Author: Julz
Main Cast :
Yesung – Hangeng (Super Junior)
Kim young hyun (OC)
Kim young hyun (OC)
Support cast : Heechul (Super Junior) - Cho Mungjae (OC)
Gendre :
Romance
Type : Chapter
Rate:
T
Jendela terbuka,
membiarkan angin bergerak bebas masuk ke dalam kamar Hangeng saat ini menemani
tidur siangnya. Dering ponsel yang ada di meja tak bisa mengusik waktu
istirahatnya, Hangeng masih dengan nyenyak terlelap di atas tempat tidurnya
yang nyaman sendirian.
Hangeng masih
belum sepenuhnya tersadar dari kegiatan tidur siangnya, dia masih mencoba
membuka kedua matanya perlahan, sekilas dia melihat wajah Hyun yang sedang
duduk dihadapannya. “ Oppa ,, ironaaa, palli “ Hyun mencoba membuat Hangeng tersadar
sepenuhnya dari tidur siangnya saat ini.
Hangeng memeluk
bantal dan bersandar pada kepala tempat tidurnya, dia sudah sepenuhnya
terbangun sekarang dan pandangannya terarah pada Hyun. “ Hyun’a, kenapa kau
tidak mengangkat telephone ku? “ tanya Hangeng terlihat manja, “ Aku kelelahan,
jadi waktu Oppa telephone aku sudah tidur, mian “ senyum Hyun meyakinkan
Hangeng, “ Aah, harusnya aku tau itu “ saut Hangeng lembut sambil membelai
rambut panjang Hyun dengan memberikan senyuman manisnya.
-Lies-
Hangeng duduk di
bangku yang berada tepat disamping Hyun yang sedang berkonsentrasi mengerjakan
tugas kuliahnya, tangannya beraktifitas di atas tombol-tombol ponselnya, asik
bermain game. Sesekali Hangeng memandang Hyun disampingnya dengan senyum tipis
dibibirnya. Sekarang dengan seiring kebersamaan mereka berdua, Hangeng sudah
memahami bagaimana sikap dan tingkah Hyun dan seperti sekarang ini Hangeng
hanya tenang menemani Hyun mengerjakan tugas disampingnya.
Hyun membiarkan
kertas-kertas yang dari tadi dibacanya tergeletak di atas meja, menyandarkan
tubuhnya pada bahu Hangeng yang setia menungguinya walau Hyun tidak menyapanya
sama sekali. Hangeng membenarkan posisinya agar Hyun nyaman bersandar padanya,
memasukkan ponselnya karna dia sudah tak lagi memerlukannya.
“ Apa sudah selesai ? “,
“
Sedikit lagi, mian aku hanya membuat Oppa bosan “,
“
Aniyo. Istirahatlah kau pasti lelah “
“ Ne, aku akan istirahat sebentar “
-Lies-
“ Ne, nanti malam aku akan menjemput mu,
tunggu saja. Istirahatlah “. Hangeng
tak lantas masuk ke dalam kamar Yesung walau dia sudah berada tepat di depan
pintu kamar, membiarkan Yesung menyelesaikan percakapannya di telephone.
“ Sepertinya kau
akan pergi, aku salah mencari waktu “ Hangeng melangkah masuk setelah mendengar
Yesung menyelesaikan pembicaraan telephonenya. “ Yaa, apa kau sudah dari tadi
di sana? “, “ Ani, baru saja. Jadi kau mau kemana? “, “ Aah, tidak ada “ Yesung meletakkan ponselnya di atas
meja dan menghampiri Hangeng yang sudah duduk di pinggir tempat tidurnya.
“ Aaaah mianhae
aku ketiduran, apa kau sudah mau pergi? “ Hangeng terbangun dari tidurnya dan
melihat Yesung yang baru saja selesai mandi dengan handuk yang membalut bagian
pinggangnya. “ Kau teruskan saja tidurnya “, “ Ya, Yesung’ssi apa kau akan
keluar dengan wanita? siapa itu, apa dari kampus kita? “ Hangeng mencoba
mencari tahu siapa yang akan pergi bersama dengan Yesung.
