My Menu

Nov 8, 2014

Story Of Us [My Medicine]

Author : Julz
Main Cast : Choi Junhong/ Zelo (B.A.P) -  Park Sungrin (OC)
Support cast : Jongup (B.A.P) – Bang July (OC)
Gendre : Romance – AU – Sad - Angst
Length : Ficlet
Rate : T / G
Disclameir : The story and plot it’s mine, out from my little brain but not for all the cast.
    All of typo you’ll found’s NORMAL  (-_-)/
Poster FF :  B.A.P Live on Earth teaser pict . Edit by me (July)


Story of Us
[ Medicine ]

Aku duduk di trotoar jalan, bayangan dari seseorang yang kini sedang berdiri dihadapanku menghalangi cahaya lampu yang berada didepanku, aku mendongak. “Noona”. 

Entah sudah berapa kali aku duduk dibangku panjang ini, diruangan ini, dirumah ini dengannya. “Sudah berapa banyak seragam yang kau buang karna selalu ada noda darah Jell?” aku mengambil sesuatu dari dalam tas dan menunjukkan padanya saat gadis ini duduk dihadapanku dengan wadah plastik kecil yang berisi air juga kain kecil. “Aku sudah punya yang baru untuk aku nodai besok”, dia meraih seragam yang baru saja aku tunjukkan padanya dan melemparnya. Dia marah. “Urus saja lukamu sendiri” dia melangkah menuju kekamarnya, aku bangkit, mengambil tasku dan berniat pergi. “Noona, aku pulang” ucapku berpamitan.

Aku hanya memandangi wajah kesal dari gadis yang ada dihadapanku, dia sibuk membersihkan sisa darah yang masih ada disudut bibirku, gadis ini menahanku saat aku hampir membuka pintu rumahnya untuk pulang. “Gomawo Noona”. 

“Zelo, kau tidak bisa terus seperti ini. Aku,”

“Aku pulang”

-Story of Us-

Berdiri ditepian atap sekolah yang mulai sepi, sekolah sudah selesai hampir setengah jam yang lalu. Seharian aku hanya berdiri disini tanpa mengikuti pelajaran, kegiatan rutin yang aku lakukan setiap harinya. Dikeluarkan? Tidak mungkin karena ini sekolah milik keluargaku, keluarga Choi dan aku sangat berharap bukan salah satu dari bagian keluarga itu.

Waktunya membuat luka dan menghasilkan darah hari ini. Tidak jauh aku melajukan motorku dari gerbang sekolah aku melihat beberapa siswa dari sekolah lain. Memarkirkan motorku sedikit jauh dari mereka untuk membuatnya aman, aku tidak mau motor kesayanganku terlibat. Dasar anak sekolah, sangat mudah aku membuatnya naik darah hanya dengan ejekkan-ejekkan kecil. Empat orang yang terbakar amarah kini sudah berdiri dihadapanku, senyum menantang sudah aku berikan pada mereka, mencoba untuk semakin memancing amarah mereka.

Dua dari mereka menyerang bersamaan kearah pinggangku, membuatku terjatuh sehingga mereka dengan leluasa memberikan tinjunya padaku dan aku menikmati rasa sakit yang mereka berikan saat ini, aku menikmatinya. Darah segar mengalir dari kepalaku, akibat pukulan dari anak tengik yang memakai cincin ditangannya itu. “Terima kasih” ucapku dengan menarik sedikit ujung bibirku yang kemudian memberikan tinjuku pada keempat anak ini.

Lagi, seperti hari lainnya gadis manis ini menghilangkan darah yang ada diwajahku. Selesai dengan kepalaku yang berdarah, Sungrin menatapku sebentar sebelum dia melemparkan botol obat padaku dan tepat mendarat dimana dua orang tadi memberikan pukulan hingga aku jatuh, pinggangku. “Aaaah..” ringisku dengan reflek menyentuh bagian yang sakit itu. Sungrin menarik seragam sekolahku, melihat memar yang ada dibagian pinggangku. 

“Jangan tersenyum Jell”. Kini dengan dadaku yang polos tanpa pakaian duduk disamping Sungrin yang sedang memberikan gel bening untuk memar dipinggangku. Tanpa sadar aku tertidur dikursi panjang ini, mungkin efek dari obat yang Sungrin berikan membuatku tertidur. Aku mendengar beberapa suara wanita dari dalam kamar Sungrin, aku rasa itu temannya. “Aku pulang” ucapku sesaat setelah mengetuk pintu kamar Sungrin untuk pamit.

