkan pihak
lain untuk menyetujui design kami, maka itu namja yang kadang membuatku kesal
ini sebenarnya adalah orang yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidupku
diperusahaan ini.
“Jujur
hyung, design yang kemarin itu memang banyak memiliki celah untuk membuang uang
percuma, buatlah seperti gayamu yang biasanya,
simple namun penuh arti“ lagi aku menenggak kopi yang Daehyun bawakan untukku.
“Aku juga sebenarnya merasa seperti itu“ menghela nafas pelan. “Aku duluan Hyung.
Ada yang menungguku, kalke“ pamit Daehyun setelah selesai membaca pesan masuk
diponselnya, mungkin. Aku mengangkat tangan menyahuti. Menunggu, hari ini tidak
akan ada yang menungguku dirumah.
Author POV
Daehyun
melepaskan ikatan dasinya saat sudah berada dihapadan stir moilnya, melemparkan
asal dasi serta jasnya ke jok belakang mobil. “Kau masih dikampus? Aku akan
menjemputmu, tunggu aku“ Daehyun memutuskan hubungan telponnya dan langsung
menyalakan mesin mobil untuk menuju universitas dimana Youngjae menjadi dosen
disana. Jam sore dimana bertepatan dengan jam pulang kantor membuat perjalanan
Daehyun harus dilakukan lebih lama karena kemacetan yang ada, butuh hampir satu
setangah jam untuknya bisa sampai.
Youngjae
memakai sabuk pengaman saat sudah memasuki mobil Daehyun, “Makan diluar?“ tanya
Youngjae dan mendapatkan gelengan dari Daehyun. “Masak untukku“ ucap Daehyun,
melirik sekilas kearah Youngjae sebelum akhirnya kembali melajukan mobilnya, “Kalau
begitu kita beli bahannya dulu“ dan kali ini Daehyun menganggukan kepalanya
menanggapi perkataan Youngjae.
“Hyung,
Himchan hyung“ Youngjae menghampiri Himchan yang sibuk memilih bahan makanan. “
O, Youngjae, Daehyun“ Himchan sedikit tekejut melihat Youngjae juga Daehyun yang
sudah ada dibelakangnya. “Hyung juga sedang berbelanja?“ tanya Youngjae lagi, “Ne,
persediaan dirumah sepertinya habis makanya aku berbelanja“ dengan senyuman
manis Himchan menjawab pertanyaan Youngjae. “Hyung , sepertinya Yongguk hyung
sedang stress hari ini“ tutur Daehyun dan berhasil sedikit merubah raut wajah
Himchan menjadi sedikit cemas.
“Youngjaeaaa..
palli, aku sudah sangat lapar“ Daehyun mengigiti wortel diatas meja dengan
masih memandangi kesibukan sang namjachingunya yang sedang asik dengan kegiatan
masaknya. “Dasar kau. Tanganku cuma dua, sabarlah sebentar, lagi pula kau kan
yang memintaku masak. Jadi tunggu saja“ lagi Daehyun mengigit wortel, gemas
dengan tingkah sang kekasih Youngjae melayangkan cubitan kecil dipipi Daehyun.
Perjalanannya
menuju rumah Himchan mengingat ucapan Daaehyun ‘Yongguk sedang stress hari ini’. Himchan menghela nafas, akhirnya
dia memutuskan untuk turun dari bis dan kemudian berganti dengan bis yang lain,
dia memutuskan untuk ‘pulang’. Sampai dirumah Himchan berkesimpulan bahwa
Yongguk belum sampai karena dia masih melihat rak sepatu yang kosong disana. Selesai
mandi Himchan beralih lagi kedapur untuk
menata makanan yang sebelumnya sudah dia masak diatas meja.
-What’s Normal when I
can’t be with you-
Himchan POV
Hampir
jam 9 saat pintu rumah terbuka dan menampakkan wajah lusuh Yongguk, ditangannya
Yongguk membawa lembaran kertas yang cukup besar dan aku sangat yakin itu
kertas design-nya, dia membawa pekerjaannya kerumah dan ini adalah hal yang
sangat jarang Yongguk lakukan terkecuali jika dia memang harus segera
menyelesaikannya.