Yesung menenggak cola ditangannya pelan
sambil memandang lurus ke dapan, “ Oppa mau ini? “ Hyun menyodorkan sebungkus
kecil biscuit coklat ditangannya, Yesung hanya menggeleng untuk menolak tawaran
Hyun. Yesung masih saja sibuk menenggak colanya perlahan seperti tidak
menyadari keberadaan Hyun disampingnya, “ Wae? Gwaenchana, Oppa gwaencahayo? “ Hyun
memperhatikan raut wajah Yesung yang sedari tadi terlihat datar, dia merasa
sedikit bosan.
“
Oppa,, oppa ,, sudah selesaikah melamunnya? Disini dingin “ Hyun mencoba menghangatkan tubuhnya dengan
mengosok-gosok tangannya. Hyun membereskan beberapa sampah bekas dari
cemilannya selagi Yesung masih saja dengan sikap diamnya itu tapi tiba-tiba
saja tangan Yesung sudah melingkar dipinggangnya, “ Aku tau kau bosan dan mianhe
sudah membuatmu kedinginan tapi bisakah kau tetap bersamaku? Aah, ani. Kau
harus selalu bersamaku “ ucap Yesung berhasil membuat rona merah dipipi Hyun,
tak ada Hangeng sama sekali dikepalanya saat ini ketika Yesung memberikan
kehangatan dengan memberikan pelukkan untuknya.
“ Gwaenchana? “ sekali lagi Hyun menanyakan keadaan Yesung yang sedari tadi hanya diam saat mereka sudah berada di dalam mobil Yesung. Yesung seperti tadi tidak menjawab pertanyaan Hyun, Ia merebahkan tubuhnya pada kursi dibelakang stir sambil memejamkan mata. Tangan Hyun menyambar kening Yesung untuk mengetahui apakah Yesung sakit atau tidak, “ Kau tidak demam “ Yesung memindahkan tangan Hyun dari keningnya dan ditaruhnya di paha sambil menggenggamnya.
“
Aku ini laki-laki jahat, aaah… aku benar-benar jahat Hyun’aa .. “ ucapnya
dengan senyum tipis yang tersungging di bibir tipisnya. Tangan Hyun masih
berada dalam genggamannya dan matanya juga masih terpejam, “ Dia tersenyum
bahagia bercerita tentangmu, benar-benar bahagia. Bagaimana bisa aku bersama
dengan wanita yang dicintai oleh sahabatku sendiri seperti ini “ , “ Oppa, apa
maksudmu? kau sendiri yang meminta kita bertemu tanpa ada Hangeng oppa kan, jadi
kenapa sekarang jadi begini? “.
“
Apa yang kau fikirkan tentang aku? “, Hyun kaget dengan pertanyaan dari Yesung,
tangannya sudah tak lagi digenggam Yesung. “ Jangan berfikir aku menyukaimu
Hyun’aa, aku hanya merasa nyaman denganmu “ ucap Yesung tanpa melihat lawan
bicaranya, ucapan Yesung membuat Hyun benar-benar tersentak, dia tidak mengerti
dengan semuanya ini. “ Aku tau, aku tau Oppa mana mungkin menyukaiku, itu tidak
akan terjadi “ Hyun juga ikut memalingkan wajahnya, dia lebih memilih melihat
pemadangan di luar jendela mobil sambil
sebisa mungkin menahan air matanya. Rasanya susah sekali bernafas kali ini
mendengar Yesung mengatakan bahawa jangan berfikiran kalau dirinya menyukai
Hyun, sebisa mungkin Hyun menahan kesedihan yang menusuk hatinya.
-Lies-
“ Aku hanya merasa nyaman dengan mu “ ucapan Yesung beberapa hari lalu masih jelas
di ingatan Hyun dengan baik bahkan intonasi santai Yesung saat mengucapkannya
juga masih dia ingat. “ Hanya segitu kah? “ ucapnya lirih sambil memejamkan
matanya. “ Hei, kau akan jadi nenek tua dengan kriput berlebihan dalam dua
tahun kalau tiap hari seperti ini “ seorang dengan perawakan tinggi, memiliki
postur badan yang bagus untuk seorang pria duduk di samping Hyun, “ Mungjae-aa
… “ , “ Ne, Kim young hyun sajangnim “ saut Mungjae, mendengar Mungjae
memanggilnya sajangmin Hyun hanya bisa berdecak sebal pada sahabatnya yang satu
ini. “ Hyung, odiga. Kau tidak bersamanya? “, “ Han oppa dia sedang ada kelas,
wae? “, “ Ani, hanya tanya saja. Dan ur black lord? “ seketika Hyun terdiam.
