Author : Julz
Cast : Donghae – Kyuhyun - Siwon (Super Junior)
Dongchan - Cha Young ran – Kim Nana – Kim Yoora (OC)
(cast mungkin akan bertambah nantinya ^^)
Gendre : Romance – AU
Length : Chapter / continue
Rate : T
Disclameir : This story and plot it’s mine but not with all the cast.
All typo you will found is NORMAL.
Dongchan - Cha Young ran – Kim Nana – Kim Yoora (OC)
(cast mungkin akan bertambah nantinya ^^)
Gendre : Romance – AU
Length : Chapter / continue
Rate : T
Disclameir : This story and plot it’s mine but not with all the cast.
All typo you will found is NORMAL.
Am I Wrong to Love
[Part 2]
Aku duduk ditepian
kolam yang ada ditengah kota sambil menikmati satu gelas kopi yang baru saja
aku beli diujung jalan. Di minggu sore ini banyak sekali orang yang berlalu
lalang di sini untuk sekedar menghabiskan waktu.
Sedang menikmati
pemadangan sore ditengah kota ditaman ini tiba-tiba saja ada suara riuh dari
ujung taman dan terlihat sekelompok orang yang sedang melihat sesuatu,
membuatku penasaran. Aku menghampiri kerumunan itu dan melihat Dongchan yang
sedang berkelahi dengan pria yang lebih tinggi darinya namun sepertinya itu
tidak membuat Dongchan kalah darinya, dia masih dengan percaya diri memberikan
pukulan pada pria itu.
Setelah dilerai
oleh beberapa orang yang ada disana akhirnya perkelahian itu selesai. Aku
menghampiri Dongchan yang wajahnya sudah terlihat memar. “ Sejak kapan kau suka
berkelahi? Kau bilang, kau tidak suka berkelahi? “ ucapku saat sudah berada dihadapan Dongchan
yang sedang menyeka darah dari ujung bibirnya, hasil pukulan dari pria lawannya
bertengkar tadi.
“ Itu Dongchan, bukan aku! “
Apa maksudnya
dengan perkatannya itu, seakan dia itu bukan Dongchan. Sebelum sempat aku
menanyakan maksud ucapannya, dia lagi-lagi sudah pergi dari hadapanku. Apa yang sudah terjadi pada
kepalanya itu, apa dia terbentur sangat keras akibat pukulan pria tadi sampai
berbicara seperti itu? Ahh, aku bingung.
-Am I Wrong to Love-
Sebelumnya aku
tidak pernah melihat Dongchan ada dikampus tapi belakangan ini aku melihatnya,
kalau memang dia kuliah disini berarti dia ada di satu tingkat denganku, tapi
kalau memang seperti itu kenapa aku baru melihatnya belakangan ini saja atau
mungkin karena dia mahasiswa pindahan? Aaaah, entahlah aku bingung.
“ Apa yang kau
lakukan? “, “ Mengunyah buku ini sampai habis “ ucapku sambil mengangkat buku
yang sedang aku baca pada Yoora walaupun sebenarnya tidak ada yang aku baca
dari buku itu selama satu jam ini selain judulnya karena aku sibuk memikirkan
Dongchan.
“ Uri dongsaeng
.... “ sapa Siwon saat mendapatiku dengan Yoora ditaman dan hal yang
menyebalkan terjadi, Yoora meledekku dengan Siwon oppa. “ Uri dongsaeng? Uri
Chagya lebih tepat “ ucapnya dengan senyum menyebalkannya itu “ Ya, ya, ya
terserahmu saya Kim Yoora “ sautku malas dan Siwon oppa hanya tersenyum
disampingku.
“ Nana, mana Nana?
Kenapa tidak bersama dengan kalian? “, “ See, dia mencari Nana bukan aku “
sautku sambil mencatat isi buku yang akhirnya aku baca. “ Anii, karna biasanya
kan dia bersama dengan kalian berdua “, “ Kau cemburu? Yaa, Cha young ran, kau
cemburu? “, kyaa Yoora memang benar-benar menyebalkan. “ Jinjja, kau cemburu
padaku. Jeongmalyo? “, “ Jangan dengarkan Yoora, dia itu selalu asal bicara “
sautku.
Aku menyelesaikan
kuliahku sudah sangat sore hari ini dan rasa lelah sudah dengan senang
mengelayut ditubuhku. Dia sudah seperti hantu yang tiba-tiba muncul dihadapanku,
aku melihat Dongchan dan tanpa berfikir lama akupun menghampirinya.