“Kau
sudah makan? Aku masak sup untukmu“ ucapku saat dia berlalu dihadapanku untuk
meletakkan kertas-kertas yang dibawanya menuju sudut rumah dimana terdapat meja
kerjanya. “Aku mau mandi dulu“ ucapnya setelahnya. “Aku akan panaskan sup-nya“
aku beranjak dari ruang tamu, kembali kedapur untuk menghangatkan sup yang
sudah dingin karena terlalu lama terbuka dimeja makan.
Aku
masih sedih saat tau bahwa aku menganggunya waktu itu dan sebenarnya aku ingin
menghilang barang sebentar dari sekitarnya agar tidak membuatnya terganggu
dengan keberadaanku namun mendengar Daehyun mengatakan bahwa hari ini dia
sedang stress membuatku kembali kesini, pulang padanya. Selesai mandi Yongguk
menghampiriku didapur, duduk dimeja makan dan mulai memakan sup yang aku buat
untuknya meski tanpa suara. Aku benci kehening seperti ini saat bersamanya.
Disudut
rumah Yongguk sibuk dengan kertas-kertas juga pensil yang digunakannya untuk
menorehkan garis-garis yang nantinya akan berakhir dengan gambar sebuah gedung
atau ruangan, sedangkan aku hanya duduk diam dengan buku yang ada ditanganku,
meski tidak sepenuhnya fokus dengan buku yang sedang aku baca karena pikiranku
terus tertuju padanya yang sudah hampir 3 jam berkutat dengan semua
kesibukannya dimeja kerjanya itu.
Aku
menghampiri Yongguk yang kini sedang melakukan pereganggan pada tangannya
dikursi tepat didepan meja yang penuh dengan kertas itu. Entahlah, aku hanya
ingin meringankannya saja dengan memberikan pijatan pelan dikedua bahunya dan
sepertinya Yongguk menyukainya karena dia membiarkan tanganku dengan bebas
memberikan pijatan dibahunya, “Apa sudah selesai?“ tanyaku masih dengan
memberikan pijatan dibahu, Yongguk menggeleng lemah “Baru seperepatnya“
jawabnya dengan mata terpejam, aku mengangguk pelan.
Yongguk POV
Aku
sangat senang mendapati Himchan dirumah
saat aku sampai tadi, meski tidak sepenuhnya bisa melihat wajah manisnya itu
dengan kertas-kertas blue print yang ada
ditanganku sehingga menghalangin pandanganku untuk melihatnya. Aku beralih
menuju kamar saat dia mengatakan sudah membuatkan sup untukku. See, dia bahkan masih berbaik hati
dengan membuat makanan untukku meski aku sangat tahu bahwa ucapanku padanya
tempo hari sudah menyakitinya tapi dia bersikap seakan tidak terjadi apa-apa.
Jemari
lentik itu memijat lembut bahuku yang lelah, dengan perhatiannya Himchan membuat
rasa lelahku berkurang oleh pijatannya dibahuku, membuatku sangat nyaman. Aku
menarik tangannya hingga membuatnya menunduk dan memeluk leherku dari belakang,
aku sangat membutuhkan rasa nyaman yang hanya aku bisa dapat darinya, aku
membutuhkan Hime-ku.
Lagi,
Himchan dengan pengertian memeluk leherku dan memberikan kecupan-kecupan
menyenangkan disana membuat mataku terpejam lagi untuk menikmatinya. Kembali
aku menarik tangannya, kini membawanya keruang tamu, duduk disofa. Aku menepuk
kedua pahaku, memintanya duduk disana karena aku ingin memeluknya, saat ini aku
hanya ingin dia. Himchan mengelus lembut rambutku yang sedang menenggelamkan
wajahku didadanya, “Kau akan meyelesaikannya dengan baik Bbang, aku yakin itu“
ucapnya lembut, aku hanya bergumam menanggapi.