Mungjae memperhatikan ekpresi Hyun, mencoba menerjemahkan itu tanpa bertanya
dan sepertinya dia bisa tau apa yang sedang sahabatnya itu rasa “ Tidak baikah?
“, “ Jae-aa, nan eothoke? “ dengan santai Hyun meletakkan kepalanya di bahu
Mungjae dan yang dijadaikan sandaran terlihat lebih santai menanggapinya.
“
Sajangnim, kenapa kau tidak jujur saja dengan kedua orang itu “ tangan mulus
Hyun mendarat dengan cepat menuju kepala Mungjae menanggapi ucapannya itu, “
Ya, kau pikir semudah itu untuk mengatakannya lagi pula ,, “ Hyun terhenti, dia
tidak bisa meneruskan ucapannya karena dengan apa yang semalam dia dengar dari
Yesung mengenai dirinya membuatnya tak memiliki keyakinan. “ Wae, lagi pula
kenapa? Eo, jangan bilang kau sudah menyukai Hangeng hyung juga? “ Hyun melirik
lemah, “ Jae-aa … “, “ Aku tau hati dan mata mu bukan milik Hangeng hyung “
Mungjae mengusap pucuk kepala Hyun pelan.
“
Heii Mr. Han, waseo? “ Hangeng memamerkan senyum manisnya pada pria yang
terilhat cukup cantik sebagai seorang pria dengan kulit putih yang bersih serta
bentuk wajah yang membuatnya terlihat manis namun tetap terlihat maskulin,
perpaduan yang cukup membuatnya mudah meluluhkan banyak hati para wanita dan
memang itulah keahliannya, keahlian seorang Kim Heechul. “ Dari mana saja kau,
kenapa jarang sekali masuk? “, “ Aaakh, aku sibuk “ saut Heechul sambil
mengedipkan sebelah matanya dan kembali membuat Hangeng memberikan senyumannya.
“ Pergi kencan? “ Hangeng menyautinya
dengan anggukan kepala, “ Kau yakin Hyun pacar mu? “ Hangeng melirik Heechul
aneh dengan ucapannya barusan “ Aaahhhaaa, ani. Aku hanya bercanda, khaa. Hyun
pasti menunggu “ ucap Heechul mengalihkan dan tanpa curiga Hangeng berlalu dari
hadapan Heechul.
-Lies-
Hyun
duduk manis sambil sesekali menikmati roti panggang yang dipesannya tadi, duduk
menjadi pendengar yang baik dari obrolan kedua pria yang tengah asik berbincang
di meja yang sama dengannya, Hangeng dan Mungjae. Dengan design yang
meyenangkan membuat banyak mahasiswa atau anak sekolah memilih café Mouse &
Rabbit untuk dijadikan tempat mereka berkumpul atau kadang malah ada yang
menjadikan café ini sebagai tempat belajar bersama jadi untuk menemukan
anak-anak muda di sini sangat mudah.
“
Hyung …. “ , “ Yesung hyung … “ Hyun menoleh dengan cepat arah panggila
Mungjae, Yesung melambaikan tangan untuk menanggapi panggilan Mungjae. Mungjae
menghampiri Yesung yang baru beberapa langkah dari pintu masuk dan membawanya
untuk duduk bersama . “ Kau sendiri? “ tanya Hangeng sambil melihat ke arah
belakang Yesung, “ Ne” saut Yesung dan meletakkan tasnya di atas meja, Hyun
hanya tersenyum simpul ke arah Yesung yang bahkan terlihat seperti menghindari
untuk menatapnya. Obrolan mereka berlanjut tapi Hyun lebih banyak diam karena
bahan bicara mereka bertiga kurang dipahaminya, Hangeng yang menyadari bahwa Hyun
banyak diam mencemaskannya “ Gwaenchana? “, “ Gwaenchana, aku hanya tidak paham apa yang kalian
bicarakan “ senyum Hyun dan Hangeng mengusap lembut rambut Hyun. Mungjae
menangkap sesuatu yang tidak benar di sini, dia merasa ada yang aneh dengan
Yesung saat melihat Hangeng tadi yang mengusap kepala Hyun.
