My Menu

Sep 12, 2013

Lies [Part 2]




Author: Julz

Main Cast : Yesung – Hangeng  (Super Junior)
Kim young hyun (OC)

Support cast : Heechul (Super Junior) - Cho Mungjae (OC)

Gendre : Romance

Type : Chapter

Rate: T



Jendela terbuka, membiarkan angin bergerak bebas masuk ke dalam kamar Hangeng saat ini menemani tidur siangnya. Dering ponsel yang ada di meja tak bisa mengusik waktu istirahatnya, Hangeng masih dengan nyenyak terlelap di atas tempat tidurnya yang nyaman sendirian.

Hangeng masih belum sepenuhnya tersadar dari kegiatan tidur siangnya, dia masih mencoba membuka kedua matanya perlahan, sekilas dia melihat wajah Hyun yang sedang duduk dihadapannya. “ Oppa ,, ironaaa, palli “ Hyun mencoba membuat Hangeng tersadar sepenuhnya dari tidur siangnya saat ini.

Hangeng memeluk bantal dan bersandar pada kepala tempat tidurnya, dia sudah sepenuhnya terbangun sekarang dan pandangannya terarah pada Hyun. “ Hyun’a, kenapa kau tidak mengangkat telephone ku? “ tanya Hangeng terlihat manja, “ Aku kelelahan, jadi waktu Oppa telephone aku sudah tidur, mian “ senyum Hyun meyakinkan Hangeng, “ Aah, harusnya aku tau itu “ saut Hangeng lembut sambil membelai rambut panjang Hyun dengan memberikan senyuman manisnya.

-Lies-

Hangeng duduk di bangku yang berada tepat disamping Hyun yang sedang berkonsentrasi mengerjakan tugas kuliahnya, tangannya beraktifitas di atas tombol-tombol ponselnya, asik bermain game. Sesekali Hangeng memandang Hyun disampingnya dengan senyum tipis dibibirnya. Sekarang dengan seiring kebersamaan mereka berdua, Hangeng sudah memahami bagaimana sikap dan tingkah Hyun dan seperti sekarang ini Hangeng hanya tenang menemani Hyun mengerjakan tugas disampingnya.

Hyun membiarkan kertas-kertas yang dari tadi dibacanya tergeletak di atas meja, menyandarkan tubuhnya pada bahu Hangeng yang setia menungguinya walau Hyun tidak menyapanya sama sekali. Hangeng membenarkan posisinya agar Hyun nyaman bersandar padanya, memasukkan ponselnya karna dia sudah tak lagi memerlukannya.
“ Apa sudah selesai ? “,
 “ Sedikit lagi, mian aku hanya membuat Oppa bosan “,
 “ Aniyo. Istirahatlah kau pasti lelah “
“ Ne, aku akan istirahat sebentar “

-Lies-


“ Ne, nanti malam aku akan menjemput mu, tunggu saja. Istirahatlah “. Hangeng tak lantas masuk ke dalam kamar Yesung walau dia sudah berada tepat di depan pintu kamar, membiarkan Yesung menyelesaikan percakapannya di telephone.

“ Sepertinya kau akan pergi, aku salah mencari waktu “ Hangeng melangkah masuk setelah mendengar Yesung menyelesaikan pembicaraan telephonenya. “ Yaa, apa kau sudah dari tadi di sana? “, “ Ani, baru saja. Jadi kau mau kemana? “, “ Aah,  tidak ada “ Yesung meletakkan ponselnya di atas meja dan menghampiri Hangeng yang sudah duduk di pinggir tempat tidurnya.

Yesung menatap Hangeng yang duduk disampingnya, memandangnya dengan tatapan sedikit iri padanya. “ Ya, waeyo? “, “ Ahh, ani. Mau apa kau datang, tidak bersama dengan Hyun kah? “. Hangeng merebahkan tubuhnya di atas kasur dan memejamkan matanya, Yesung menatapnya lagi. “ Apa kau pernah merasakan bahagia hanya karna melihat seorang wanita tersenyum padamu? “ Hangeng menatap Yesung dan tersenyum padanya, “ Aku hanya akan merasa bahagia saat melihat senyum Hyun padaku, rasanya bibirku juga hanya ingin tersenyum “ wajah Hangeng terlihat sangat senang  dan lagi-lagi Yesung menatapnya dengan iri. “ Kau memang sudah sepatutnya senang bisa bersama dengan wanita yang kau sayangi “ saut Yesung.

