Author : Julz
Main
Cast : Choi Junhong/ Zelo
(B.A.P) - Park Sungrin (OC)
Support
cast : Jongup (B.A.P) – Bang July
(OC)
Gendre : Romance – AU – Sad - Angst
Length : Ficlet
Rate : T / G
Disclameir : The story and plot it’s mine, out
from my little brain but not for all the cast.
All
of typo you’ll found’s NORMAL (-_-)/
Poster FF :
B.A.P Live on Earth teaser pict . Edit
by me (July)
Story of Us
[ Medicine
]
Aku
duduk di trotoar jalan, bayangan dari seseorang yang kini sedang berdiri
dihadapanku menghalangi cahaya lampu yang berada didepanku, aku mendongak.
“Noona”.
Entah
sudah berapa kali aku duduk dibangku panjang ini, diruangan ini, dirumah ini
dengannya. “Sudah berapa banyak seragam yang kau buang karna selalu ada noda
darah Jell?” aku mengambil sesuatu dari dalam tas dan menunjukkan padanya saat
gadis ini duduk dihadapanku dengan wadah plastik kecil yang berisi air juga
kain kecil. “Aku sudah punya yang baru untuk aku nodai besok”, dia meraih seragam
yang baru saja aku tunjukkan padanya dan melemparnya. Dia marah. “Urus saja
lukamu sendiri” dia melangkah menuju kekamarnya, aku bangkit, mengambil tasku
dan berniat pergi. “Noona, aku pulang” ucapku berpamitan.
Aku
hanya memandangi wajah kesal dari gadis yang ada dihadapanku, dia sibuk
membersihkan sisa darah yang masih ada disudut bibirku, gadis ini menahanku
saat aku hampir membuka pintu rumahnya untuk pulang. “Gomawo Noona”.
“Zelo, kau tidak bisa terus seperti ini. Aku,”
“Aku pulang”
-Story of Us-
Berdiri
ditepian atap sekolah yang mulai sepi, sekolah sudah selesai hampir setengah
jam yang lalu. Seharian aku hanya berdiri disini tanpa mengikuti pelajaran,
kegiatan rutin yang aku lakukan setiap harinya. Dikeluarkan? Tidak mungkin
karena ini sekolah milik keluargaku, keluarga Choi dan aku sangat berharap
bukan salah satu dari bagian keluarga itu.
Waktunya
membuat luka dan menghasilkan darah
hari ini. Tidak jauh aku melajukan motorku dari gerbang sekolah aku melihat
beberapa siswa dari sekolah lain. Memarkirkan motorku sedikit jauh dari mereka
untuk membuatnya aman, aku tidak mau motor kesayanganku terlibat. Dasar anak
sekolah, sangat mudah aku membuatnya naik darah hanya dengan ejekkan-ejekkan
kecil. Empat orang yang terbakar amarah kini sudah berdiri dihadapanku, senyum
menantang sudah aku berikan pada mereka, mencoba untuk semakin memancing amarah
mereka.
Dua
dari mereka menyerang bersamaan kearah pinggangku, membuatku terjatuh sehingga
mereka dengan leluasa memberikan tinjunya padaku dan aku menikmati rasa sakit
yang mereka berikan saat ini, aku menikmatinya. Darah segar mengalir dari
kepalaku, akibat pukulan dari anak tengik yang memakai cincin ditangannya itu.
“Terima kasih” ucapku dengan menarik sedikit ujung bibirku yang kemudian
memberikan tinjuku pada keempat anak ini.
Lagi,
seperti hari lainnya gadis manis ini menghilangkan darah yang ada diwajahku.
Selesai dengan kepalaku yang berdarah, Sungrin menatapku sebentar sebelum dia
melemparkan botol obat padaku dan tepat mendarat dimana dua orang tadi
memberikan pukulan hingga aku jatuh, pinggangku. “Aaaah..” ringisku dengan
reflek menyentuh bagian yang sakit itu. Sungrin menarik seragam sekolahku,
melihat memar yang ada dibagian pinggangku.
“Jangan
tersenyum Jell”. Kini dengan dadaku yang polos tanpa pakaian duduk disamping
Sungrin yang sedang memberikan gel bening untuk memar dipinggangku. Tanpa sadar
aku tertidur dikursi panjang ini, mungkin efek dari obat yang Sungrin berikan
membuatku tertidur. Aku mendengar beberapa suara wanita dari dalam kamar
Sungrin, aku rasa itu temannya. “Aku pulang” ucapku sesaat setelah mengetuk
pintu kamar Sungrin untuk pamit.
“Mereka dirumah?”