“Mereka dirumah?”

“Ne, Tuan”

Mereka yang aku tayakan pada pembantuku adalah orang tuaku, mereka orang tua yang membawaku kedunia ini. Suara leguhan sialan itu mengusik telingaku, membuat emosi memuncak ke kepala. Didalam kamar aku mencoba menahan segala amarah didalam hatiku dengan semua yang terjadi dirumah ini, dikeluarga ini, dikehidupanku. 

Mencari segelas air untuk meredam sedikit amarah namun yang aku dapat hanya membuat otakku seakan ingin meledak, ayahku mencumbu entah kali ini wanita dari mana didapur. 

Aku hanya memandangi pintu ini, memandanginya dengan ragu apa aku akan mengetuk pintu ini atau tidak. Selagi aku masih ragu, pintu dihadapanku terbuka. “Boleh aku tidur disini malam ini?” Sungrin menatapku lembut walau aku tau dia menyimpan pertanyaan dengan melihatku yang berantakan ini. “Hanya malam ini dan aku tidak akan macam-macam”.

“Dimana?”

“Maaf mengecewakanmu Noona tapi aku tidak ada luka sekarang”

Wajah Sungrin aneh setelah mendegarku mengatakan telah mengecewakannya karena tidak memiliki luka, dia mengembalikan beberapa obat yang sudah dikeluarkan olehnya pada kotak obat yang tersusun rapih dimeja. “Jell, kau benar tidak apa-apa?” aku menarik tangannya menuju kamar, membuka pintunya dan mengarahkannya untuk masuk. “Tidurlah”.  

Satu jam berlalu namun aku belum bisa sepenuhnya tertidur, hanya memjamkan mata. Aku dengar langkah kaki yang melewatiku, aku rasa Sungrin menuju dapur dan setelahnya aku mendengar langkah kakinya mendekati sofa yang aku tiduri. Tangan lembutnya membelai lembut rambut pirangku, aku menikmatinya. “Jell,” Sungrin tidak melanjutkan ucapannya. Jelly, panggilannya untukku. Aku membuka mataku, meraih tangannya yang membelai rambutku. “Noona tidak tidur?” Sungrin hanya menggeleng dengan senyum tertahan. “Jell, kau benar tidak apa-apa? Aku,”, aku menarik tangannya untuk mengikuti langkahku, kembali mengantarnya kekamar. “Tidurlah, ini sudah larut” senyumku namun Sungrin masih melihatku dengan tatapan ingin tahu juga khawatir padaku, “Noona mau aku menemanimu tidur?” godaku tapi ternyata Sungrin mengiyakan, cukup membuatku terkejut. “Tidurlah disini, pinggangmu akan bertambah sakit kalau kau tidur disofa, good night”. Sungrin merebahkan dirinya ditempat tidur yang tidak begitu besar ini, aku memperhatikannya untuk sesaat dan kemudian ikut bergabung dengannya.

-Story of Us-

Ketika aku terbangun matahari sudah mulai meninggi, aku bangun lumayan siang hari ini dan aku terbangun di kamar Sungrin. Langkahku menuju kamar mandi sedikit terganggu dengan rasa sakit yang muncul dari pinggangku. 

“Noona, kau akan pergi kuliah?”

“Ne”

Aku menghabiskan nasi goreng yang dibuat Sungrin dimeja makan sambil mataku mengawasi kegiatan Sungrin yang sibuk menyiapkan perlengkapan kuliahnya. “Aku akan antar Noona kekampus” Sungrin terhenti sebentar untuk memasukkan buku-bukunya kedalam tas saat mendengar perkataanku, “Jell, kau tau itu akan jadi masalah nantinya” ucapnya. “Aku akan mengantarmu”.

Seperti kataku tadi, aku mengantar Sungrin kekampusnya dan kampus ini pun adalah milik dari keluargaku. Aku membantu Sungrin melepaskan helm dan merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena helm dengan tanganku. “Aku pulang” pamitku dan kembali mengenakan helm lalu berlalu dari hadapannya.

Baru saja selesai mandi dengan rambut yang masih basah aku menuruni anak tangga menuju dapur untuk sekedar minum, entah kenapa dia ada dirumah dijam seperti ini. “Kau tidak sekolah?“ aku hanya berlalu tanpa terusik dengan pertanyaan ayahku, “Kapan kau lulus kalau tiap hari membolos“ ucapnya datar. Aku muak. 