“ Aaaah mianhae aku ketiduran, apa kau sudah mau pergi? “ Hangeng terbangun dari tidurnya dan melihat Yesung yang baru saja selesai mandi dengan handuk yang membalut bagian pinggangnya. “ Kau teruskan saja tidurnya “, “ Ya, Yesung’ssi apa kau akan keluar dengan wanita? siapa itu, apa dari kampus kita? “ Hangeng mencoba mencari tahu siapa yang akan pergi bersama dengan Yesung.

Yesung menenggak cola ditangannya pelan sambil memandang lurus ke dapan, “ Oppa mau ini? “ Hyun menyodorkan sebungkus kecil biscuit coklat ditangannya, Yesung hanya menggeleng untuk menolak tawaran Hyun. Yesung masih saja sibuk menenggak colanya perlahan seperti tidak menyadari keberadaan Hyun disampingnya, “ Wae? Gwaenchana, Oppa gwaencahayo? “ Hyun memperhatikan raut wajah Yesung yang sedari tadi terlihat datar, dia merasa sedikit bosan.

“ Oppa,, oppa ,, sudah selesaikah melamunnya? Disini dingin “ Hyun  mencoba menghangatkan tubuhnya dengan mengosok-gosok tangannya. Hyun membereskan beberapa sampah bekas dari cemilannya selagi Yesung masih saja dengan sikap diamnya itu tapi tiba-tiba saja tangan Yesung sudah melingkar dipinggangnya, “ Aku tau kau bosan dan mianhe sudah membuatmu kedinginan tapi bisakah kau tetap bersamaku? Aah, ani. Kau harus selalu bersamaku “ ucap Yesung berhasil membuat rona merah dipipi Hyun, tak ada Hangeng sama sekali dikepalanya saat ini ketika Yesung memberikan kehangatan dengan memberikan pelukkan untuknya.

“ Gwaenchana? “ sekali lagi Hyun menanyakan keadaan Yesung yang sedari tadi hanya diam saat mereka sudah berada di dalam mobil Yesung. Yesung seperti tadi tidak menjawab pertanyaan Hyun, Ia merebahkan tubuhnya pada kursi dibelakang stir sambil memejamkan mata. Tangan Hyun menyambar kening Yesung untuk mengetahui apakah Yesung sakit atau tidak, “ Kau tidak demam “ Yesung memindahkan tangan Hyun dari keningnya dan ditaruhnya di paha sambil menggenggamnya.

“ Aku ini laki-laki jahat, aaah… aku benar-benar jahat Hyun’aa .. “ ucapnya dengan senyum tipis yang tersungging di bibir tipisnya. Tangan Hyun masih berada dalam genggamannya dan matanya juga masih terpejam, “ Dia tersenyum bahagia bercerita tentangmu, benar-benar bahagia. Bagaimana bisa aku bersama dengan wanita yang dicintai oleh sahabatku sendiri seperti ini “ , “ Oppa, apa maksudmu? kau sendiri yang meminta kita bertemu tanpa ada Hangeng oppa kan, jadi kenapa sekarang jadi begini? “.

“ Apa yang kau fikirkan tentang aku? “, Hyun kaget dengan pertanyaan dari Yesung, tangannya sudah tak lagi digenggam Yesung. “ Jangan berfikir aku menyukaimu Hyun’aa, aku hanya merasa nyaman denganmu “ ucap Yesung tanpa melihat lawan bicaranya, ucapan Yesung membuat Hyun benar-benar tersentak, dia tidak mengerti dengan semuanya ini. “ Aku tau, aku tau Oppa mana mungkin menyukaiku, itu tidak akan terjadi “ Hyun juga ikut memalingkan wajahnya, dia lebih memilih melihat pemadangan di luar jendela  mobil sambil sebisa mungkin menahan air matanya. Rasanya susah sekali bernafas kali ini mendengar Yesung mengatakan bahawa jangan berfikiran kalau dirinya menyukai Hyun, sebisa mungkin Hyun menahan kesedihan yang menusuk hatinya.