“Ne, Tuan”
Mereka
yang aku tayakan pada pembantuku adalah orang tuaku, mereka orang tua yang
membawaku kedunia ini. Suara leguhan sialan itu mengusik telingaku, membuat
emosi memuncak ke kepala. Didalam kamar aku mencoba menahan segala amarah
didalam hatiku dengan semua yang terjadi dirumah ini, dikeluarga ini,
dikehidupanku.
Mencari
segelas air untuk meredam sedikit amarah namun yang aku dapat hanya membuat
otakku seakan ingin meledak, ayahku mencumbu entah kali ini wanita dari mana
didapur.
Aku
hanya memandangi pintu ini, memandanginya dengan ragu apa aku akan mengetuk
pintu ini atau tidak. Selagi aku masih ragu, pintu dihadapanku terbuka. “Boleh
aku tidur disini malam ini?” Sungrin menatapku lembut walau aku tau dia
menyimpan pertanyaan dengan melihatku yang berantakan ini. “Hanya malam ini dan
aku tidak akan macam-macam”.
“Dimana?”
“Maaf mengecewakanmu Noona tapi aku tidak ada luka sekarang”
Wajah
Sungrin aneh setelah mendegarku mengatakan telah mengecewakannya karena tidak
memiliki luka, dia mengembalikan beberapa obat yang sudah dikeluarkan olehnya
pada kotak obat yang tersusun rapih dimeja. “Jell, kau benar tidak apa-apa?” aku
menarik tangannya menuju kamar, membuka pintunya dan mengarahkannya untuk
masuk. “Tidurlah”.
Satu
jam berlalu namun aku belum bisa sepenuhnya tertidur, hanya memjamkan mata. Aku
dengar langkah kaki yang melewatiku, aku rasa Sungrin menuju dapur dan setelahnya
aku mendengar langkah kakinya mendekati sofa yang aku tiduri. Tangan lembutnya
membelai lembut rambut pirangku, aku menikmatinya. “Jell,” Sungrin tidak
melanjutkan ucapannya. Jelly, panggilannya untukku. Aku membuka mataku, meraih
tangannya yang membelai rambutku. “Noona tidak tidur?” Sungrin hanya menggeleng
dengan senyum tertahan. “Jell, kau benar tidak apa-apa? Aku,”, aku menarik
tangannya untuk mengikuti langkahku, kembali mengantarnya kekamar. “Tidurlah,
ini sudah larut” senyumku namun Sungrin masih melihatku dengan tatapan ingin
tahu juga khawatir padaku, “Noona mau aku menemanimu tidur?” godaku tapi
ternyata Sungrin mengiyakan, cukup membuatku terkejut. “Tidurlah disini,
pinggangmu akan bertambah sakit kalau kau tidur disofa, good night”. Sungrin
merebahkan dirinya ditempat tidur yang tidak begitu besar ini, aku
memperhatikannya untuk sesaat dan kemudian ikut bergabung dengannya.
-Story of Us-
Ketika
aku terbangun matahari sudah mulai meninggi, aku bangun lumayan siang hari ini
dan aku terbangun di kamar Sungrin. Langkahku menuju kamar mandi sedikit
terganggu dengan rasa sakit yang muncul dari pinggangku.
“Noona, kau akan pergi kuliah?”
“Ne”
Aku
menghabiskan nasi goreng yang dibuat Sungrin dimeja makan sambil mataku
mengawasi kegiatan Sungrin yang sibuk menyiapkan perlengkapan kuliahnya. “Aku
akan antar Noona kekampus” Sungrin terhenti sebentar untuk memasukkan
buku-bukunya kedalam tas saat mendengar perkataanku, “Jell, kau tau itu akan
jadi masalah nantinya” ucapnya. “Aku akan mengantarmu”.
Seperti
kataku tadi, aku mengantar Sungrin kekampusnya dan kampus ini pun adalah milik
dari keluargaku. Aku membantu Sungrin melepaskan helm dan merapikan rambutnya
yang sedikit berantakan karena helm dengan tanganku. “Aku pulang” pamitku dan
kembali mengenakan helm lalu berlalu dari hadapannya.
Baru
saja selesai mandi dengan rambut yang masih basah aku menuruni anak tangga
menuju dapur untuk sekedar minum, entah kenapa dia ada dirumah dijam seperti
ini. “Kau tidak sekolah?“ aku hanya berlalu tanpa terusik dengan pertanyaan
ayahku, “Kapan kau lulus kalau tiap hari membolos“ ucapnya datar. Aku muak.