“Tiap hari? Seperti kau menyadari keberadaanku saja” ucapku enteng tanpa menoleh sedikitpun. “Tuan tidak sarapan?” tanya bibi Jung, aku mengangkat tanganku keatas, melambai padanya seakan berkata ‘tidak’. Aku kembali kedalam kamar, entah apa yang bisa aku lakukan diruangan berbentuk kotak ini, aku hanya memandangi langit luar dari jendela kamar, tidak ada yang menarik.

‘Jell, bisa kau kesini. Aku takut’

Tanpa bertanya ada apa dengannya, aku langsung mengambil jaket kulit hitam dan kunci motor untuk segera melesat kerumah Sungrin. Dalam perjalanan aku mendengar bunyi dering ponselku, namun aku abaikan dan hanya berkontrasi untuk segera sampai.

“Noona,, ini aku”

Sungrin membuka pintu rumahnya, aku tidak melihat raut wajah yang aneh padanya, sepertinya baik-baik saja. “Jell, aku kira kau tidak akan datang karena kau tidak membalas pesanku” ucapnya, aku menutup pintu dan berjalan memasukki rumahnya yang ternyata sudah ada seseorang disana. Aku duduk dimana aku biasa duduk dirumah ini saat Sungrin mengobati lukaku, berhadapan dengan tv diruang tamu yang cukup nyaman. 

“Tadi itu aku merasa ada seseorang yang mengikutiku sejak aku kembali dari mini market dan sepertinya dia mengikutiku sampai rumah “ jelas Sungrin. “Aku sudah memeriksa sekitar dan sepertinya tidak ada yang aneh, kau tidak perlu cemas lagi Sungrin-aa” ucap pria yang sudah terlebih dulu datang. Setelah satu jam aku hanya duduk diam diantara mereka berdua, akhirnya pria itu pulang dan meninggalkan aku juga Sungrin berdua.

“Jell, kau tidak pulang? Ini sudah larut” tanya Sungrin, aku melihatnya sekilas. “Aku akan berjaga disini. Noona. Tidurlah” kataku sambil melepaskan jaket kulit yang ternyata aku lupa membukanya sedari tadi. “Kau marah Jell?” Sungrin maraih lengan kananku, membuatku menatapnya. “Kau hanya diam dari kau datang tadi, apa kau marah?”. Marah? Entahalah aku hanya risih dan sedikit kesal karena pria tadi. “Seperti kau bilang tadi Noona, ini sudah larut. Tidurlah” aku melepaskan pegangannya dilenganku dan melirik kekamarnya.
-Story of Us-

“Jell, bangun. Zelo-yaa, bangun” mataku mengerejap pelan, mengusap wajahku untuk tersadar sepenuhnya. “Ada apa Noona, ada yang tidak beres?” Sungrin hanya menggeleng pelan, “Ani. Kau pulanglah dan berangkat kesekolah, ini masih jam 5 pagi, masih sempat kalau kau pulang dan ganti bajumu” mendengar perkataannya membuatku memutuskan untuk memejamkan kembali mataku yang masih mengantuk. “Zelo, kau harus sekolah, kemarin kau sudah tidak masukkan?”. Zelo memang namaku tapi entah mengapa aku sedikit kesal jika dia memanggilku dengan nama itu bukan dengan Jelly seperti biasanya. “Kalau Noona sudah akan pergi kuliah aku akan pergi” ucapku dan membalikkan badanku hingga memunggunginya. “Jell, aku mohon padamu” tanpa mau mendengar perkataannya dengan kata ‘mohon’ lagi aku bangkit dari sofa yang aku tiduri semalaman ini. “Arra, aku sekolah”.

“Zelo, kau dari mana saja? Kenapa baru pulang pagi? Ya! Zelo” teriakkan ibuku hanya aku anggap alarm nyaring dipagi hari dengan langkah kaki yang terus menapaki menuju kamar. Sebenarnya walaupun kini aku tidak berangkat kesekolah Sungrin tidak akan tau tetapi untuk memenuhi permohonannya seperti suatu yang wajib aku lakukan, aku tidak suka dia memohon padaku. Selesai mandi dan mengenakan seragam sekolahku, aku pun berangkat kesekolah.

                Jell, kau sekolahkan? Dan masuklah kekelasmu, ikuti pelajaran ^^’

Ini hanya sms tapi sudah cukup membuatku  bahagia, hanya sekedar perhatian kecil dan aku sangat menyukainya. Jari-jariku menyentuh layar ponselku, mengetik sms balasan pada Sungrin.
      
          Ne Noona’ hanya itu.