“Kau
pulang“ masih dengan memeluknya, “Tadi aku bertemu Daehyun dan dia
memberitahuku tentangmu, jadi aku pulang untuk menyemangati kekasihku ini“ aku
tersenyum dalam pelukkannya bersamaan dengan kecupannya dipucuk kepalaku. Bagaimana
aku bisa tidak mencintai namja cantik dengan semua perlakuan manisnya padaku
yang berlum pernah aku dapatkan dari seorang yeoja manapun, hanya Kim Himchan
yang bisa memberikanku rasa nyaman dan tenang luar biasa dengan semua tingkah
lakunya yang kadang aku akui membuatku sakit kepala untuk melihat wajah cantikya
itu terus menampakkan aegyo-nya, membuatku berdiri jauh dari kata normal karena
ingin sekali rasanya memenjarakan dirinya dengan tubuhku, aku gila.
Aku
menyandarkan diri pada sandaran sofa dan memejamkan mataku (lagi) sebelum
akhirnya aku mendapati mata marbelnya sedang meniti wajah lelahku, perlahan aku
menarik bajunya untuk membuatnya mendekat padaku hingga kini wajahnya hanya
berjarak tujuh senti dariku, menghembuskan pelan nafasku tepat diwajahnya dan
kemudian meraup bibir merahnya dengan bibirku. Himchan mengalungkan tangannya
dileherku dengan aku yang masih sibuk mengecup bibirnya, belum mau
memperdalamnya dan itu berhasil membuatnya melepaskan senyum saat aku mengecup
manis bibirnya.
Himchan
membelai tulang kecil yang naik turun dileherku dengan tangan lembutnya, membuatku
akhirnya mengigit kecil bibirnya hingga membuatnya meringis, membuatku langsung
menyerang benda tidak bertulang didalam sana untuk berperang, memangutnya sudah
tak lagi lembut. Himchan selalu bisa mengimbangi ciumanku meski selalu aku yang
akan menjadi pemenangnya dengan berhasil meloloskan desahan atau geraman rendah
dari bibirnya, “Eeuuggghh..“. Jemariku membersihkan ujung bibirnya yang basah
akibat pagutan kami berdua dan kembali memberikan kecupan lembut disana. “Kau
tidak pernah menggangguku, aku hanya tidak suka saat yeoja-yeoja itu
mengelilingimu“ tuturku padanya dengan mata terpejam menikmati belaiannya
diwajahku. “Kau cemburu Bbang“ itu pernyataan bukan pertanyaan darinya, aku tau
itu. Aku membuka mata, menatapnya dengan intens “Aku gila Hime, karenamu“
ucapku lirih, rasanya seperti aku sudah mengakui kekalahanku padanya, mengakui
bahwa aku begitu membutuhkannya, mengakui bahwa aku mencintainya.
Senyum
manisnya menghiasi wajah cantiknya yang kini tersaji dihadapanku, Himchan
menggesekkan hidungnya dengan milikku masih dengan senyum diwajahnya. “Bisakah
aku memohon padamu untuk tetap gila agar terus menginginkanku“ pintanya, aku
membuat jarak darinya untuk menatapnya dengan jelas, membelai pipinya yang
putih namun kini ada semburat merah disana dan matanya yang menatapku dengan
sedikit rasa takut yang dengan jelas bisa aku lihat dan rasakan.
“ I’ll,
but when you promise me to not go back to normal again “ tetesan liquid bening
itu meluncur dari sudut matanya sesaat setelah dia menganggukkan kepalanya
mantap untuk menyanggupi permintaanku, memintanya untuk tak lagi kembali
normal, normal untuk memiliki dan menicintai seseorang yang harusnya dan sudah
kodratnya untuk seorang pria untuk jatuh hati dan mencintai, kembali normal
untuk memiliki segala rasa ini bersama seorang yeoja.
“
What’s normal when I can’t be with you? “ tuturnya membuat sudut bibirku
tertarik begitu saja. Itu benar, sangat benar dan aku setuju dengan ucapannya.
Apa itu normal saat aku tidak bisa bersamanya? Karena saat tidak bisa bersamanya
hanya ada rasa rindu, rasa sakit menyiksa yang aku rasakan dan mengingkari
keinginanku untuk bisa mencintainya malah membuatku semakin jauh dari kata
normal, karena aku hanya akan menjadi gila. Gila untuk bisa memilikinya, gila
dengan rasa butuh yang aku punya untuknya, aku membutuhkannya untuk disini
bersamaku untuk aku cintai dan mencintaiku. Aku membutuhkan Hime-ku.
