My Menu

Nov 8, 2014

Am I Wrong to Love [Part 2]

Author : Julz
 
Cast : Donghae – Kyuhyun - Siwon  (Super Junior)

 Dongchan  -  Cha Young ran – Kim Nana – Kim Yoora (OC)

 (cast mungkin akan bertambah nantinya ^^)

Gendre : Romance – AU

Length : Chapter / continue

Rate : T

Disclameir : This story and plot it’s mine but not with all the cast.

All typo you will found is NORMAL.

 Am I Wrong to Love

[Part 2]



Aku duduk ditepian kolam yang ada ditengah kota sambil menikmati satu gelas kopi yang baru saja aku beli diujung jalan. Di minggu sore ini banyak sekali orang yang berlalu lalang di sini untuk sekedar menghabiskan waktu.

Sedang menikmati pemadangan sore ditengah kota ditaman ini tiba-tiba saja ada suara riuh dari ujung taman dan terlihat sekelompok orang yang sedang melihat sesuatu, membuatku penasaran. Aku menghampiri kerumunan itu dan melihat Dongchan yang sedang berkelahi dengan pria yang lebih tinggi darinya namun sepertinya itu tidak membuat Dongchan kalah darinya, dia masih dengan percaya diri memberikan pukulan pada pria itu.

Setelah dilerai oleh beberapa orang yang ada disana akhirnya perkelahian itu selesai. Aku menghampiri Dongchan yang wajahnya sudah terlihat memar. “ Sejak kapan kau suka berkelahi? Kau bilang, kau tidak suka berkelahi? “ ucapku saat sudah berada dihadapan Dongchan yang sedang menyeka darah dari ujung bibirnya, hasil pukulan dari pria lawannya bertengkar tadi.

                “ Itu Dongchan, bukan aku!

Apa maksudnya dengan perkatannya itu, seakan dia itu bukan Dongchan. Sebelum sempat aku menanyakan maksud ucapannya, dia lagi-lagi sudah pergi dari hadapanku. Apa yang sudah terjadi pada kepalanya itu, apa dia terbentur sangat keras akibat pukulan pria tadi sampai berbicara seperti itu? Ahh, aku bingung. 


-Am I Wrong to Love-

Sebelumnya aku tidak pernah melihat Dongchan ada dikampus tapi belakangan ini aku melihatnya, kalau memang dia kuliah disini berarti dia ada di satu tingkat denganku, tapi kalau memang seperti itu kenapa aku baru melihatnya belakangan ini saja atau mungkin karena dia mahasiswa pindahan? Aaaah, entahlah aku bingung.

“ Apa yang kau lakukan? “, “ Mengunyah buku ini sampai habis “ ucapku sambil mengangkat buku yang sedang aku baca pada Yoora walaupun sebenarnya tidak ada yang aku baca dari buku itu selama satu jam ini selain judulnya karena aku sibuk memikirkan Dongchan. 

“ Uri dongsaeng .... “ sapa Siwon saat mendapatiku dengan Yoora ditaman dan hal yang menyebalkan terjadi, Yoora meledekku dengan Siwon oppa. “ Uri dongsaeng? Uri Chagya lebih tepat “ ucapnya dengan senyum menyebalkannya itu “ Ya, ya, ya terserahmu saya Kim Yoora “ sautku malas dan Siwon oppa hanya tersenyum disampingku.

“ Nana, mana Nana? Kenapa tidak bersama dengan kalian? “, “ See, dia mencari Nana bukan aku “ sautku sambil mencatat isi buku yang akhirnya aku baca. “ Anii, karna biasanya kan dia bersama dengan kalian berdua “, “ Kau cemburu? Yaa, Cha young ran, kau cemburu? “, kyaa Yoora memang benar-benar menyebalkan. “ Jinjja, kau cemburu padaku. Jeongmalyo? “, “ Jangan dengarkan Yoora, dia itu selalu asal bicara “ sautku.

Aku menyelesaikan kuliahku sudah sangat sore hari ini dan rasa lelah sudah dengan senang mengelayut ditubuhku. Dia sudah seperti hantu yang tiba-tiba muncul dihadapanku, aku melihat Dongchan dan tanpa berfikir lama akupun menghampirinya.