“ Apa lukamu sudah
sembuh? “ tanyaku dan lagi-lagi aku ditatapnya dengan kesal. “ Ya, kenapa kau
selalu memandangiku seperti itu, apa yang sudah aku perbuat padamu? “, “
Pergilah aku tidak ingin melihatmu “, “ Yaaa , Lee Dongchan! Apa yang ... “, “
Aku bilang pergi !!! “ teriaknya padaku
sebelum aku menyelesaikan ucapanku, aku takut mendengar teriakkannya padaku,
benar-benar terdengar sangat membenci dan marah padaku, akupun meninggalkannya.
Aku benar-benar
tidak menyangka Dongchan akan berteriak seperti itu padaku, aku tidak tau apa
yang sudah membuatnya semarah itu dengan ulahku. Tanpa sadar aku sudah berjalan
ke toilet dan tanpa sadar aku meneteskan air mataku, rasanya begitu sakit
mendengar dia meneriakkiku seperti tadi. “ Apa yang terjadi padamu? “.
-Am I Wrong to Love-
“ Apa setelah ini
harus memasukkan telur? “, “ Ne, kau
harus memasukkan telur “ saut Omma. Aku membantu Omma di dapur yang sedang
sibuk memasak kue, walau hanya membantu mengaduk adonan setidaknya itu sudah
meringankan pekerjaan Omma.
“ Omma, apa Omma ingat dengan Dongchan? Aku bertemu lagi dengannya di kampus, dia satu
kampus denganku “,
“ Jinjja, Dongchan yang dulu sering kau ceritakan itu? “,
“ Eem, Dongchan yang itu tapi sekarang dia sangat berbeda dari yang
dulu “,
“ Apa sekarang dia tampan? “
“ Ne. Ahh Omma ... “
“ Hahhaa. Kau sudah bisa memasukkan telurnya “ ucap Omma sambil
menunjuk kearah adonan.
Aku meminta Yoora
untuk menemaniku yang sedang menemani Siwon oppa berlatih basket malam ini, aku
malas menunggunya latihan dengan bosan seorang diri karena itu aku mengajak
Yoora. “ Yaa, kenapa kau mengajakku? Harusnya kalian berdua saja “, “ Sudahlah
jangan meledekku terus, kami itu tidak ada hubungan apa-apa. Arasso “, “ Ne,
arasso “.
Siwon oppa berlari
kearahku dan Yoora yang duduk manis menunggunya latihan di tempat duduk yang
tersedia di pinggir lapangan untuk minum dan menyeka keringat yang sudah
sepenuhnya membanjiri wajahnya. Selesai mengunakan handuk untuk menyeka keringat
dengan jahilnya dia melemparkan handuknya padaku, “ Won oppa ini bau tau “
teriakku dan dia hanya tertawa.
“ Karena kalian
sudah menemaniku latihan, bagaimana kalau aku traktir makan ice cream? “, dan
dengan cepat aku mengiyakan ajakkannya itu, “ Euum, mian tapi aku harus segera
pulang karena tidak ada yang menjaga adikku “. Ne, Kim yoora arasso, aku tau
ini hanya akal busukmu saja, “ Aku duluan yaa Oppa “ senyumnya dan
meninggalkanku bersama dengan Siwon oppa.
Aku sudah
berhadapan dengan ice cream strawberry dan tanpa menunggu lebih lama lagi, aku
menyantapnya dengan senang. “ Kau suka? “, “ Ne, aku suka. Gomawo oppa “ ucapku
berterima kasih atas ice cream yang dibelikannya untukku.
-Am I Wrong to Love-
Sudah hampir satu minggu dari waktu aku bertemu dengan Dongchan dan dia
berteriak padaku, memintaku untuk pergi dari hadapannya. Aku masih berusaha
mencari tahu apa penyebab dia bisa berubah seperti itu, tak lagi jadi Dongchan
yang aku kenal dulu.
Aku melihatnya, ya aku melihatnya berlalu diantara kerumunan mahasiswa
di teras depan kampus yang cukup luas, dia memakai kemeja hitam, itu Dongchan.
Mataku mengikuti langkahnya sampai akhirnya tak lagi bisa terlihat, “ Apa yang
kau lihat? “ Nana ikut memandang kearah yang sedang menyita perhatianku saat
ini, “ Ee, aah. Tidak ada “ sautku gugup.