-Lies-
Yesung
sedikit kaget sewaktu dia memasuki ruang music dan melihat Hyun sudah berada di
sana, duduk di bangku depan piano biasa dia berada. “ Biasanya oppa datang
setengah jam yang lalu “, “ Wae, kau menunggu ku, untuk apa? “ Yesung duduk di
lantai tak jauh dari posisi piano berada, “ Ne, aku menunggu oppa “ saut Hyun
pelan dan berbalik dari posisi duduknya yang awalnya menghadap piano sekarang
sudah membelakangi piano, berhadapan dengan Yesung. “ Karna seminggu ini aku
tidak melihat oppa, jadi aku ke sini “ Hyun mencoba tersenyum dengan tatapan
Yesung yang kurang menyenangkan. “ Kau harusnya merindukan Hangeng, bukan aku
“, sekali lagi Yesung bisa berbicara sesantai itu pada Hyun, padahal ucapannya
membuat Hyun merasa sedih. “ Aku bahkan tidak di perbolehkan merindukan oppa ku
“ ucap Hyun datar tapi berhasil mendapat perhatian dari Yesung, Oppa?
Ucap Yesung dalam hati.
Yesung
di sana, dia hanya meyibukkan diri walaupun dia tahu ada Hyun di sini bersamanya.
Jari-jarinya menari dengan lincah di tuts piano namun kali ini tidak bersamaan
dengan suara indahnya. “ Benarkah hanya karna Oppa merasa nyaman dengan ku? “,
Yesung medengarnya dengan jelas ucapan itu tetapi dia hanya diam seakan tidak
mendengar apapun, Hyun meraih tangan Yesung, mencoba mengalihkan perhatiannya “
Bisakah Oppa bersama ku? “, “ Mwo? “ entah dari mana Hyun mendapatkan
keberanian untuk mengatakan itu, meminta Yesung bersamanya dengan statusnya
sebagai kekasih Hangeng yang notabene adalah sahabat Yesung. “ Ne, maukah Oppa
bersama ku? “, “ Hyun-aa, kau jangan gila. Kau … “, “ Ne, arasseo. Aku kekasih
Hangeng oppa, aku tau itu “ Hyun melepaskan genggaman tanganya dari Yesung dan
menundukkan kepalanya. Hyun menghela nafasnya berat sebelum akhirnya meneruskan
perkataannya, “ Mian Oppa, anggap saja aku tidak meminta apa-apa padamu
barusan, mian. Aku pergi dulu “ dan Hyun meninggalkan Yesung di ruang music
sendirian.
Sepeninggalan
Hyun di ruang music membuat Yesung hanya duduk diam di depan piano tanpa
melakukan apapun, masih mencoba mencerna ucapan Hyun padanya ‘
Bisakah Oppa bersamaku? ‘ dan ucapan itu terus terulang ditelingnya.
Dengan
hangat genggaman tangan Hangeng saat ini di tangan kiri Hyun, berjalan dengan
saling bergandengan tangan, sesekali senyuman Hangeng menghiasi wajah tampannya
namun raut wajah wanita disampingnya tidak sama dengannya. “ Apa ice cream bisa
membuat raut wajah ini hilang? “ Hangeng mencubit pipi Hyun dan yang kemudian
didapatkannya adalah sebuah pelukan dari Hyun, “ Ne, aku mau ice cream “ ucap
Hyun dipelukkan Hangeng membuat Hangeng tersenyum mendapat perlakukan manja
gadisnya terhadapnya, “ Baiklah, kita makan ice cream “ dan kedua tangan itu
kembali saling bergandengan.