-Lies-

“ Aku hanya merasa nyaman dengan mu “  ucapan Yesung beberapa hari lalu masih jelas di ingatan Hyun dengan baik bahkan intonasi santai Yesung saat mengucapkannya juga masih dia ingat. “ Hanya segitu kah? “ ucapnya lirih sambil memejamkan matanya. “ Hei, kau akan jadi nenek tua dengan kriput berlebihan dalam dua tahun kalau tiap hari seperti ini “ seorang dengan perawakan tinggi, memiliki postur badan yang bagus untuk seorang pria duduk di samping Hyun, “ Mungjae-aa … “ , “ Ne, Kim young hyun sajangnim “ saut Mungjae, mendengar Mungjae memanggilnya sajangmin Hyun hanya bisa berdecak sebal pada sahabatnya yang satu ini. “ Hyung, odiga. Kau tidak bersamanya? “, “ Han oppa dia sedang ada kelas, wae? “, “ Ani, hanya tanya saja. Dan ur black lord? “ seketika Hyun terdiam. Mungjae memperhatikan ekpresi Hyun, mencoba menerjemahkan itu tanpa bertanya dan sepertinya dia bisa tau apa yang sedang sahabatnya itu rasa “ Tidak baikah? “, “ Jae-aa, nan eothoke? “ dengan santai Hyun meletakkan kepalanya di bahu Mungjae dan yang dijadaikan sandaran terlihat lebih santai menanggapinya.

“ Sajangnim, kenapa kau tidak jujur saja dengan kedua orang itu “ tangan mulus Hyun mendarat dengan cepat menuju kepala Mungjae menanggapi ucapannya itu, “ Ya, kau pikir semudah itu untuk mengatakannya lagi pula ,, “ Hyun terhenti, dia tidak bisa meneruskan ucapannya karena dengan apa yang semalam dia dengar dari Yesung mengenai dirinya membuatnya tak memiliki keyakinan. “ Wae, lagi pula kenapa? Eo, jangan bilang kau sudah menyukai Hangeng hyung juga? “ Hyun melirik lemah, “ Jae-aa … “, “ Aku tau hati dan mata mu bukan milik Hangeng hyung “ Mungjae mengusap pucuk kepala Hyun pelan.

“ Heii Mr. Han, waseo? “ Hangeng memamerkan senyum manisnya pada pria yang terilhat cukup cantik sebagai seorang pria dengan kulit putih yang bersih serta bentuk wajah yang membuatnya terlihat manis namun tetap terlihat maskulin, perpaduan yang cukup membuatnya mudah meluluhkan banyak hati para wanita dan memang itulah keahliannya, keahlian seorang Kim Heechul. “ Dari mana saja kau, kenapa jarang sekali masuk? “, “ Aaakh, aku sibuk “ saut Heechul sambil mengedipkan sebelah matanya dan kembali membuat Hangeng memberikan senyumannya. “ Pergi kencan? “  Hangeng menyautinya dengan anggukan kepala, “ Kau yakin Hyun pacar mu? “ Hangeng melirik Heechul aneh dengan ucapannya barusan “ Aaahhhaaa, ani. Aku hanya bercanda, khaa. Hyun pasti menunggu “ ucap Heechul mengalihkan dan tanpa curiga Hangeng berlalu dari hadapan Heechul.

-Lies-

Hyun duduk manis sambil sesekali menikmati roti panggang yang dipesannya tadi, duduk menjadi pendengar yang baik dari obrolan kedua pria yang tengah asik berbincang di meja yang sama dengannya, Hangeng dan Mungjae. Dengan design yang meyenangkan membuat banyak mahasiswa atau anak sekolah memilih café Mouse & Rabbit untuk dijadikan tempat mereka berkumpul atau kadang malah ada yang menjadikan café ini sebagai tempat belajar bersama jadi untuk menemukan anak-anak muda di sini sangat mudah.