Nana membawaku ke tempat dimana Yoora sudah menunggu kami berdua. “ Dari
mana saja kalian, kenapa lama? “, “ Aku mencari Ran dulu dan setelah bertemu
dia malah sedang sibuk memandangi seseorang dengan sangat serius “ jelas Nana
saat kami sudah sampai di sebuah café untuk sekedar minum kopi, “ Nuguya? “, “
Aku hanya seperti melihat teman lama saja “ sautku.
Selesai kumpul bersama kedua gadisku itu aku pun pulang ke rumah,
rasanya ingin sekali beristirahat diatas tempat tidurku yang empuk dirumah.
Jalanan sudah mulai terlihat lengang dengan sedikit kendaraan yang ada dijalan,
membuatku bisa dengan cepat sampai dirumah dan beristirahat.
Setelah sampai rumah aku langsung bergegas menuju kamar setalah
sebelumnya menyapa kedua orang tuaku yang sedang berada di depan tv. Membasu
tubuhku dengan air hangat adalah hal yang paling mudah dan ampuh untuk
menghilangkan rasa lelah setelah seharian beraktifitas sebelum akhirnya tidur.
-Am I Wrong to Love-
Aku duduk di kursi tribun yang ada di dalam lapangan basket indoor
kampus sambil memperhatikan langkah energik Siwon oppa bersama dengan Nana dan
Yoora. Aku melihat Dongchan lewat di depan pintu lapangan dan tanpa berfikir
lagi aku megikutinya, “ Aku ada urusan. Aku duluan yaa “ dengan cepat aku
menyambar tasku yang tergeletak di lantai dan tidak menanggapi lagi pertanyaan
dari kedua sahabatku itu lalu meninggalkan mereka di sana, mencoba mengejar
langkah Dongchan.
“ Sudah aku bilang jangan mengikutiku, kenapa masih mengikutiku? “
ucapnya yang sedang duduk bersandar pada dinding dengan sebotol bir
disampingnya. “ Apa perutmu sudah tidak apa-apa, sudah baikkan? “ tanyaku dan
tidak memperdulikan ucapannya barusan padaku.
Aku melihat wajanya yang pucat, sepertinya rasa sakit itu masih ada dan
reflek tangan kananku mendarat di dahinya, mengecek suhu badannya. “ Apa yang
kau lakukan? “ dengan kasar dia menepis tanganku sontak membuatku sadar dengan
perbuatanku, “ Aku hanya ingin tahu suhu badanmu, kau tampak pucat “, “
Sudahlah pergi sana, apa kau kira aku akan menyukaimu jika kau memperhatikanku
“ ucapnya terdengar menyebalkan ditelingaku.
“ Apa kau Dongchan, benar-benar Dongchan? Dongchanku tidak pernah
berbicara kasar pada orang lain dan aku rasa Dongchan walaupun sampai sekarang
pasti tidak akan berkelahi “ ucapku akhirnya yang juga kesal padanya. Dia
menatapku marah, lebih dari pertama aku bertemu dengannya. “ Aku bukan
Dongchan, kau dengar itu!!. Aku bukan DONGCHAN! “ ucapnya berteriak sangat
dekat dengan wajahku membuatku benar-benar ketakutan, lebih takut dari sebelumnya.
Sangat ketakutan, sekarang ini aku sangat ketakutan. Mendengar dia
berteriak kasar padaku membuatku sangat ketakutan dan sangat sedih, dia sangat
berubah. Apa katanya, dia bukan Dongchan, lalu dia siapa? Tapi mengapa wajahnya
mirip sekali dengan Dongchan, apa sebenarnya yang terjadi padamu? Apa kau
kehilangan ingatanmu?.
“ Young ran, kau dari mana saja? Kenapa kau ,,,, “ aku menangis,
menangis dengan rasa takut yang ada padaku saat ini karena Dongchan,
dihadapanku Siwon oppa hanya heran melihatku yang tiba-tiba menangis
didepannya. “ Kau,, ada apa denganmu? kenapa kau menangis, ada apa? “ aku hanya
terus menangis tanpa bisa tertahankan dan tidak menjawab pertanyaan dari Siwon
oppa.