“Tiap
hari? Seperti kau menyadari keberadaanku saja” ucapku enteng tanpa menoleh
sedikitpun. “Tuan tidak sarapan?” tanya bibi Jung, aku mengangkat tanganku
keatas, melambai padanya seakan berkata ‘tidak’. Aku kembali kedalam kamar,
entah apa yang bisa aku lakukan diruangan berbentuk kotak ini, aku hanya
memandangi langit luar dari jendela kamar, tidak ada yang menarik.
‘Jell, bisa kau kesini.
Aku takut’
Tanpa
bertanya ada apa dengannya, aku langsung mengambil jaket kulit hitam dan kunci
motor untuk segera melesat kerumah Sungrin. Dalam perjalanan aku mendengar
bunyi dering ponselku, namun aku abaikan dan hanya berkontrasi untuk segera
sampai.
“Noona,, ini aku”
Sungrin
membuka pintu rumahnya, aku tidak melihat raut wajah yang aneh padanya, sepertinya
baik-baik saja. “Jell, aku kira kau tidak akan datang karena kau tidak membalas
pesanku” ucapnya, aku menutup pintu dan berjalan memasukki rumahnya yang
ternyata sudah ada seseorang disana. Aku duduk dimana aku biasa duduk dirumah
ini saat Sungrin mengobati lukaku, berhadapan dengan tv diruang tamu yang cukup
nyaman.
“Tadi
itu aku merasa ada seseorang yang mengikutiku sejak aku kembali dari mini
market dan sepertinya dia mengikutiku sampai rumah “ jelas Sungrin. “Aku sudah
memeriksa sekitar dan sepertinya tidak ada yang aneh, kau tidak perlu cemas
lagi Sungrin-aa” ucap pria yang sudah terlebih dulu datang. Setelah satu jam
aku hanya duduk diam diantara mereka berdua, akhirnya pria itu pulang dan
meninggalkan aku juga Sungrin berdua.
“Jell,
kau tidak pulang? Ini sudah larut” tanya Sungrin, aku melihatnya sekilas. “Aku
akan berjaga disini. Noona. Tidurlah” kataku sambil melepaskan jaket kulit yang
ternyata aku lupa membukanya sedari tadi. “Kau marah Jell?” Sungrin maraih
lengan kananku, membuatku menatapnya. “Kau hanya diam dari kau datang tadi, apa
kau marah?”. Marah? Entahalah aku hanya risih dan sedikit kesal karena pria
tadi. “Seperti kau bilang tadi Noona, ini sudah larut. Tidurlah” aku melepaskan
pegangannya dilenganku dan melirik kekamarnya.
-Story of Us-
“Jell,
bangun. Zelo-yaa, bangun” mataku mengerejap pelan, mengusap wajahku untuk
tersadar sepenuhnya. “Ada apa Noona, ada yang tidak beres?” Sungrin hanya
menggeleng pelan, “Ani. Kau pulanglah dan berangkat kesekolah, ini masih jam 5
pagi, masih sempat kalau kau pulang dan ganti bajumu” mendengar perkataannya
membuatku memutuskan untuk memejamkan kembali mataku yang masih mengantuk.
“Zelo, kau harus sekolah, kemarin kau sudah tidak masukkan?”. Zelo memang
namaku tapi entah mengapa aku sedikit kesal jika dia memanggilku dengan nama
itu bukan dengan Jelly seperti biasanya. “Kalau Noona sudah akan pergi kuliah
aku akan pergi” ucapku dan membalikkan badanku hingga memunggunginya. “Jell,
aku mohon padamu” tanpa mau mendengar perkataannya dengan kata ‘mohon’ lagi aku
bangkit dari sofa yang aku tiduri semalaman ini. “Arra, aku sekolah”.
“Zelo,
kau dari mana saja? Kenapa baru pulang pagi? Ya! Zelo” teriakkan ibuku hanya
aku anggap alarm nyaring dipagi hari dengan langkah kaki yang terus menapaki
menuju kamar. Sebenarnya walaupun kini aku tidak berangkat kesekolah Sungrin
tidak akan tau tetapi untuk memenuhi permohonannya seperti suatu yang wajib aku
lakukan, aku tidak suka dia memohon padaku. Selesai mandi dan mengenakan
seragam sekolahku, aku pun berangkat kesekolah.
‘Jell, kau sekolahkan? Dan masuklah kekelasmu, ikuti pelajaran ^^’
Ini
hanya sms tapi sudah cukup membuatku
bahagia, hanya sekedar perhatian kecil dan aku sangat menyukainya.
Jari-jariku menyentuh layar ponselku, mengetik sms balasan pada Sungrin.
‘Ne Noona’ hanya itu.