“ Hyung …. “ , “ Yesung hyung … “ Hyun menoleh dengan cepat arah panggila Mungjae, Yesung melambaikan tangan untuk menanggapi panggilan Mungjae. Mungjae menghampiri Yesung yang baru beberapa langkah dari pintu masuk dan membawanya untuk duduk bersama . “ Kau sendiri? “ tanya Hangeng sambil melihat ke arah belakang Yesung, “ Ne” saut Yesung dan meletakkan tasnya di atas meja, Hyun hanya tersenyum simpul ke arah Yesung yang bahkan terlihat seperti menghindari untuk menatapnya. Obrolan mereka berlanjut tapi Hyun lebih banyak diam karena bahan bicara mereka bertiga kurang dipahaminya, Hangeng yang menyadari bahwa Hyun banyak diam mencemaskannya “ Gwaenchana? “, “ Gwaenchana,  aku hanya tidak paham apa yang kalian bicarakan “ senyum Hyun dan Hangeng mengusap lembut rambut Hyun. Mungjae menangkap sesuatu yang tidak benar di sini, dia merasa ada yang aneh dengan Yesung saat melihat Hangeng tadi yang mengusap kepala Hyun.

-Lies-

 Yesung sedikit kaget sewaktu dia memasuki ruang music dan melihat Hyun sudah berada di sana, duduk di bangku depan piano biasa dia berada. “ Biasanya oppa datang setengah jam yang lalu “, “ Wae, kau menunggu ku, untuk apa? “ Yesung duduk di lantai tak jauh dari posisi piano berada, “ Ne, aku menunggu oppa “ saut Hyun pelan dan berbalik dari posisi duduknya yang awalnya menghadap piano sekarang sudah membelakangi piano, berhadapan dengan Yesung. “ Karna seminggu ini aku tidak melihat oppa, jadi aku ke sini “ Hyun mencoba tersenyum dengan tatapan Yesung yang kurang menyenangkan. “ Kau harusnya merindukan Hangeng, bukan aku “, sekali lagi Yesung bisa berbicara sesantai itu pada Hyun, padahal ucapannya membuat Hyun merasa sedih. “ Aku bahkan tidak di perbolehkan merindukan oppa ku “ ucap Hyun datar tapi berhasil mendapat perhatian dari Yesung, Oppa?  Ucap Yesung dalam hati.

Yesung di sana, dia hanya meyibukkan diri walaupun dia tahu ada Hyun di sini bersamanya. Jari-jarinya menari dengan lincah di tuts piano namun kali ini tidak bersamaan dengan suara indahnya. “ Benarkah hanya karna Oppa merasa nyaman dengan ku? “, Yesung medengarnya dengan jelas ucapan itu tetapi dia hanya diam seakan tidak mendengar apapun, Hyun meraih tangan Yesung, mencoba mengalihkan perhatiannya “ Bisakah Oppa bersama ku? “, “ Mwo? “ entah dari mana Hyun mendapatkan keberanian untuk mengatakan itu, meminta Yesung bersamanya dengan statusnya sebagai kekasih Hangeng yang notabene adalah sahabat Yesung. “ Ne, maukah Oppa bersama ku? “, “ Hyun-aa, kau jangan gila. Kau … “, “ Ne, arasseo. Aku kekasih Hangeng oppa, aku tau itu “ Hyun melepaskan genggaman tanganya dari Yesung dan menundukkan kepalanya. Hyun menghela nafasnya berat sebelum akhirnya meneruskan perkataannya, “ Mian Oppa, anggap saja aku tidak meminta apa-apa padamu barusan, mian. Aku pergi dulu “ dan Hyun meninggalkan Yesung di ruang music sendirian.

Sepeninggalan Hyun di ruang music membuat Yesung hanya duduk diam di depan piano tanpa melakukan apapun, masih mencoba mencerna ucapan Hyun padanya ‘ Bisakah Oppa bersamaku? ‘ dan ucapan itu terus terulang ditelingnya.

 Dengan hangat genggaman tangan Hangeng saat ini di tangan kiri Hyun, berjalan dengan saling bergandengan tangan, sesekali senyuman Hangeng menghiasi wajah tampannya namun raut wajah wanita disampingnya tidak sama dengannya. “ Apa ice cream bisa membuat raut wajah ini hilang? “ Hangeng mencubit pipi Hyun dan yang kemudian didapatkannya adalah sebuah pelukan dari Hyun, “ Ne, aku mau ice cream “ ucap Hyun dipelukkan Hangeng membuat Hangeng tersenyum mendapat perlakukan manja gadisnya terhadapnya, “ Baiklah, kita makan ice cream “ dan kedua tangan itu kembali saling bergandengan.