“ Sebenarnya kau itu kenapa? “
“ Sudahlah tidak penting, aku tidak apa-apa”
“ Tapi ,, “
“ Maaf tadi aku pergi dan tidak melihat Oppa
latihan “
“ Ne, gwaenchana “
Aku diantar oleh Siwon oppa pulang ke rumah karena memang hari ini aku
tidak membawa mobil ke kampus dan sesampainya di rumah aku meneruskan
tangisanku tadi, ketakutan dan kesedihan yang Dongchan berikan padaku dengan
sikapnya tadi. Apa sebenarnya alasan sampai dia tidak mengakui dirinya sendiri?.
-Am I Wrong to Love-
“ Bisakah kau berhenti memanggilku dengan nama itu, aku sudah bilang aku
ini bukan Dongchan. Bukan Dongchan si anak bodoh itu. Berhenti memanggilku
dengan nama itu “, “ Kenapa kau tidak mau, itu kan nama aslimu “ sautku yang
ikut kasar padanya. Dia berdiri dan menghampiriku ditemani tatapan tajam dari
kedua matanya.
“ Si bodoh itu sudah mati, mati karena kebodohannya “ dia tersenyum
mengucapakannya, demi apapun aku benci melihatnya sekarang ini. “ Jangan asal
bicara tentang dirimu sendiri, kau itu Dongchan. Dongchanku “ sautku hampir
saja menangis dihadapannya. “ Harus berapa kali aku bilang padamu kalau aku
bukan Dongchan. Bodoh sekali kalau benar wanita Dongchan sepertimu, tidak ada
keistimewahan sama sekali “ sejurus tanganku menghampiri wajahnya yang sudah
sangat dekat denganku, memberikan tamparan atas ucapan kasarnya padaku.
Sedih sekali mendengar ucapan kasar darinya, dia sudah dengan sangat
jahat mengatakan hal seperti itu pada dirinya sendiri. Kenapa harus dengan
kejam dia mengatakan semua itu, terlebih itu semua untuk dirinya sendiri , apa
yang membuatnya sampai berubah seperti itu. Dia dengan senyum mengatakan dirinya
mati, lalu siapa yang aku lihat tadi? Adakah dia setan, itu tidak mungkin kan.
Aku duduk di sudut café Handel & Gretel sambil meminum satu gelas
capuchino yang sudah aku pesan ditemani satu potong cake coklat. Aku masih
tidak habis pikir dengan sikap Dongchan yang seperti mengingkari dirinya
sendiri, tidak mengakui dirinya.
Banyak kemungkinan-kemugkinan yang aku buat atas sikap yang Dongchan
tunjukkan sekarang, alasan yang bisa membuat dirinya mengingkari dirinya
sendiri dan berubah menjadi Dongchan yang seperti sekarang ini, Dongchan yang
kasar dan suka berkelahi. Dari banyak kemungkinan yang terfikirkan olehku tetap
saja tidak ada yang sampai membuat dia bisa mengingkari dirinya dan tidak
mengakui dirinya sendiri, “ Sebenarnya ada apa denganmu? “.
-Am I Wrong to Love-
Kebosananku kembali muncul dan seperti biasa aku keluar rumah dengan
berjalan kaki, menyusuri jalan sambil menghilangkan kepenatan di kepala tapi
kali ini aku berjalan lebih larut dari biasanya. Udara malam ini cukup dingin,
mungkin sebentar lagi akan hujan karena dari kejauhan aku sudah bisa melihat
kilat-kilat kecil diawan.
Di jam sepuluh malam seperti sekarang ini ternyata masih banyak orang
yang berada diluar rumah, walau tidak disemua tempat terlihat banyak orang. Aku
duduk disebuah taman dekat perumahan, tidak banyak orang yang melintas
disekitar sini mungkin karena tempat ini tidak terlalu bagus tapi menurutku
cukup bagus, karena disini ada beberapa permainan untuk anak-anak dengan
warnanya yang menarik.
Mungkin memang salah aku memilih tempat karena sekarang ada beberapa
pria yang sepertinya sedang dipengaruhi oleh alkohol berjalan kearahku. Sudah
tidak sempat saat aku ingin meninggalkan taman, mereka sudah menghadang
jalanku.
Aku mencoba untuk tetap tenang menghadapi pria dihadapanku ini, sebisa
mungkin tidak menunjukkan rasa takut yang sebenarnya sudah hampir menguasai
diriku. “ Bisakah kalian memberikan jalan, aku mau pulang “, “ Sudahlah, disini
saja bersama kami “ dengan berani aku melayangkan pukulan pada salah satu dari
mereka yang berusaha untuk meraih tanganku dan aku berlari sekuat tenaga saat
melihat sisi kosong mereka, mencoba menyelamatkan diri.