Himchan POV
Aku
merasakan kelegaan yang sangat luar biasa saat mendengar permintaannya yang
tanpa perlu diajukannya akan aku lakukan karena aku memang membutuhkannya bersamaku,
lagi pula aku sudah pernah mengatakan padanya bahwa aku memilih untuk tidak
menjadi normal untuk bisa bersamanya. Hanya ingin memeluknya dengan erat, tidak
ingin melepaskannya dari pelukkanku hanya ingin dia untukku dan bersamaku,
egois memang tapi Yongguk hanya untukku dan hanya milikku. Entah sejak kapan
rasaku seperti ini tapi yang aku tau aku hanya membutuhkannya.
“
Saranghae Kim Himchan “
“
Naddo Bbang, naddo saranghae “
Yongguk
mendaratkan ciumannya dileherku, menyesapnya dan sepertinya akan meninggalkan
bekas nanti. Dia menatapku dengan mata tajamnya, menghapus jejak air mata yang
sedikit-sedikit masih mengalir dipipiku, “I wont back to normal again“ ucapnya
pelan dengan sedikit penekanan, membuatku mecium bibir tebal miliknya yang
dibalas dengan sangat panas olehnya. Aku hanya ingin menyalurkan rasa bahagiaku
lewat ciuman manis ini, meyampaikan betapa aku bahagia karena keraguan miliknya
tak lagi ada, yang ada kini dirinya yang menginginkanku sama seperi aku yang
menginginkannya.
Author POV
Keduanya
hanya ingin meyampaikan perasaan terdalam yang mereka rasakan untuk satu sama
lainnya tanpa lagi harus ada keraguan didalam hati. Yongguk kini sudah tak lagi
memusingkan kata normal atau tidak akan hubungan yang dijalananinya bersama
Himchan, baginya kini mencintai dan dicintai adalah suatu hal yang wajar
diinginkan dan diharapkan oleh setiap insan hanya saja dia berbeda. Rasanya dan
hatinya terikat pada seorang namja cantik dan manis bernama Kim Himchan. Untuk
semua itu kata normal bukan hal yang perlu dipeributkan karna semua ini
pemberian Tuhan, rasanya ada karena memang Tuhan yang memberikannya. Lagi pula
segala sikap manis namja ini dan segala perhatiannya serta rasa nyaman yang
didapatkannya adalah hal yang Yongguk butuhkan dan semua itu hanya bisa
diperolehnya dari seorang Kim Himchan.
Yongguk
kini tak lagi ingin memungkiri dirinya yang membutuhkan Himchan didalam kesehariannya,
menginginkan namja manis dengan segala kasih sayangnya menemani hidupnya. Normal
atau tidak menjalani hubungannya kini dengan Himchan tak lagi mau dipeributkan,
pengecualian yang dibuat Yongguk untuk seorang Kim Himchan, pengecualian untuk
namja yang sudah memberikan rasa nyaman yang selama ini diinginkannya dan
terlebih Yongguk membutuhkan cinta Himchan untuknya. Seperti yang Himchan
katakan padanya ‘What’s normal when I
can’t be with you’. Lagi pula normal atau tidak itu hanya tanggapan orang
lain yang bahkan tidak tahu menahu dengan apa yang mereka rasakan satu sama
lain, merasakan bagaimana keduanya harus tersiksa untuk tidak bertemu satu sama
lain, harus menjauh dan memendam rasa cinta hanya untuk menyadang kata
‘Normal’. Yongguk menyadarinya untuk apa dia mendapatkan predikat normal saat
jauh didalam hatinya berteriak menginginkan Himchan dan sekarang Yongguk hanya
ingin membuat hatinya normal dengan memberikan kebebas pada dirinya sendiri
untuk mencintai dan dicintai namja cantik nan manis bernama Kim Himchan.
-The End-
**Please don't copy paste and Re-Upload this story**
No comments:
Post a Comment