Raut wajah sedih sangat sulit untuk tidak terlihat sama sekali saat ini dari Hyun, sebagaimana pun dia berusaha menahannya tetap saja bisa terlihat dan Hangeng merasakan ada sesuatu pada gadisnya ini. “ Gwaenchana? Kau bisa mengatakan apapun jika kau mau “ Hangeng kembali mengenggam tangan Hyun, mencoba untuk menenangkan Hyun. “ Ada Dosen yang membuat ku kesal hari ini, itu saja “ bohong Hyun dan mencoba untuk membuat suasana lebih menyenangkan dengan memberikan ekspresi senangnya yang menyantap ice cream coklat yang sudah siap disantapnya.

-Lies-


 Sudah semakin mendekati musin dingin dan hawa-hawa darinya pun sudah mulai berdatangan, membuat orang-orang sudah mulai mengenakan pakaian musim dinginnya. Yesung mengenakan jaket yang lumayan tebal dan syal untuk menutupi bagian lehernya saat ini pergi ke kampus. Dengan niatannya ke kantin untuk membeli minuman hangat bagi tubuhnya, Yesung betemu dengan Hangeng yang juga sudah berada di sana, melambaikan tangan untuk menarik perhatiannya yang sedang mengenakan earphone di telinganya karena kalau Hangeng berteriak memanggilnya itu hanya akan menjadi hal yang percuma.

Yesung menghampiri Hangeng yang juga sedang bersama dengan Hyun di sana dengan langkah enggannya. “ Kau ada latihan hari ini? Bagaimana kalau kita keluar bersama? “ ajak Hangeng sesaat setelah Yesung duduk dihadapannya, ada yang salah di sini, Hyun tidak memalingkan sedikit pun padangannya dari buku yang sedang dipegangnya walaupun Yesung berada di sana. “ Oppa aku duluan yah, ada yang harus aku cari di perpustakaan. Nanti aku telpon “ ucap Hyun dan setelahnya beranjak dari sana tanpa berpamitan dengan Yesung, Yesung hanya bisa melihat punggung Hyun yang membelakanginya dan lama-lama menghilang dari jarak pandangnya.

Itu hanya alasannya saja, hanya untuk bisa mengindari  melihat atau mungkin menghindar untuk ada percakapan dengan Yesung saat ini. Semenjak ucapannya waktu itu pada Yesung membuat sesuatu seakan membuat hatinya tidak nyaman dan untuk melihat Yesung saat ini membuatnya semakin merasakan ketidaknyamanan itu, ada rasa sakit di sana saat Hyun harus melihat Yesung.

Buliran bening mengalir tanpa terasa di ujung matanya sampai seseorang mengetahuinya, “ Gwaenchana? Apa ini karena Hangeng? “ dengan cepat Hyun menghilangkan jejak dari air matanya, “ Ani, aku tidak apa-apa. Tumben Oppa ada di sini? “ tanya Hyun pada Heechul yang sekarang sudah duduk tepat di sampingnya. “ Haahha, hanya tidur sebentar “ saut Heechul dengan senyuman namun dia masih penasaran mengapa Hyun tadi menangis. “ Benar kau tidak apa-apa? “, “ Aah ne, aku tidak apa-apa. Eum, Oppa bisakah tidak bilang pada Hangeng oppa kalau Oppa melihat ku menangis, dia pasti akan cemas “ Hyun meminta Heechul untuk merahasiakannya dan Heechul menyanggupi dengan memberikan senyumannya.

-Lies-

Udara semakin dingin dan terlebih di malam hari seperti sekarang ini, semilir angin semakin menambah hawa dingin, membuat hawa panas tubuh menurun. Hyun keluar dari coffee shop dengan segelas kopi hangat ditangannya, berjalan menyusuri malam yang baru menyapa Seoul. Sudah lima bus yang lewat di halte di mana Hyun duduk saat ini namun dia tidak naik, hanya menunggu tanpa melakukan apapun kecuali sesekali meyesap kopi yang ada ditangannya.