“ Ternyata kau bisa berkelahi juga “, “ Yaaaa, sejak kapan kau disana? “
tanyaku terkejut saat melihat Dongchan. “ Tanganmu tidak terlalu besar, tapi
boleh juga “ Dongchan memegang tanganku sambil menatapnya, aku yang masih
terengah-engah sehabis berlari hanya melihat ulahnya itu sambil mengatur
nafasku.
“ Apa yang wanita cerewet sepertimu lakukan malam-malam begini? Apa,
aaahh.. “, “ Apa, apa yang kau fikirkan? Jangan macam-macam yaa isi otakmu itu
“ aku masih berusaha untuk bernafas dengan normal. Dongchan tersenyum, aku terkesima dengan senyuman diwajahnya itu
dan ini yang pertama bagiku melihatnya tersenyum setelah dewasa.
Aku hampir saja terbawa dengan senyumnya saat dia melihatku dengan
sangat dekat “ Mwo, mworago? “ ucapku gugup mendapati wajahnya yang sangat
dekat denganku, “ Benarkah kau wanitanya Dongchan? Aah, dia memang pria bodoh “
dia memperhatikanku dari atas sampai ujung kaki membuatku sangat risih, “ Dan
orang bodoh itu dirimu, karena kau itu Dongchan “ ucapku kesal sambil berlalu
darinya yang menyebalkan itu.
-Am I Wrong to Love-
“ Kau pergi bersamaku yaa ke acara ulang tahun kampus nanti “, “ Won
oppa, sejujurnya aku malas datang ke acara itu. Kau pergi dengan yang lain
saja, pasti banyak yang mau pergi bersamamu “ jawabku dengan makanan yang
sedang aku kunyah, Siwon nampak malas didepanku. “ Kalau begitu aku juga tidak
datang saja, lebih baik tidur “ ucapnya membuatku merasa tidak enak padanya. “
Benar kau tidak mau datang? Sudahlah datang saja nanti aku carikan teman “
kataku lagi tapi wajahnya terlihat semakin malas, “ Ne, arasso aku akan pergi
denganmu Won oppa “ ucapku akhirnya, melihatnya yang seperti itu memaksaku
untuk mengiyakan ajakkannya dan benar saja dia langsung tersenyum menang
dihadapanku.
Kampusku memiliki halaman yang lumayan luas yang sering digunakan para
mahasiswa/i untuk bersantai atau menunggu jam kuliah selanjutnya karena disana
banyak terdapat pohon-pohon besar nan rindang untuk melindungi diri dari terik
matahari yang panas.
Aku melewati halaman luas itu untuk menuju area parkir, aku melihat
Dongchan berbaring dibawah pohon rindang dekat dengan halaman yang menuju area
parkir, matanya terpejam dengan sangat rileks. Aku masih saja penasaran dan
masih merasa rindu padanya walau sebenarnya kami sudah beberapa kali bertemu
namun semua pertemuan itu menjadi pertemuan yang tidak menyenangkan.
Aku duduk disampingnya tanpa berniat menggangu istirahatnya, mencoba
melihat dengan detail wajahnya seperti apa yang sering aku lakukan saat sekolah
dasar dulu. Dia benar-benar sudah dewasa, lekukan wajahnya sudah sangat
terlihat berbeda dan raut wajah manis anak-anaknya sudah tidak ada lagi, yang
ada sekarang adalah wajah tampan tidak lagi terlihat Dongchan yang cengeng.
Saat sedang memperhatikannya yang sedang tertidur itu tiba-tiba saja dia
membuka matanya dan dia memandangku dengan tatapan datar, tidak seperti
biasanya yang selalu menyebalkan dan marah. “ Apa sudah puas memandangiku? “
tangannya meraih tanganku dan membawaku ikut berbaring disampingnya tapi lebih
tepatnya aku tidur diatas lengannya yang besar ini. Aku mencoba untuk bangkit
namun tangannya masih dengan erat merangkul pundakku, “ Nikmati saja selama aku
belum berubah pikiran “ aku berusaha untuk melepaskan rangkulannya sampai
akhirnya aku bisa terbebas darinya, “ Kau pikir, kau itu siapa bisa seenaknya
padaku? “.