“ Apa lukamu sudah sembuh? “ tanyaku dan lagi-lagi aku ditatapnya dengan kesal. “ Ya, kenapa kau selalu memandangiku seperti itu, apa yang sudah aku perbuat padamu? “, “ Pergilah aku tidak ingin melihatmu “, “ Yaaa , Lee Dongchan! Apa yang ... “, “ Aku bilang pergi  !!! “ teriaknya padaku sebelum aku menyelesaikan ucapanku, aku takut mendengar teriakkannya padaku, benar-benar terdengar sangat membenci dan marah padaku, akupun meninggalkannya.

Aku benar-benar tidak menyangka Dongchan akan berteriak seperti itu padaku, aku tidak tau apa yang sudah membuatnya semarah itu dengan ulahku. Tanpa sadar aku sudah berjalan ke toilet dan tanpa sadar aku meneteskan air mataku, rasanya begitu sakit mendengar dia meneriakkiku seperti tadi. “ Apa yang terjadi padamu? “.

-Am I Wrong to Love-

“ Apa setelah ini harus memasukkan telur? “,  “ Ne, kau harus memasukkan telur “ saut Omma. Aku membantu Omma di dapur yang sedang sibuk memasak kue, walau hanya membantu mengaduk adonan setidaknya itu sudah meringankan pekerjaan Omma. 

“ Omma, apa Omma ingat dengan Dongchan? Aku bertemu lagi dengannya di kampus, dia satu kampus denganku “, 

“ Jinjja, Dongchan yang dulu sering kau ceritakan itu? “,

“ Eem, Dongchan yang itu tapi sekarang dia sangat berbeda dari yang dulu “,

“ Apa sekarang dia tampan? “

“ Ne. Ahh Omma ... “

“ Hahhaa. Kau sudah bisa memasukkan telurnya “ ucap Omma sambil menunjuk kearah adonan.

Aku meminta Yoora untuk menemaniku yang sedang menemani Siwon oppa berlatih basket malam ini, aku malas menunggunya latihan dengan bosan seorang diri karena itu aku mengajak Yoora. “ Yaa, kenapa kau mengajakku? Harusnya kalian berdua saja “, “ Sudahlah jangan meledekku terus, kami itu tidak ada hubungan apa-apa. Arasso “, “ Ne, arasso “.

Siwon oppa berlari kearahku dan Yoora yang duduk manis menunggunya latihan di tempat duduk yang tersedia di pinggir lapangan untuk minum dan menyeka keringat yang sudah sepenuhnya membanjiri wajahnya. Selesai mengunakan handuk untuk menyeka keringat dengan jahilnya dia melemparkan handuknya padaku, “ Won oppa ini bau tau “ teriakku dan dia hanya tertawa. 

“ Karena kalian sudah menemaniku latihan, bagaimana kalau aku traktir makan ice cream? “, dan dengan cepat aku mengiyakan ajakkannya itu, “ Euum, mian tapi aku harus segera pulang karena tidak ada yang menjaga adikku “. Ne, Kim yoora arasso, aku tau ini hanya akal busukmu saja, “ Aku duluan yaa Oppa “ senyumnya dan meninggalkanku bersama dengan Siwon oppa.

Aku sudah berhadapan dengan ice cream strawberry dan tanpa menunggu lebih lama lagi, aku menyantapnya dengan senang. “ Kau suka? “, “ Ne, aku suka. Gomawo oppa “ ucapku berterima kasih atas ice cream yang dibelikannya untukku.

-Am I Wrong to Love-

Sudah hampir satu minggu dari waktu aku bertemu dengan Dongchan dan dia berteriak padaku, memintaku untuk pergi dari hadapannya. Aku masih berusaha mencari tahu apa penyebab dia bisa berubah seperti itu, tak lagi jadi Dongchan yang aku kenal dulu.

Aku melihatnya, ya aku melihatnya berlalu diantara kerumunan mahasiswa di teras depan kampus yang cukup luas, dia memakai kemeja hitam, itu Dongchan. Mataku mengikuti langkahnya sampai akhirnya tak lagi bisa terlihat, “ Apa yang kau lihat? “ Nana ikut memandang kearah yang sedang menyita perhatianku saat ini, “ Ee, aah. Tidak ada “ sautku gugup.