-Story of Us-
Masih
siang hari saat aku kembali kerumah, disekolah sedang ada rapat keseluruhan
untuk membahas sesuatu yang aku tidak perduli apa itu, aku hanya ingin tidur
saat ini tapi sepertinya untuk melakukan hal mudah itu adalah hal yang sulit
bagiku dirumah ini. Baru saja memasuki ruang tamu aku sudah disajikan tontonan
ibuku yang sedang digerayangi oleh kekasihnya itu, ya kekasihnya dan bukan ayahku.
Mencoba
untuk tidak memperdulikan aksi bejat orang tuaku, membawa langkahku menuju
dapur untuk sekedar minum dan saat cairan bening ini menyelongsong melewati
tenggorokkanku tiba-tiba saja terdengar suara yang membuatku sudah tak lagi
bisa menahan emosi, leguhan laknat ibuku. Refleks gelas kaca bening yang ada
digenggamanku, aku lemparkan untuk beradu pada tembok pembatas antara dapur
menuju ruang tamu, sangat berharap mereka menyadari kegilaan mereka. Aku muak.
Satu
set bir yang berisi enam kaleng sudah aku beli untuk menemaniku, menghabiskan
waktu tidak berhargaku. Inginya aku membuat luka sekarang ini tapi disini sepi tidak ada seorangpun, jadi tidak
tau siapa yang harus aku ajak berkelahi. Bodoh memang, bagaimana tidak sepi
kalau aku duduk diarea berumput tidak jauh dari sebuah lapangan basket yang
berada disudut gang perumahan, bahkan jalan besar berjarak hampir satu kilometer
dari sini.
Memandangi
layar ponselku yang terdapat foto punggun Sungrin, hasil jepretanku saat
mengantarnya kekampus waktu itu dan entah seperti dia merasakan aku sedang
memikirkannya, namanya muncul dilayar ponsel, dia meneleponku.
‘Jell..’
“Ne.”
‘Kau sibuk? Bisa kesini ..’
Aku
memncet bel apartemen Sungrin dan jeda dua menit dia sudah membukakan pintu
untukku, awalnya senyum terlihat diwajahnya namun sangat cepat berganti dengan
wajah heran dan sedikit kesal, mungkin dia mencium bau bir yang lumayan banyak
aku minum sebelum datang kesini. Mempersilahkan aku masuk.
Aku
mengahabiskan hampir dua piring makanan dimeja makan bersamanya yang duduk
bersebrangan denganku, Sungrin bilang dia masak banyak untuk menyambut temannya
namun ternyata temannya membatalkan untuk datang dikarenakan ada sesuatu yang
terjadi, jadilah dia memanggilku datang untuk menghabiskan makanan yang dia buat
dan aku sama sekali tidak keberatan dengan itu.
Sungrin
melihatku, wajahnya seperti berfikir saat memandangku membuatku menghentikan
sejenak laju sumpit dan menenggak air putih yang ada dekat dengan jangkauan
tangan kiriku. “Maaf megecewakanmu, Noona. Hari ini tidak ada luka yang harus
kau obati” kataku santai dan hampir saja melanjutkan acara makanku. “Itu bagus
karena aku tidak suka tiap kali harus membersihkan darah dari bagian tubuhmu
dan mengobati lukamu” jawabnya dengan nada sedikit kesal, aku melihatnya,
menatapnya dengan santai.
“Jell, bisa kau berjanji untuk
berhenti minum? ”
“Tidak bisa”
Dengan
cepat aku menjawabnya. Yah, aku tau ini Sungrin yang memintaku tapi buat apa
menyanggupi untuk berjanji sesuatu yang aku tau tidak akan aku bisa tepati padanya.
Sungrin mendengus, “Kau tau seberapa jahat alkohol akan merusak tubuhmu?”
ucapnya tenang, yah Sungrin memang seperti ini. “Ne arasseo, kau ahlinya Noona”
Sungrin pasti sangat tahu akan hal yang berbau dengan kesehatan karena dia
memang kuliah dijurusan kedokteran saat ini, jelas saja dia memahami itu semua.
Selesai
makan aku duduk dilantai tepat dihadapan tv bersama dengan Sungrin yang sibuk
dengan leptopnya, memandang lurus pada tv yang entah sedang menyiarkan acara
apa, aku tidak tertarik. Suara dari tv dan suara tekanan jari Sungrin yang
beradu pada keyboard letopnya yang saat ini memenuhi pendengaranku.