“ Aisssh, menyebalkan sekali dia itu “, “ Wae, nugu? “ tanya Siwon oppa
saat sudah berada disampingku dan mendengarku yang sedang mengerutu sendirian
disamping mobilku. “ Ani, hanya orang iseng. Oppa sedang apa disini? “, “ Yaa,
Young ran inikan tempat parkir dan mobilku ada disamping punyamu “, “ Aaaahh,
ne aku bodoh “ si Dongchan itu sudah membuat pikiranku berantakan.
Tampat tidur Yoora sudah sepenuhnya aku buat berantakan, “ Yaa, kau
harus membereskannya nanti “, “ Ne “ aku merebahkan diri, apa yang terjadi
denganku dan Dongchan tadi di halaman kampus masih saja menggangu pikiranku. “
Apa kau pernah dengar ada yang bernama Dongchan di kampus kita? “, “ Mwo,
Dongchan? Anii, aku tidak pernah dengar “, “ Yah, yang kau tau hanya Kim
Ryeowook “ sautku dan mendapat lemparan bantal darinya.
“ Kemana Nana, aku tadi tidak melihatnya? “, “ Molla, mungkin dia sedang
berburu barang belanjaan lagi seperti biasanya “ sautku sambil membalas sms
dari beberapa temanku.
-Am I Wrong to Love-
Suara Omma sudah dengan lantang terdengar dirumah saat aku baru saja
membuka mata pagi ini. Selimut masih menutupi sebagian tubuhku, rasanya malas
untuk bangun dan berangkat ke kampus hari ini. Ponselku berdering nyaring, satu
lagi alarm pagiku berbunyi tapi itu bukan benar alarm, itu telephone dari
Yoora.
“ Arrgh, perut kuu .. “ sudah dari semalam perutku sakit akibat
menstruasi, rasanya sungguh melilit. Sambil ditemani rasa sakit diperut aku
bersiap menuju kampus, aku memutuskan untuk menggunakan angkutan umum karena
dengan kondisi seperti ini aku tidak akan kuat untuk mengendarai mobil, lebih
baik hanya duduk dibangku penumpang saja.
Aku masuk ke dalam ruang praktek computer yang sangat dingin dari
biasanya, entahlah mungkin karena aku sedang tidak enak badan karena sakit
perutku ini. Aku dan hanya beberapa orang dari kelasku yang ada di lap ini
karena jumlah keseluruhan dari anak-anak kelasku dibagi menjadi beberapa
kelompok untuk mengikuti lap computer ini dan kelompokku tidak bersamaan dengan
kedua sahabatku itu, kami semua terpisah menjadi kelompok yang berbeda-beda.
Rasanya seperti membeku setelah selesai dan keluar dari lap yang dingin
itu. Sakit diperutku semakin menjadi, apalagi kerena aku belum mengisi perutku
sama sekali. Aku mengarahkan langkahku menuju kantin untuk sekedar mengisi
perutku yang sedari pagi kosong, mungkin bisa meringankan rasa sakit diperut.
Makanan yang aku pesan sudah ada dihadapanku tapi rasanya enggan untuk
menyentuhnya karena sakit perut ini merusak moodku untuk makan. Walau perlahan
aku mencoba memasukkan makanan ini kedalam mulut dan mencernanya walau rasanya
mulutku keluh.
Aku menunggu busku datang di halte yang tidak jauh dari kampus, duduk
dan menunggu. Entahlah sekarang yang aku rasakan, aku seperti sedang berada
didalam bus padahal tadi aku masih duduk dihalte. Aku membuka mata dan benar
saja, aku sudah berada didalam sebuah mobil dan saat aku menoleh ke kanan “
Dong.. “, “ Yaa, paboya! Kau tidur seperti orang tidak punya rumah di halte
dengan sangat nyenyak, apa kau sudah gila? “, “ A, aa, ku .. “ sesaat aku
merasakan Dongchan yang dulu, Lee Dongchan yang dulu bersamaku.
Sepanjang jalan aku hanya diam dan aku juga tidak bertanya padanya akan
dibawa kemana. Rasa rinduku pada Dongchan seperti terbayarkan saat ini walau
hanya melihatnya tanpa berbicara atau apapun, hanya diam sama seperti dulu.
-T.B.C-
**Please don't copy paste and Re-Upload this story**
**Please don't copy paste and Re-Upload this story**
No comments:
Post a Comment