Nana membawaku ke tempat dimana Yoora sudah menunggu kami berdua. “ Dari mana saja kalian, kenapa lama? “, “ Aku mencari Ran dulu dan setelah bertemu dia malah sedang sibuk memandangi seseorang dengan sangat serius “ jelas Nana saat kami sudah sampai di sebuah café untuk sekedar minum kopi, “ Nuguya? “, “ Aku hanya seperti melihat teman lama saja “ sautku.

Selesai kumpul bersama kedua gadisku itu aku pun pulang ke rumah, rasanya ingin sekali beristirahat diatas tempat tidurku yang empuk dirumah. Jalanan sudah mulai terlihat lengang dengan sedikit kendaraan yang ada dijalan, membuatku bisa dengan cepat sampai dirumah dan beristirahat.

Setelah sampai rumah aku langsung bergegas menuju kamar setalah sebelumnya menyapa kedua orang tuaku yang sedang berada di depan tv. Membasu tubuhku dengan air hangat adalah hal yang paling mudah dan ampuh untuk menghilangkan rasa lelah setelah seharian beraktifitas sebelum akhirnya tidur.

-Am I Wrong to Love-

Aku duduk di kursi tribun yang ada di dalam lapangan basket indoor kampus sambil memperhatikan langkah energik Siwon oppa bersama dengan Nana dan Yoora. Aku melihat Dongchan lewat di depan pintu lapangan dan tanpa berfikir lagi aku megikutinya, “ Aku ada urusan. Aku duluan yaa “ dengan cepat aku menyambar tasku yang tergeletak di lantai dan tidak menanggapi lagi pertanyaan dari kedua sahabatku itu lalu meninggalkan mereka di sana, mencoba mengejar langkah Dongchan.

“ Sudah aku bilang jangan mengikutiku, kenapa masih mengikutiku? “ ucapnya yang sedang duduk bersandar pada dinding dengan sebotol bir disampingnya. “ Apa perutmu sudah tidak apa-apa, sudah baikkan? “ tanyaku dan tidak memperdulikan ucapannya barusan padaku.

Aku melihat wajanya yang pucat, sepertinya rasa sakit itu masih ada dan reflek tangan kananku mendarat di dahinya, mengecek suhu badannya. “ Apa yang kau lakukan? “ dengan kasar dia menepis tanganku sontak membuatku sadar dengan perbuatanku, “ Aku hanya ingin tahu suhu badanmu, kau tampak pucat “, “ Sudahlah pergi sana, apa kau kira aku akan menyukaimu jika kau memperhatikanku “ ucapnya terdengar menyebalkan ditelingaku.

“ Apa kau Dongchan, benar-benar Dongchan? Dongchanku tidak pernah berbicara kasar pada orang lain dan aku rasa Dongchan walaupun sampai sekarang pasti tidak akan berkelahi “ ucapku akhirnya yang juga kesal padanya. Dia menatapku marah, lebih dari pertama aku bertemu dengannya. “ Aku bukan Dongchan, kau dengar itu!!. Aku bukan DONGCHAN! “ ucapnya berteriak sangat dekat dengan wajahku membuatku benar-benar ketakutan, lebih takut dari sebelumnya.

Sangat ketakutan, sekarang ini aku sangat ketakutan. Mendengar dia berteriak kasar padaku membuatku sangat ketakutan dan sangat sedih, dia sangat berubah. Apa katanya, dia bukan Dongchan, lalu dia siapa? Tapi mengapa wajahnya mirip sekali dengan Dongchan, apa sebenarnya yang terjadi padamu? Apa kau kehilangan ingatanmu?.

“ Young ran, kau dari mana saja? Kenapa kau ,,,, “ aku menangis, menangis dengan rasa takut yang ada padaku saat ini karena Dongchan, dihadapanku Siwon oppa hanya heran melihatku yang tiba-tiba menangis didepannya. “ Kau,, ada apa denganmu? kenapa kau menangis, ada apa? “ aku hanya terus menangis tanpa bisa tertahankan dan tidak menjawab pertanyaan dari Siwon oppa.