“Noona, bagaimana kalau aku
tinggal bersamamu”
-Story of Us-
Menyusuri
koridor sekolah dan mendapati banyak mata yang memandang kearahku, mereka
terlihat berbisik setalahnya, mungkin karena rambutku. Yah, aku entah kenapa
kemarin mewarnai rambutku dengan warna blonde yang menjadi sangat harmonis
dengan kulit putih bersih milikku. “Kau selalu membuat heboh, Zelo” sindir
gadis manis yang jauh dari bawahku, maksudku dia lebih pendek dariku. Disekolah
ini aku hanya bisa leluasa untuk berbicara dengannya dan juga Jongup, yang
keduanya adalah kakak kelasku.
“Zelo,
matamu” Bang July itu yang dia mau orang untuk memanggilnya, menunjuk telak
kearah mataku, aku hanya melengos dari tatapannya.”Noona, mana pacarmu itu?”
aku mengalihkan dan dengan santai dia menjawab “Maybe he busy to make out right
now” dan menyeruput jus jeruk plus dengan seringai aneh yang dia tunjukkan
padaku. Dia wanita dan dia bisa sangat santai mengatakan hal itu mengenai
kekasihnya sendiri. “Jell” aku menoleh dengan cepat setelah sempat mengalihkan
perhatianku kearah lain untuk melihat pada July noona, memberikan wajah
kesalku, itu hanya boleh Sungrin yang memanggilku dengan seperti itu, Jelly.
July
noona tertawa seakan berhasil mempermainkanku, “Beritau onnie atau dia akan
dimiliki orang lain, kau tidak maukan ‘obatmu’ itu pergi keorang lain?” lagi
dia menyeringai. Yah, July noona tau tentang aku dan Sungrin, dulu Sungrin juga
sekolah disini namun sejak satu tahun yang lalu dia telah lulus dan meneruskan
kuliahnya diuniversitas yang juga adalah milik keluargaku. “Dia sudah tau
perasaanku tanpa aku bilang padanya Noona, urusi saja pacar tampanmu itu”
ucapku santai, “Kau percaya diri sekali Tuan Choi” July noona langsung
menundukkan kepalanya saat aku memberi tatapan membunuh karna sudah memanggilku
seperti itu, membawa embel-embel Choi. “Mian Zelo, aku lupa”.
Aku
baru saja keluar dari area parkir yang terdapat diapartement Sungrin saat melihat
Sungrin berdiri tepat disamping badan mobil dan terdapat seorang pria
disampingnya, dia tersenyum yang kemudian kejadian selanjutnya membuatku gerah,
pria itu mendaratkan kecupannya dikening Sungrin. Aku berjalan pelan dibelakang
Sungrin yang menuju pintu apartemennya, mengawasinya dari belakang dan setelah
dia masuk kedalam aku baru memencet bel rumahnya. Sial wajahnya masih merona
saat membuka pintu untukku, “Jell”.
Selesai
Sungrin mengganti baju, dia menghampiriku duduk disofa depan tv diruang tamu. “Kau
mewarnai rambutmu Jell” ucapnya mengacak pelan pucuk kepalaku, seperti aku ini
anak bocah. Tanpa berfikir aku menahan gerakan tangan kanannya yang mengacak
pucuk kepalaku dan mendaratkan kecupan dibibir mungilnya. “Jangan biarkan orang
lain melakukannya lagi padamu, aku tidak suka.” ucapku, Sungrin hanya diam dan
menundukkan wajahnya dihadapannku. “Jell, maaf”
Aku
tau itu, maka aku bilang bahwa aku tidak perlu mengatakan padanya tentang
perasaanku karena Sungrin juga merasakan hal yang sama padaku, jadi untuk apa
diucapkan kalau dengan sikap saja sudah cukup menjelaskan bahwa aku
menyayanginya. “Noona, jadi aku bisa tinggal disini?” kini Sungrin mulai berani
mengangkat kepalanya, “Jell, kenapa kau mau keluar rumah?” tanyanya. Yah,
Sungrin tidak tau bagaimana bejatnya kelurgaku, keadaan rumah itu selama ini.
Yang dia tau aku memang anak nakal yang suka berkelahi dan seenaknya karena
rata-rata anak dari keluarga kaya memang seperti itu. “Aku. Hanya bosan tinggal
disana” jawabku berbohong, entahlah aku tidak bisa memberitahu Sungrin tentang
apa yang aku rasakan selama ini dirumah, saat aku datang padanya, aku hanya
memintanya untuk mengobati luka yang aku cari sendiri karena buatku hanya dia
yang bisa meredakan rasa sakit yang selama ini aku tanggung sendiri dengan
segala kondisi keluargaku.
-The End-
**Please don't copy paste and Re-Upload this story**
No comments:
Post a Comment