 Motor besar berhenti di seberang halte, itu Yesung. Dia berhenti saat melihat Hyun yang duduk di halte, memandanginya tanpa menyapanya. Yesung melepaskan helm yang melindungi kepalanya, melihat lebih jelas pada gadis yang duduk di halte dalam diamnya itu.
Yesung message :
“ Kau dimana? Bisa bertemu? “

Hyun reply :
“ Di rumah. Maaf, aku sedang banyak tugas “

Yesung message :
“ Benarkah? Kalau begitu maaf menggangu “

Hyun reply :
“ Tidak apa “

Mengenakan kembali helm yang dilepasnya dan kemudian beranjak pergi dari sana, tak lagi memandangi Hyun yang ada di halte, Yesung pergi. Hyun hanya menghela nafasnya berat saat selesai membalas pesan Yesung, memadangi ponselnya yang tak lagi mendapatkan balasan dari Yesung. Hyun memasukkan ponselnya kembali ke saku jaketnya dan berdiri dari duduknya, menghampiri sebuah tong sampah untuk membuang gelas kertas dari kopinya.

‘Apa yang kau lakukan di sana? ‘ Yesung melemparkan asal jaket yang baru saja dipakainya, berbaring menatap langit-langit kamarnya. Pertanyaan mengenai apa yang sedang Hyun lakukan di halte itu dan mengapa dia berbohong membalas pesannya, hanya memutar otaknya untuk menemukan jawaban dari pertanyaannya sendiri.

-Lies-

Buku-buku tertata dengan sangat rapih, berkumpul sesuai dengan temanya masing-masing, mempermudah untuk ditemukan. Yesung dan Hyun berusaha menemukan buku yang mereka perlukan dengan mencari secara perlahan buku-buku yang berbaris dengan rapi di perpusakaan sampai keduanya berpapasan. Yesung menahan Hyun dengan menggengam tangannya, “ Kau sakit? “ tanya Yesung yang melihat wajah Hyun yang sedikit pucat, “ Ani. Aku ada kelas “ ucap Hyun langsung saat baru saja Yesung ingin bicara, dia pergi.
               
 Yesung mulai aneh dan merasa gerah dengan sikap Hyun padanya belakangan ini, ada sedikit rasa kesal akan perlakuan yang didapatnya dari Hyun sekarang ini. Yesung hanya membolak-balik halaman demi halaman dari buku sejarah yang diambilnya dari rak buku perpustakaan, tak ada yang dibacanya sama sekali, hanya membolak-balik saja. Yesung memutuskan untuk menemui Hyun, mencoba untuk mencari jawaban dari apa yang ada di dalam kepalanya saat ini, menutup buku yang hanya jadi bahan kekesalannya dan pergi meninggalkan perpustakaan.

Sedikit saja Yesung telat menemukan Hyun, dia sudah pasti masuk ke dalam kelasnya. Yesung menarik Hyun dari depan kelasnya, walaupun dengan sedikit perlawanan yang Hyun berikan itu tidak membuat Yesung berhenti melakukan aksinya menarik Hyun dari sana, “ Oppa aku ada kelas “, “ Ada yang ingin aku bicarakan “ sautnya dan terus menggandeng tangan Hyun menuju parkiran untuk mengambil mobilnya di sana.

Selama perjalanan Yesung hanya berkonsentrasi dengan situasi jalan, dia sama sekali tidak mengucapkan sesuatu. “ Turunkan aku di halte itu kalau memang tidak ada yang mau di bicarakan “ ucap Hyun menimbulkan suara di keheningan yang ada di mobil membuat Yesung akhirnya memandangnya yang duduk di kursi sebelah, menatapnya dengan sorot mata tajamnya. Tidak dilakukan, permintaan Hyun untuk menurunkannya di halte tidak dilakukannya.