“ Sebenarnya kau itu kenapa? “
 
“ Sudahlah tidak penting, aku tidak apa-apa”

“ Tapi ,, “

“ Maaf tadi aku pergi dan tidak melihat Oppa latihan “

“ Ne, gwaenchana “

Aku diantar oleh Siwon oppa pulang ke rumah karena memang hari ini aku tidak membawa mobil ke kampus dan sesampainya di rumah aku meneruskan tangisanku tadi, ketakutan dan kesedihan yang Dongchan berikan padaku dengan sikapnya tadi. Apa sebenarnya alasan sampai dia tidak mengakui dirinya sendiri?.

-Am I Wrong to Love-

“ Bisakah kau berhenti memanggilku dengan nama itu, aku sudah bilang aku ini bukan Dongchan. Bukan Dongchan si anak bodoh itu. Berhenti memanggilku dengan nama itu “, “ Kenapa kau tidak mau, itu kan nama aslimu “ sautku yang ikut kasar padanya. Dia berdiri dan menghampiriku ditemani tatapan tajam dari kedua matanya.

“ Si bodoh itu sudah mati, mati karena kebodohannya “ dia tersenyum mengucapakannya, demi apapun aku benci melihatnya sekarang ini. “ Jangan asal bicara tentang dirimu sendiri, kau itu Dongchan. Dongchanku “ sautku hampir saja menangis dihadapannya. “ Harus berapa kali aku bilang padamu kalau aku bukan Dongchan. Bodoh sekali kalau benar wanita Dongchan sepertimu, tidak ada keistimewahan sama sekali “ sejurus tanganku menghampiri wajahnya yang sudah sangat dekat denganku, memberikan tamparan atas ucapan kasarnya padaku.

Sedih sekali mendengar ucapan kasar darinya, dia sudah dengan sangat jahat mengatakan hal seperti itu pada dirinya sendiri. Kenapa harus dengan kejam dia mengatakan semua itu, terlebih itu semua untuk dirinya sendiri , apa yang membuatnya sampai berubah seperti itu. Dia dengan senyum mengatakan dirinya mati, lalu siapa yang aku lihat tadi? Adakah dia setan, itu tidak mungkin kan.

Aku duduk di sudut café Handel & Gretel sambil meminum satu gelas capuchino yang sudah aku pesan ditemani satu potong cake coklat. Aku masih tidak habis pikir dengan sikap Dongchan yang seperti mengingkari dirinya sendiri, tidak mengakui dirinya.

Banyak kemungkinan-kemugkinan yang aku buat atas sikap yang Dongchan tunjukkan sekarang, alasan yang bisa membuat dirinya mengingkari dirinya sendiri dan berubah menjadi Dongchan yang seperti sekarang ini, Dongchan yang kasar dan suka berkelahi. Dari banyak kemungkinan yang terfikirkan olehku tetap saja tidak ada yang sampai membuat dia bisa mengingkari dirinya dan tidak mengakui dirinya sendiri, “ Sebenarnya ada apa denganmu? “.

-Am I Wrong to Love-

Kebosananku kembali muncul dan seperti biasa aku keluar rumah dengan berjalan kaki, menyusuri jalan sambil menghilangkan kepenatan di kepala tapi kali ini aku berjalan lebih larut dari biasanya. Udara malam ini cukup dingin, mungkin sebentar lagi akan hujan karena dari kejauhan aku sudah bisa melihat kilat-kilat kecil diawan.

Di jam sepuluh malam seperti sekarang ini ternyata masih banyak orang yang berada diluar rumah, walau tidak disemua tempat terlihat banyak orang. Aku duduk disebuah taman dekat perumahan, tidak banyak orang yang melintas disekitar sini mungkin karena tempat ini tidak terlalu bagus tapi menurutku cukup bagus, karena disini ada beberapa permainan untuk anak-anak dengan warnanya yang menarik.

Mungkin memang salah aku memilih tempat karena sekarang ada beberapa pria yang sepertinya sedang dipengaruhi oleh alkohol berjalan kearahku. Sudah tidak sempat saat aku ingin meninggalkan taman, mereka sudah menghadang jalanku.

Aku mencoba untuk tetap tenang menghadapi pria dihadapanku ini, sebisa mungkin tidak menunjukkan rasa takut yang sebenarnya sudah hampir menguasai diriku. “ Bisakah kalian memberikan jalan, aku mau pulang “, “ Sudahlah, disini saja bersama kami “ dengan berani aku melayangkan pukulan pada salah satu dari mereka yang berusaha untuk meraih tanganku dan aku berlari sekuat tenaga saat melihat sisi kosong mereka, mencoba menyelamatkan diri.