-Story of Us-

Masih siang hari saat aku kembali kerumah, disekolah sedang ada rapat keseluruhan untuk membahas sesuatu yang aku tidak perduli apa itu, aku hanya ingin tidur saat ini tapi sepertinya untuk melakukan hal mudah itu adalah hal yang sulit bagiku dirumah ini. Baru saja memasuki ruang tamu aku sudah disajikan tontonan ibuku yang sedang digerayangi oleh kekasihnya itu, ya kekasihnya dan bukan ayahku.

Mencoba untuk tidak memperdulikan aksi bejat orang tuaku, membawa langkahku menuju dapur untuk sekedar minum dan saat cairan bening ini menyelongsong melewati tenggorokkanku tiba-tiba saja terdengar suara yang membuatku sudah tak lagi bisa menahan emosi, leguhan laknat ibuku. Refleks gelas kaca bening yang ada digenggamanku, aku lemparkan untuk beradu pada tembok pembatas antara dapur menuju ruang tamu, sangat berharap mereka menyadari kegilaan mereka. Aku muak.

Satu set bir yang berisi enam kaleng sudah aku beli untuk menemaniku, menghabiskan waktu tidak berhargaku. Inginya aku membuat luka sekarang ini tapi disini sepi tidak ada seorangpun, jadi tidak tau siapa yang harus aku ajak berkelahi. Bodoh memang, bagaimana tidak sepi kalau aku duduk diarea berumput tidak jauh dari sebuah lapangan basket yang berada disudut gang perumahan, bahkan jalan besar berjarak hampir satu kilometer dari sini.

Memandangi layar ponselku yang terdapat foto punggun Sungrin, hasil jepretanku saat mengantarnya kekampus waktu itu dan entah seperti dia merasakan aku sedang memikirkannya, namanya muncul dilayar ponsel, dia meneleponku.

                Jell..’

                “Ne.”

                ‘Kau sibuk? Bisa kesini ..’

Aku memncet bel apartemen Sungrin dan jeda dua menit dia sudah membukakan pintu untukku, awalnya senyum terlihat diwajahnya namun sangat cepat berganti dengan wajah heran dan sedikit kesal, mungkin dia mencium bau bir yang lumayan banyak aku minum sebelum datang kesini. Mempersilahkan aku masuk.

Aku mengahabiskan hampir dua piring makanan dimeja makan bersamanya yang duduk bersebrangan denganku, Sungrin bilang dia masak banyak untuk menyambut temannya namun ternyata temannya membatalkan untuk datang dikarenakan ada sesuatu yang terjadi, jadilah dia memanggilku datang untuk menghabiskan makanan yang dia buat dan aku sama sekali tidak keberatan dengan itu.

Sungrin melihatku, wajahnya seperti berfikir saat memandangku membuatku menghentikan sejenak laju sumpit dan menenggak air putih yang ada dekat dengan jangkauan tangan kiriku. “Maaf megecewakanmu, Noona. Hari ini tidak ada luka yang harus kau obati” kataku santai dan hampir saja melanjutkan acara makanku. “Itu bagus karena aku tidak suka tiap kali harus membersihkan darah dari bagian tubuhmu dan mengobati lukamu” jawabnya dengan nada sedikit kesal, aku melihatnya, menatapnya dengan santai.
            
 “Jell, bisa kau berjanji untuk berhenti minum? ”

 “Tidak bisa”

Dengan cepat aku menjawabnya. Yah, aku tau ini Sungrin yang memintaku tapi buat apa menyanggupi untuk berjanji sesuatu yang aku tau tidak akan aku bisa tepati padanya. Sungrin mendengus, “Kau tau seberapa jahat alkohol akan merusak tubuhmu?” ucapnya tenang, yah Sungrin memang seperti ini. “Ne arasseo, kau ahlinya Noona” Sungrin pasti sangat tahu akan hal yang berbau dengan kesehatan karena dia memang kuliah dijurusan kedokteran saat ini, jelas saja dia memahami itu semua.

Selesai makan aku duduk dilantai tepat dihadapan tv bersama dengan Sungrin yang sibuk dengan leptopnya, memandang lurus pada tv yang entah sedang menyiarkan acara apa, aku tidak tertarik. Suara dari tv dan suara tekanan jari Sungrin yang beradu pada keyboard letopnya yang saat ini memenuhi pendengaranku.
      