“ Kau menghindari ku, kenapa? “ ucap Yesung akhirnya, membuka mulutnya yang sedari tadi hanya diam saat mobil terhenti di sebuah jalan lurus yang amat panjang. “ Apa yang kau mau dari ku? “ tanya Yesung lagi karena pertanyaan pertamanya tidak mendapat jawaban, Hyun mendengus mendengar pertanyaan Yesung kali ini, “ Haah, tidak ada “ jawab Hyun yang hanya memalingkan wajahnya dari Yesung, tidak mau menatapnya sama sekali karena dia takut sewaktu-waktu air matanya akan menetes dan dia tidak mau Yesung melihatnya.

Yesung keluar dari mobil dan berjalan mengitarinya, membuka pintu mobil dan menarik Hyun keluar, membawanya kepinggiran jalan yang menyajikan pemandangan panjangannya aliran sungai. “ Apa yang kau mau dari ku? “ tanya Yesung dengan pertanyaan yang sama dan itu membuat Hyun merasa seperti penculik yang sedang ditanyakan kemauannya oleh orang tua dari anak yang diculiknya dengan bertanya apa maunya. Hyun melangkahkan kakinya kembali ke mobil namun tangan Yesung berhasil menahannya dan kemudian mendekapnya ke dalam pelukkan hangatnya.

Hyun sebisa mungkin untuk di tidak terbuai dengan rasa hangat dari pelukkan yang Yesung berikan padanya, dia tidak mau perasaannya akan melukainya terlebih dalam oleh pria ini sampai kecupan Yesung di pucuk kepalanya mendarat dengan sangat manis, bendungan air mata itu tak tertahankan lagi.  “ Aku mau Oppa jadi milik ku, bersama ku “ ucap Hyun dengan sedikit isakkan yang keluar dari bibirnya dan ucapannya membuat pelukkan Yesung semakin erat.

“ Bisakah? “ Hyun melepaskan pelukkan Yesung darinya, melihat langsung ke manic mata Yesung  dan yang terjadi selanjutnya sebuah ciuman manis mendarat dengan sangat halus di permukaan bibir Hyun yang mulai dingin akibat cuaca dingin hari ini, Yesung kembali memberikan pelukkan hangatnya. “ Aku memang sudah milik mu dari dulu “ ucap Yesung membuat Hyun melihatnya dengan ekspresi bingung, melihat itu Yesung memberikan senyumannya pada Hyun, mengusap lembut rambut panjang Hyun yang tergerai bebas.

“ Lalu bagaimana dengan Hangeng oppa? “ mereka sudah berada dalam mobil sekarang, perjalanan pulang. “ Kau bisa memiliki keduanya “ senyum Yesung  miris, “ Aku tidak mau, aku akan bilang dengan Hangeng oppa ,,, “, “ Dia sangat mencintaimu, cukup memiliku bersamaan dengan kau bersamanya, sudah cukup “ potong Yesung. Ada rasa bersalah dan juga ada rasa penyesalan mengapa dirinya menyerahkan wanita yang dicintainya pada sahabatnya yang juga mencintai wanitanya.

 “ Aku tidak mau, aku akan. “, “ Kau bisa bersama Hangeng dan tanpa bersama ku atau kau bisa memiliki keduanya secara bersamaan, hanya itu pilihannya “ lagi-lagi Yesung memotong pembicaraan Hyun. “ Dan aku harus berbohong pada Hangeng oppa? “ ucap Hyun sinis, Yesung kembali menghentikan laju mobilnya. “ Katakan padaku kalau kau tidak menyayangi Hangeng sedikit pun, bisa? “ Hyun hanya diam, yah memang dia ada rasa sayang pada Hangeng walaupun tidak seperti apa yang dia rasakan pada Yesung, “ Tidak bisakan, jadi jalani saja keduanya “ ucap Yesung dan kemudian kembali melanjutkan perjalanan.


Yesung menarik tangan Hyun saat berniat untuk keluar mobil ketika sampai di depan rumahnya , memberikan ciuman hangatnya “ Jangan keluar malam hari dan duduk di halte, kau akan sakit “ Hyun terdiam mendengar ucapan Yesung, seakan tertangkap basah. “ Masuklah, sudah malam “, “ Hati-hati di jalan “ pamit Hyun dan setelahnya Yesung pergi.


-T.B.C-

 **Please don't copy paste and Re-Upload this story**

No comments:

Post a Comment