“ Ternyata kau bisa berkelahi juga “, “ Yaaaa, sejak kapan kau disana? “ tanyaku terkejut saat melihat Dongchan. “ Tanganmu tidak terlalu besar, tapi boleh juga “ Dongchan memegang tanganku sambil menatapnya, aku yang masih terengah-engah sehabis berlari hanya melihat ulahnya itu sambil mengatur nafasku. 

“ Apa yang wanita cerewet sepertimu lakukan malam-malam begini? Apa, aaahh.. “, “ Apa, apa yang kau fikirkan? Jangan macam-macam yaa isi otakmu itu “ aku masih berusaha untuk bernafas dengan normal. Dongchan tersenyum,  aku terkesima dengan senyuman diwajahnya itu dan ini yang pertama bagiku melihatnya tersenyum setelah dewasa.

Aku hampir saja terbawa dengan senyumnya saat dia melihatku dengan sangat dekat “ Mwo, mworago? “ ucapku gugup mendapati wajahnya yang sangat dekat denganku, “ Benarkah kau wanitanya Dongchan? Aah, dia memang pria bodoh “ dia memperhatikanku dari atas sampai ujung kaki membuatku sangat risih, “ Dan orang bodoh itu dirimu, karena kau itu Dongchan “ ucapku kesal sambil berlalu darinya yang menyebalkan itu.

-Am I Wrong to Love-

“ Kau pergi bersamaku yaa ke acara ulang tahun kampus nanti “, “ Won oppa, sejujurnya aku malas datang ke acara itu. Kau pergi dengan yang lain saja, pasti banyak yang mau pergi bersamamu “ jawabku dengan makanan yang sedang aku kunyah, Siwon nampak malas didepanku. “ Kalau begitu aku juga tidak datang saja, lebih baik tidur “ ucapnya membuatku merasa tidak enak padanya. “ Benar kau tidak mau datang? Sudahlah datang saja nanti aku carikan teman “ kataku lagi tapi wajahnya terlihat semakin malas, “ Ne, arasso aku akan pergi denganmu Won oppa “ ucapku akhirnya, melihatnya yang seperti itu memaksaku untuk mengiyakan ajakkannya dan benar saja dia langsung tersenyum menang dihadapanku.

Kampusku memiliki halaman yang lumayan luas yang sering digunakan para mahasiswa/i untuk bersantai atau menunggu jam kuliah selanjutnya karena disana banyak terdapat pohon-pohon besar nan rindang untuk melindungi diri dari terik matahari yang panas.

Aku melewati halaman luas itu untuk menuju area parkir, aku melihat Dongchan berbaring dibawah pohon rindang dekat dengan halaman yang menuju area parkir, matanya terpejam dengan sangat rileks. Aku masih saja penasaran dan masih merasa rindu padanya walau sebenarnya kami sudah beberapa kali bertemu namun semua pertemuan itu menjadi pertemuan yang tidak menyenangkan. 

Aku duduk disampingnya tanpa berniat menggangu istirahatnya, mencoba melihat dengan detail wajahnya seperti apa yang sering aku lakukan saat sekolah dasar dulu. Dia benar-benar sudah dewasa, lekukan wajahnya sudah sangat terlihat berbeda dan raut wajah manis anak-anaknya sudah tidak ada lagi, yang ada sekarang adalah wajah tampan tidak lagi terlihat Dongchan yang cengeng.

Saat sedang memperhatikannya yang sedang tertidur itu tiba-tiba saja dia membuka matanya dan dia memandangku dengan tatapan datar, tidak seperti biasanya yang selalu menyebalkan dan marah. “ Apa sudah puas memandangiku? “ tangannya meraih tanganku dan membawaku ikut berbaring disampingnya tapi lebih tepatnya aku tidur diatas lengannya yang besar ini. Aku mencoba untuk bangkit namun tangannya masih dengan erat merangkul pundakku, “ Nikmati saja selama aku belum berubah pikiran “ aku berusaha untuk melepaskan rangkulannya sampai akhirnya aku bisa terbebas darinya, “ Kau pikir, kau itu siapa bisa seenaknya padaku? “.