 “Noona, bagaimana kalau aku tinggal bersamamu”

-Story of Us-

Menyusuri koridor sekolah dan mendapati banyak mata yang memandang kearahku, mereka terlihat berbisik setalahnya, mungkin karena rambutku. Yah, aku entah kenapa kemarin mewarnai rambutku dengan warna blonde yang menjadi sangat harmonis dengan kulit putih bersih milikku. “Kau selalu membuat heboh, Zelo” sindir gadis manis yang jauh dari bawahku, maksudku dia lebih pendek dariku. Disekolah ini aku hanya bisa leluasa untuk berbicara dengannya dan juga Jongup, yang keduanya adalah kakak kelasku.

“Zelo, matamu” Bang July itu yang dia mau orang untuk memanggilnya, menunjuk telak kearah mataku, aku hanya melengos dari tatapannya.”Noona, mana pacarmu itu?” aku mengalihkan dan dengan santai dia menjawab “Maybe he busy to make out right now” dan menyeruput jus jeruk plus dengan seringai aneh yang dia tunjukkan padaku. Dia wanita dan dia bisa sangat santai mengatakan hal itu mengenai kekasihnya sendiri. “Jell” aku menoleh dengan cepat setelah sempat mengalihkan perhatianku kearah lain untuk melihat pada July noona, memberikan wajah kesalku, itu hanya boleh Sungrin yang memanggilku dengan seperti itu, Jelly.

July noona tertawa seakan berhasil mempermainkanku, “Beritau onnie atau dia akan dimiliki orang lain, kau tidak maukan ‘obatmu’ itu pergi keorang lain?” lagi dia menyeringai. Yah, July noona tau tentang aku dan Sungrin, dulu Sungrin juga sekolah disini namun sejak satu tahun yang lalu dia telah lulus dan meneruskan kuliahnya diuniversitas yang juga adalah milik keluargaku. “Dia sudah tau perasaanku tanpa aku bilang padanya Noona, urusi saja pacar tampanmu itu” ucapku santai, “Kau percaya diri sekali Tuan Choi” July noona langsung menundukkan kepalanya saat aku memberi tatapan membunuh karna sudah memanggilku seperti itu, membawa embel-embel Choi. “Mian Zelo, aku lupa”.

Aku baru saja keluar dari area parkir yang terdapat diapartement Sungrin saat melihat Sungrin berdiri tepat disamping badan mobil dan terdapat seorang pria disampingnya, dia tersenyum yang kemudian kejadian selanjutnya membuatku gerah, pria itu mendaratkan kecupannya dikening Sungrin. Aku berjalan pelan dibelakang Sungrin yang menuju pintu apartemennya, mengawasinya dari belakang dan setelah dia masuk kedalam aku baru memencet bel rumahnya. Sial wajahnya masih merona saat membuka pintu untukku, “Jell”.

Selesai Sungrin mengganti baju, dia menghampiriku duduk disofa depan tv diruang tamu. “Kau mewarnai rambutmu Jell” ucapnya mengacak pelan pucuk kepalaku, seperti aku ini anak bocah. Tanpa berfikir aku menahan gerakan tangan kanannya yang mengacak pucuk kepalaku dan mendaratkan kecupan dibibir mungilnya. “Jangan biarkan orang lain melakukannya lagi padamu, aku tidak suka.” ucapku, Sungrin hanya diam dan menundukkan wajahnya dihadapannku. “Jell, maaf” 

Aku tau itu, maka aku bilang bahwa aku tidak perlu mengatakan padanya tentang perasaanku karena Sungrin juga merasakan hal yang sama padaku, jadi untuk apa diucapkan kalau dengan sikap saja sudah cukup menjelaskan bahwa aku menyayanginya. “Noona, jadi aku bisa tinggal disini?” kini Sungrin mulai berani mengangkat kepalanya, “Jell, kenapa kau mau keluar rumah?” tanyanya. Yah, Sungrin tidak tau bagaimana bejatnya kelurgaku, keadaan rumah itu selama ini. Yang dia tau aku memang anak nakal yang suka berkelahi dan seenaknya karena rata-rata anak dari keluarga kaya memang seperti itu. “Aku. Hanya bosan tinggal disana” jawabku berbohong, entahlah aku tidak bisa memberitahu Sungrin tentang apa yang aku rasakan selama ini dirumah, saat aku datang padanya, aku hanya memintanya untuk mengobati luka yang aku cari sendiri karena buatku hanya dia yang bisa meredakan rasa sakit yang selama ini aku tanggung sendiri dengan segala kondisi keluargaku.


-The End-
**Please don't copy paste and Re-Upload this story**

 
 


No comments:

Post a Comment