Raut
wajah sedih sangat sulit untuk tidak terlihat sama sekali saat ini dari Hyun,
sebagaimana pun dia berusaha menahannya tetap saja bisa terlihat dan Hangeng
merasakan ada sesuatu pada gadisnya ini. “ Gwaenchana? Kau bisa mengatakan
apapun jika kau mau “ Hangeng kembali mengenggam tangan Hyun, mencoba untuk
menenangkan Hyun. “ Ada Dosen yang membuat ku kesal hari ini, itu saja “ bohong
Hyun dan mencoba untuk membuat suasana lebih menyenangkan dengan memberikan
ekspresi senangnya yang menyantap ice cream coklat yang sudah siap disantapnya.
-Lies-
Sudah
semakin mendekati musin dingin dan hawa-hawa darinya pun sudah mulai
berdatangan, membuat orang-orang sudah mulai mengenakan pakaian musim
dinginnya. Yesung mengenakan jaket yang lumayan tebal dan syal untuk menutupi
bagian lehernya saat ini pergi ke kampus. Dengan niatannya ke kantin untuk
membeli minuman hangat bagi tubuhnya, Yesung betemu dengan Hangeng yang juga
sudah berada di sana, melambaikan tangan untuk menarik perhatiannya yang sedang
mengenakan earphone di telinganya karena kalau Hangeng berteriak memanggilnya
itu hanya akan menjadi hal yang percuma.
Yesung
menghampiri Hangeng yang juga sedang bersama dengan Hyun di sana dengan langkah
enggannya. “ Kau ada latihan hari ini? Bagaimana kalau kita keluar bersama? “
ajak Hangeng sesaat setelah Yesung duduk dihadapannya, ada yang salah di sini,
Hyun tidak memalingkan sedikit pun padangannya dari buku yang sedang
dipegangnya walaupun Yesung berada di sana. “ Oppa aku duluan yah, ada yang
harus aku cari di perpustakaan. Nanti aku telpon “ ucap Hyun dan setelahnya
beranjak dari sana tanpa berpamitan dengan Yesung, Yesung hanya bisa melihat
punggung Hyun yang membelakanginya dan lama-lama menghilang dari jarak
pandangnya.
Itu
hanya alasannya saja, hanya untuk bisa mengindari melihat atau mungkin menghindar untuk ada
percakapan dengan Yesung saat ini. Semenjak ucapannya waktu itu pada Yesung
membuat sesuatu seakan membuat hatinya tidak nyaman dan untuk melihat Yesung
saat ini membuatnya semakin merasakan ketidaknyamanan itu, ada rasa sakit di sana
saat Hyun harus melihat Yesung.
Buliran
bening mengalir tanpa terasa di ujung matanya sampai seseorang mengetahuinya, “
Gwaenchana? Apa ini karena Hangeng? “ dengan cepat Hyun menghilangkan jejak
dari air matanya, “ Ani, aku tidak apa-apa. Tumben Oppa ada di sini? “ tanya
Hyun pada Heechul yang sekarang sudah duduk tepat di sampingnya. “ Haahha,
hanya tidur sebentar “ saut Heechul dengan senyuman namun dia masih penasaran
mengapa Hyun tadi menangis. “ Benar kau tidak apa-apa? “, “ Aah ne, aku tidak
apa-apa. Eum, Oppa bisakah tidak bilang pada Hangeng oppa kalau Oppa melihat ku
menangis, dia pasti akan cemas “ Hyun meminta Heechul untuk merahasiakannya dan
Heechul menyanggupi dengan memberikan senyumannya.
-Lies-
Udara
semakin dingin dan terlebih di malam hari seperti sekarang ini, semilir angin
semakin menambah hawa dingin, membuat hawa panas tubuh menurun. Hyun keluar
dari coffee shop dengan segelas kopi hangat ditangannya, berjalan menyusuri
malam yang baru menyapa Seoul. Sudah lima bus yang lewat di halte di mana Hyun
duduk saat ini namun dia tidak naik, hanya menunggu tanpa melakukan apapun
kecuali sesekali meyesap kopi yang ada ditangannya.