“ Aisssh, menyebalkan sekali dia itu “, “ Wae, nugu? “ tanya Siwon oppa saat sudah berada disampingku dan mendengarku yang sedang mengerutu sendirian disamping mobilku. “ Ani, hanya orang iseng. Oppa sedang apa disini? “, “ Yaa, Young ran inikan tempat parkir dan mobilku ada disamping punyamu “, “ Aaaahh, ne aku bodoh “ si Dongchan itu sudah membuat pikiranku berantakan.

Tampat tidur Yoora sudah sepenuhnya aku buat berantakan, “ Yaa, kau harus membereskannya nanti “, “ Ne “ aku merebahkan diri, apa yang terjadi denganku dan Dongchan tadi di halaman kampus masih saja menggangu pikiranku. “ Apa kau pernah dengar ada yang bernama Dongchan di kampus kita? “, “ Mwo, Dongchan? Anii, aku tidak pernah dengar “, “ Yah, yang kau tau hanya Kim Ryeowook “ sautku dan mendapat lemparan bantal darinya.

“ Kemana Nana, aku tadi tidak melihatnya? “, “ Molla, mungkin dia sedang berburu barang belanjaan lagi seperti biasanya “ sautku sambil membalas sms dari beberapa temanku. 

-Am I Wrong to Love-

Suara Omma sudah dengan lantang terdengar dirumah saat aku baru saja membuka mata pagi ini. Selimut masih menutupi sebagian tubuhku, rasanya malas untuk bangun dan berangkat ke kampus hari ini. Ponselku berdering nyaring, satu lagi alarm pagiku berbunyi tapi itu bukan benar alarm, itu telephone dari Yoora.

“ Arrgh, perut kuu .. “ sudah dari semalam perutku sakit akibat menstruasi, rasanya sungguh melilit. Sambil ditemani rasa sakit diperut aku bersiap menuju kampus, aku memutuskan untuk menggunakan angkutan umum karena dengan kondisi seperti ini aku tidak akan kuat untuk mengendarai mobil, lebih baik hanya duduk dibangku penumpang saja.

Aku masuk ke dalam ruang praktek computer yang sangat dingin dari biasanya, entahlah mungkin karena aku sedang tidak enak badan karena sakit perutku ini. Aku dan hanya beberapa orang dari kelasku yang ada di lap ini karena jumlah keseluruhan dari anak-anak kelasku dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengikuti lap computer ini dan kelompokku tidak bersamaan dengan kedua sahabatku itu, kami semua terpisah menjadi kelompok yang berbeda-beda.

Rasanya seperti membeku setelah selesai dan keluar dari lap yang dingin itu. Sakit diperutku semakin menjadi, apalagi kerena aku belum mengisi perutku sama sekali. Aku mengarahkan langkahku menuju kantin untuk sekedar mengisi perutku yang sedari pagi kosong, mungkin bisa meringankan rasa sakit diperut. 

Makanan yang aku pesan sudah ada dihadapanku tapi rasanya enggan untuk menyentuhnya karena sakit perut ini merusak moodku untuk makan. Walau perlahan aku mencoba memasukkan makanan ini kedalam mulut dan mencernanya walau rasanya mulutku keluh.

Aku menunggu busku datang di halte yang tidak jauh dari kampus, duduk dan menunggu. Entahlah sekarang yang aku rasakan, aku seperti sedang berada didalam bus padahal tadi aku masih duduk dihalte. Aku membuka mata dan benar saja, aku sudah berada didalam sebuah mobil dan saat aku menoleh ke kanan “ Dong.. “, “ Yaa, paboya! Kau tidur seperti orang tidak punya rumah di halte dengan sangat nyenyak, apa kau sudah gila? “, “ A, aa, ku .. “ sesaat aku merasakan Dongchan yang dulu, Lee Dongchan yang dulu bersamaku.

Sepanjang jalan aku hanya diam dan aku juga tidak bertanya padanya akan dibawa kemana. Rasa rinduku pada Dongchan seperti terbayarkan saat ini walau hanya melihatnya tanpa berbicara atau apapun, hanya diam sama seperti dulu.


 -T.B.C-

 **Please don't copy paste and Re-Upload this story**

No comments:

Post a Comment