Motor
besar berhenti di seberang halte, itu Yesung. Dia berhenti saat melihat Hyun
yang duduk di halte, memandanginya tanpa menyapanya. Yesung melepaskan helm
yang melindungi kepalanya, melihat lebih jelas pada gadis yang duduk di halte
dalam diamnya itu.
Yesung message :
“ Kau dimana? Bisa bertemu? “
Hyun reply :
“ Di rumah. Maaf, aku sedang banyak tugas
“
Yesung message :
“ Benarkah? Kalau begitu maaf menggangu “
Hyun reply :
“ Tidak apa “
Mengenakan
kembali helm yang dilepasnya dan kemudian beranjak pergi dari sana, tak lagi
memandangi Hyun yang ada di halte, Yesung pergi. Hyun hanya menghela nafasnya
berat saat selesai membalas pesan Yesung, memadangi ponselnya yang tak lagi
mendapatkan balasan dari Yesung. Hyun memasukkan ponselnya kembali ke saku
jaketnya dan berdiri dari duduknya, menghampiri sebuah tong sampah untuk
membuang gelas kertas dari kopinya.
‘Apa
yang kau lakukan di sana? ‘ Yesung melemparkan asal jaket yang baru
saja dipakainya, berbaring menatap langit-langit kamarnya. Pertanyaan mengenai
apa yang sedang Hyun lakukan di halte itu dan mengapa dia berbohong membalas
pesannya, hanya memutar otaknya untuk menemukan jawaban dari pertanyaannya
sendiri.
-Lies-
Buku-buku
tertata dengan sangat rapih, berkumpul sesuai dengan temanya masing-masing,
mempermudah untuk ditemukan. Yesung dan Hyun berusaha menemukan buku yang
mereka perlukan dengan mencari secara perlahan buku-buku yang berbaris dengan
rapi di perpusakaan sampai keduanya berpapasan. Yesung menahan Hyun dengan
menggengam tangannya, “ Kau sakit? “ tanya Yesung yang melihat wajah Hyun yang
sedikit pucat, “ Ani. Aku ada kelas “ ucap Hyun langsung saat baru saja Yesung
ingin bicara, dia pergi.
Yesung
mulai aneh dan merasa gerah dengan sikap Hyun padanya belakangan ini, ada
sedikit rasa kesal akan perlakuan yang didapatnya dari Hyun sekarang ini.
Yesung hanya membolak-balik halaman demi halaman dari buku sejarah yang
diambilnya dari rak buku perpustakaan, tak ada yang dibacanya sama sekali,
hanya membolak-balik saja. Yesung memutuskan untuk menemui Hyun, mencoba untuk
mencari jawaban dari apa yang ada di dalam kepalanya saat ini, menutup buku
yang hanya jadi bahan kekesalannya dan pergi meninggalkan perpustakaan.
Sedikit
saja Yesung telat menemukan Hyun, dia sudah pasti masuk ke dalam kelasnya.
Yesung menarik Hyun dari depan kelasnya, walaupun dengan sedikit perlawanan
yang Hyun berikan itu tidak membuat Yesung berhenti melakukan aksinya menarik
Hyun dari sana, “ Oppa aku ada kelas “, “ Ada yang ingin aku bicarakan “
sautnya dan terus menggandeng tangan Hyun menuju parkiran untuk mengambil
mobilnya di sana.
Selama
perjalanan Yesung hanya berkonsentrasi dengan situasi jalan, dia sama sekali
tidak mengucapkan sesuatu. “ Turunkan aku di halte itu kalau memang tidak ada
yang mau di bicarakan “ ucap Hyun menimbulkan suara di keheningan yang ada di
mobil membuat Yesung akhirnya memandangnya yang duduk di kursi sebelah,
menatapnya dengan sorot mata tajamnya. Tidak dilakukan, permintaan Hyun untuk
menurunkannya di halte tidak dilakukannya.
“
Kau menghindari ku, kenapa? “ ucap Yesung akhirnya, membuka mulutnya yang
sedari tadi hanya diam saat mobil terhenti di sebuah jalan lurus yang amat
panjang. “ Apa yang kau mau dari ku? “ tanya Yesung lagi karena pertanyaan
pertamanya tidak mendapat jawaban, Hyun mendengus mendengar pertanyaan Yesung
kali ini, “ Haah, tidak ada “ jawab Hyun yang hanya memalingkan wajahnya dari
Yesung, tidak mau menatapnya sama sekali karena dia takut sewaktu-waktu air
matanya akan menetes dan dia tidak mau Yesung melihatnya.
Yesung
keluar dari mobil dan berjalan mengitarinya, membuka pintu mobil dan menarik
Hyun keluar, membawanya kepinggiran jalan yang menyajikan pemandangan
panjangannya aliran sungai. “ Apa yang kau mau dari ku? “ tanya Yesung dengan
pertanyaan yang sama dan itu membuat Hyun merasa seperti penculik yang sedang
ditanyakan kemauannya oleh orang tua dari anak yang diculiknya dengan bertanya
apa maunya. Hyun melangkahkan kakinya kembali ke mobil namun tangan Yesung
berhasil menahannya dan kemudian mendekapnya ke dalam pelukkan hangatnya.
Hyun
sebisa mungkin untuk di tidak terbuai dengan rasa hangat dari pelukkan yang
Yesung berikan padanya, dia tidak mau perasaannya akan melukainya terlebih
dalam oleh pria ini sampai kecupan Yesung di pucuk kepalanya mendarat dengan
sangat manis, bendungan air mata itu tak tertahankan lagi. “ Aku mau Oppa jadi milik ku, bersama ku “
ucap Hyun dengan sedikit isakkan yang keluar dari bibirnya dan ucapannya
membuat pelukkan Yesung semakin erat.
“
Bisakah? “ Hyun melepaskan pelukkan Yesung darinya, melihat langsung ke manic
mata Yesung dan yang terjadi selanjutnya
sebuah ciuman manis mendarat dengan sangat halus di permukaan bibir Hyun yang
mulai dingin akibat cuaca dingin hari ini, Yesung kembali memberikan pelukkan
hangatnya. “ Aku memang sudah milik mu dari dulu “ ucap Yesung membuat Hyun
melihatnya dengan ekspresi bingung, melihat itu Yesung memberikan senyumannya
pada Hyun, mengusap lembut rambut panjang Hyun yang tergerai bebas.
“
Lalu bagaimana dengan Hangeng oppa? “ mereka sudah berada dalam mobil sekarang,
perjalanan pulang. “ Kau bisa memiliki keduanya “ senyum Yesung miris, “ Aku tidak mau, aku akan bilang
dengan Hangeng oppa ,,, “, “ Dia sangat mencintaimu, cukup memiliku bersamaan
dengan kau bersamanya, sudah cukup “ potong Yesung. Ada rasa bersalah dan juga
ada rasa penyesalan mengapa dirinya menyerahkan wanita yang dicintainya pada
sahabatnya yang juga mencintai wanitanya.
“
Aku tidak mau, aku akan. “, “ Kau bisa bersama Hangeng dan tanpa bersama ku
atau kau bisa memiliki keduanya secara bersamaan, hanya itu pilihannya “
lagi-lagi Yesung memotong pembicaraan Hyun. “ Dan aku harus berbohong pada
Hangeng oppa? “ ucap Hyun sinis, Yesung kembali menghentikan laju mobilnya. “
Katakan padaku kalau kau tidak menyayangi Hangeng sedikit pun, bisa? “ Hyun
hanya diam, yah memang dia ada rasa sayang pada Hangeng walaupun tidak seperti
apa yang dia rasakan pada Yesung, “ Tidak bisakan, jadi jalani saja keduanya “
ucap Yesung dan kemudian kembali melanjutkan perjalanan.
Yesung menarik tangan Hyun saat berniat untuk
keluar mobil ketika sampai di depan rumahnya , memberikan ciuman hangatnya “ Jangan
keluar malam hari dan duduk di halte, kau akan sakit “ Hyun terdiam mendengar
ucapan Yesung, seakan tertangkap basah. “ Masuklah, sudah malam “, “ Hati-hati
di jalan “ pamit Hyun dan setelahnya Yesung pergi.
-T.B.C-
**Please don't copy paste and Re-Upload this story**
**Please don't copy paste and Re-Upload this story**
No comments:
Post a Comment